1 / 12

*Kerjasama Yayasan Kesehatan Perempuan dengan PSW Institut Pertanian Bogor

Pelayanan Kontrasepsi di Era Desentralisasi: Studi di 5 Desa di Kabupaten Bogor Atashendartini Habsjah & Tini Hadad*. *Kerjasama Yayasan Kesehatan Perempuan dengan PSW Institut Pertanian Bogor. Lokasi Studi dan Metodologi. Kabupaten Bogor: 5 desa dari 10 desa di Kecamatan Dramaga

aviv
Download Presentation

*Kerjasama Yayasan Kesehatan Perempuan dengan PSW Institut Pertanian Bogor

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Pelayanan Kontrasepsi di Era Desentralisasi: Studi di 5 Desa di Kabupaten BogorAtashendartini Habsjah & Tini Hadad* *Kerjasama Yayasan Kesehatan Perempuan dengan PSW Institut Pertanian Bogor

  2. Lokasi Studi dan Metodologi • Kabupaten Bogor: 5 desadari 10 desadiKecamatanDramaga • KabupatenterpadatdiJawa Barat: 4.316.236 jiwa (2007) • Survei: 500 pasanganusiasubur (random) • Focus Group Discussion: 5 kelompok • Key Informant In-depth Interview: pejabatdibirokrasi • In-depth Interview: tenagakesehatan (swastadanpublik) • In-depth Interview: PLKB, Kader PosyandudanKlien KB • Observasi: Puskesmas, Posyandu, KlinikBidan/Dokter, Kampanye KB

  3. TUJUAN PENELITIAN Umum: Sejauhmanaprosesdesentralisasi (2004-2008) berdampakpadapemenuhankebutuhankontrasepsisertapeningkatankualitaspelayanankesehatanreproduksidiKabupaten Bogor PERTANYAAN PENELITIAN (RESEARCH QUESTIONS) • ApakahprosesdesentralisasidiKabupaten Bogor menjadikansistempelayanankesehatansetempatlebihresponsifterhadappemenuhankebutuhanjenis-jeniskontrasepsiygdiinginkanolehsetiapperempuanmaupunlaki-laki (responsive to local needs and gender sensitive); • Sejauhmanaprosesprivatisasipelayananygsudahberlangsungsejakawal 1990-an (termasuk KB Mandiri) ikutbertanggungjawabdalammelemahkanataumenunjangupayapeningkatankualitaspelayananpublikdibidangkesehatan, termasukpogramkeluargaberencana; • Sejauhmanalintas program danlintassektorberkoordinasidalampenyelenggaraan program keluargaberencana (khususnya program outreach) sertaapasajapeluang yang dapatmelegitimasipentingnya program keluargauntukdiprioritaskan, khususnyabagiperempuanmiskin.

  4. ICPD PLAN OF ACTION (1994) • Menjamin akses Kesehatan Reproduksi (KR) dan Kesehatan Seksual (KS) serta hak-hak terkaitnya bagi setiap individu tanpa diskriminasi • Menghargai pilihan Jenis Kontrasepsi Klien KB (Respect and Fulfill Client’s Choice) dan memenuhi pilihan tersebut • Memberikan standar kualitas layanan KB yg paling optimal dan bebas paksaan • Memenuhi hak perempuan dan laki-laki memperoleh informasi, edukasi dan konseling dalam KR & KS yg akurat dan komprehensif • Menjamin adanya kontrol dan evaluasi terhadap mal praktek • Menjamin setiap individu dapat menikmati teknologi terkini: kontrasepsi darurat dll. tidak boleh disembunyikan • Mempromosikan laki-laki juga terlibat aktif sebagai akseptor KB

  5. HASIL SURVEI • UmurPertamaMenikah: Median 19 tahun (namunbanyakygmenikahdibawah 18 tahun) • RemajaberstatusMenikah & MemilikiAnak: 35% • PengetahuanttgKes.Repr. dariremajaygmenikah: rendah • PenolongKelahiranolehBidan: 51%, Dukun: 38,0% • Jumlahanak: 3-4 anak = 35,6%; 5-6 anak = 11,4%; diatas 7 anak = 2,8% • Aborsispontan: 9% • Bayilahirmati: 9,8% • Kehamilan ke-3, ke-4 dan ke-5 berakhirdgnbayilahirmaticukuptinggi

