1 / 60

PERSEDIAAN

PERSEDIAAN. Persediaan meliputi segala macam barang yang menjadi objek pokok aktifitas perusahaan yang tersedia untuk diolah dalam proses produksi atau dijual. . Istilah persediaan (inventories) digunakan untuk mengartikan:.

denton
Download Presentation

PERSEDIAAN

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PERSEDIAAN

  2. Persediaan meliputi segala macam barang yang menjadi objek pokok aktifitas perusahaan yang tersedia untuk diolah dalam proses produksi atau dijual.

  3. Istilah persediaan (inventories) digunakan untuk mengartikan: • Perusahaan Dagang : barang dagangan yang disimpan untuk dijual kembali (Merchandise Inventory). • Perusahaan Industri (Manufacture) : bahan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu. Meliputi: • Persediaan bahan baku (raw materials inventory) • Persediaan barang dalam proses (Work in proces inventory) • Persediaan barang jadi (Finished good inventory)

  4. Barang dagang, yang secara terus menerus dibeli dan dijual, merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi usaha untuk perusahaan dagang besar (grosir) ataupun perusahaan eceran. Penjualan barang dagangan merupakan pendapatan utama bagi perusahaan seperti itu.

  5. SISTEM PERSEDIAAN • sistem persediaan periodik digunakan setiap kali terjadi penjualan, hanya pendapatan dan penjualan yang dicatat. Pada saat penjualan tersebut tidak dibuat harus dilakukan perhitungan fisik untuk menentukan harga pokok persediaan pada akhir periode. Umumnya perhitungan fisik persediaan secara lengkap hanya dimungkinkan pada akhir tahun fiskal .

  6. 2. Sistem Persediaan Perpetual • Digunakan catatan akuntansi yang secara terus menerus mengungkapkan jumlah persediaan yang ada. Perkiraan terpisah dibuat untuk setiap jenis barang dagang dalam buku tambahan.

  7. Penambahan pos dalam persediaan dicatat sebagai debet dalam perkiraan yang bersangkutan dan pengurangan dicatat ke dalam kredit. Saldo perkiraan ini disebut persediaan menurut buku (book inventories) dari barang barang yang ada dalam persediaan .

  8. Pengaruh persediaan dalam periode berjalan • Penentuan persediaan memainkan peranan penting dalam menandingkan (matching) beban dengan pendapatan dalam suatu periode tertentu. Total harga pokok yang tersedia untuk dijual selama periode tertentu harus dipisah menjadi dua bagian pada periode tersebut.

  9. Harga pokok barang yang ditentukan sebagai persediaan akan tampak dalam sebagai neraca sebagai aktiva lancar. Unsur lainnya yaitu harga pokok barang yang dijual akan dilaporkan dalam perhitungan rugi-laba sebagai pengurangan terhadap penjualan bersiih untuk mendapatkan laba kotor. Kesalah dalam penentuan angka persediaan pada akhir suatu periode akan mengakibatkan pelaporan laba bersih dan laba kotor yang salah dalam jumlah yang sama.

  10. MASALAH KEPEMILIKAN PERSEDIAAN • