1 / 10

Sejarah Masuknya C ina ke Indonesia

Sejarah Masuknya C ina ke Indonesia. Ben Manggar I 01212158.

cara
Download Presentation

Sejarah Masuknya C ina ke Indonesia

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Sejarah Masuknya Cina ke Indonesia Ben Manggar I 01212158

  2. Bangsa Cina mendarat di Indonesia pada abad ke 5, di pesisir pantai Jawa Timur. Mereka adalah pedagang yg berlayar untuk mencari rempah2, dan kemudian karena satu dan lain hal, mereka menetap di Indonesia dan berasimilasi dengan penduduk setempat. Para pedagang Cina ini juga diyakini sebagai yg membawa agama dan tradisi Islam masuk ke Indonesia, karena berkat Jalan Sutra, agama Islam yg berasal dari Arab, masuk ke Cina melalui India. Bahkan menurut sejarah, beberapa orang dari Wali Songo adalah keturunan Cina seperti Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati.

  3. Pada jaman Kolonial Belanda, tahun 1680, para pedagang Tionghoa memegang peranan penting dalam perekonomian di Batavia. Bahkan usaha penjajah untuk memonopoli pun terhambat dan mereka terpaksa berbisnis dengan para pedagang Tionghoa tersebut. Akibatnya, penjajah merasa terancam karena keberadaan orang Tionghoa secara tidak langsung menyokong kehidupan pribumi di Indonesia, dan jika orang Tionghoa dan pribumi bersatu untuk melawan, para penjajah akan kewalahan. Karena itulah, para penjajah berusaha mengadu domba pribumi dan orang Tionghoa, dan mereka berhasil. • Pada tahun 1740, karena krisis ekonomi yg disebabkan oleh turunnya harga gula di pasar global, Belanda hendak mengikis upah gaji para pekerja dengan cara memindahkan para kuli, yg sebagian besar adalah pribumi, ke Afrika.

  4. Padahal maksud sebenarnya adalah mereka bermaksud membuang para kuli itu ke laut lepas diam2. Entah bagaimana caranya, isu tersebut tersebar dan para pedagang Tionghoa di Batavia, menggalang kekuatan untuk menyerbu kapal2 Belanda tersebut. Pertumpahan darah pun tidak dapat dielakkan.

  5. Akibat perlawanan tersebut, Belanda mengeluarkan perintah untuk memeriksa dan melucuti para pedagang Tionghoa, namun yg terjadi sebenarnya adalah pembantaian besar2an di mana dalam 3 hari, 50.000-60.000 orang Tionghoa dibunuh. Belanda juga mengeluarkan dekrit bahwa orang Tionghoa lah yg berencana membunuh para kuli pribumi dan mereka seolah2 bertindak sebagai penyelamat bagi orang2 pribumi. Kemudian Belanda juga menjanjikan imbalan bagi setiap kepala orang Tionghoa yg berhasil dibunuh. Inilah awalnya perselisihan antara Tionghoa dan pribumi. Nama "Kali Angke" yg ada di daerah Jakarta Utara berasal dari kata "Sungai Merah" yg menggambarkan kejadian pembantaian saat itu di mana sungai2 menjadi warna merah oleh darah Tionghoa.

  6. Pada 9 Oktober 1740, Belanda memerintahkan penggeledahan di seluruh rumah orang Tionghoa di Batavia. Tetapi, pada kenyataannya, yang terjadi adalah pembantaian masal selama tiga (3) hari - di mana orang Tionghoa dibantai di rumah mereka sendiri, dan orang Tionghoa yang berada di penjara dan rumah sakit dibunuh.

  7. Seorang penyebar agama "menyiram minyak ke api yang membara" akibat kejadian tersebut dengan mengumumkan bahwa pembunuhan kaum Tionghoa adalah "perintah Allah", dan pemerintah kolonial Belanda mengadakan sayembara dengan cara memberikan hadiah untuk kepala orang Tionghoa yang telah dipenggal. Jumlah korban dalam tiga hari tersebut diperkirakan antara lima ribu sampai sepuluh ribu (5000 - 10000). Nama Kali Angke (traditional Chinese: 紅溪; diterjemahkan "Sungai Merah") dikatakan bermula pada kejadian saat itu, yang menyebutkan darah yang merah mengalir ke dalam sungai.

  8. Hanya sedikit orang Tionghoa yg terjun langsung pada konflik bersenjata karena pada saat itu jumlah mereka hanya sedikit. Pada jaman agresi militer, Belanda dan Jepang melakukan blokade terhadap impor barang2 kebutuhan seperti sabun dan peralatan memasak. Orang Tionghoa memegang peranan besar dalam menyelundupkan barang2 itu masuk ke dalam negeri. Namun karena situasi negara saat itu sedan kacau, tidak ada catatan jelas mengenai hal itu sehingga peranan Tionghoa dalam perjuangan meraih kemerdekaan menjadi kabur.

  9. Selama Revolusi Nasional Indonesia yang diikuti Perang Dunia II, Banyak Tionghoa mendukung gerakan kemerdekaan. Enam orang anggota BPUPKI berasal dari etnis Tionghoa yang ikut menyusun UUD 1945. • Pembentukan unit khusus Tionghoa dalam revolusi sempat diusulkan, sama seperti pembentukan unit khusus Jepang Amerika dalam PD II. Usul ini kemudian ditolak, dan etnis Tionghoa disarankan bergabung dengan kelompok pro-kemerdekaan setempat. Dikarenakan kurangnya data anggota unit yang menyebutkan etnis, jumlah pasti Tionghoa yang berperan dalam Revolusi Indonesia tidak dapat dipastikan, dan persentase orang Tionghoa di Indonesia pun masih diperdebatkan. Hal itu adalah isu sensitif karena sering dihubungkan dengan status orang Tionghoa di Indonesia setelah perang berakhir, dan isu persamaan status (atau perbedaan status) di Indonesia sebagai akibat perang.

  10. Selama tahun Revolusi Nasional 1945-1950 untuk mengamankan kemerdekaan dari Belanda, beberapa Tionghoa Indonesia terlibat dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pada masa itu, keadaan ekonomi kacau dan pajak meningkatsecara drastis. Kebutuhan sehari-hari, seperti sabun dan peralatan masak sangat langka - banyak barang-barang tersebut dirampas oleh Jepang dan Belanda untuk kebutuhan mereka. • Segera sesudah itu, orang Tionghoa Indonesia sadar bahwa mereka bukan orang Indonesia maupun orang China. Sebagian memutuskan pindah ke lain tempat, seperti Singapura, Malaysia, bahkan ke tempat yang jauh seperti Brazil.

More Related