  6. TipeKontrasepsidi 5 DesaStudiKasus SuplaiAlkonmenurut Tingkat KesejahteraanKeluarga (KS)

  7. HASIL PENELITIAN Desentralisasi di Kab. Bogor tidak menghasilkan: • Terbentuknya infrastruktur yg baru, khususnya jaringan di masyarakat lokal yg aktif memajukan aktivitas pemenuhan KR dan KS termasuk KB bagi sesama warga; • Terbentuknya kerjasama lintas program dan lintas sektor yg mengutamakan terpenuhinya kebutuhan KR dan KS (termasuk KB) masyarakat setempat; • Unit tetap yg menangani/mengawasi penyelenggaraan program KB di Kabupaten Bogor, termasuk penurunan jumlah PLKB secara drastis; • Mekanisme layanan KR dan KS (termasuk KB) yg optimal kualitas layanannya serta efisien dan efektif penyelenggaraannya serta memperhatikan perspektif klien/users; • Terbentuknya suatu mekanisme evaluasi dan monitor program-program yg dijalankan oleh pihak pemerintah maupun swasta agar masyarakat tidak mengalami malpraktik.

  8. (lanjutan…) Proses Privatisasi (al. KB Mandiri) yg dirintis sejak awal 1990an: • Melemahkan sistem kesehatan publik di suatu wilayah & tidak ada rujukan jelas • Melemahkan kualitas layanan kesehatan publik • Tidak menjamin tersedianya tenaga kesehatan berkualitas • Suplai Alkon pemerintah tidak mencapai sasaran

  9. (lanjutan…) Pelayanan Implant/Strerilisasi /IUD di luar struktur • Penyelenggaraannya masih ad hoc • Rekruitmen calon peserta diambil secara ad hoc: tergantung Kader atau PLKB • Tidak selalu ada ‘informed consent’ • Tidak dijelaskan prosedur pemasangannya dll • Jika ada kegagalan, klien tidak mendapat jaminan pemulihan/rehabilitasi

  10. KONKLUSI Desentralisasi di Kab. Bogor • Tidak meningkatkan akses ke PUSKESMAS karena transportasi sangat mahal (lokasi PUSKESMAS hanya di jalan besar) • Tidak membangun infrastruktur/mekanisme yg memungkinkan adanya koordinasi lintas program & lintas sektor serta memprioritaskan Program KB sbg bagian KR&KS; • Tidak membangun jaringan (network) di masy. yg mendukung partisipasi aktif masyarakat agar terpenuhi kebutuhan-kebutuhan lokal dari setiap individu, khususnya KR & KS (termasuk KB); • Masih tidak megintegrasikan KB dalam lingkup KR dan KS dan memperlakukan KB terpisah dari Upaya Penurunan AKI: Surat Peraturan Bupati ttg Penurunan AKI tidak menyinggung pentingnya Program KB, padahal saling terkait. • Tidak mengakomodasi kegagalan KB: praktek unsafe abortion

  11. REKOMENDASI • Desentralisasi yg dimandatkan ICPD-Kairo adalah: partisipasi aktif seluruh pihak termasuk pemberdayaan masy. setempat utk mengorganisir diri sendiri, keluarga serta komunitasnya dan ini harus menjadi kenyataan; • Bupati serta jajaran eksekutif dan legislatif harus bersama-sama menyepakati & mendesain Plan of Action KR & KS yg komprehensif dan mengintegrasikannya dalam blue-print Rencana Pembangunan Daerah serta adanya jaminan alokasi dana; • Unit khusus yg bertanggungjawab utk Monev KS & KR; • Semua organisasi profesi di bidang medis, termasuk farmasi harus bersama-sama mensukseskan POA ini; • Semua tokoh masyarakat/agama ikut berperan dan mensosialisasikannya. • Mendekatkan pelayanan KB ke msyrkt dgn sistem motor delivery

  12. TERIMA KASIH

More Related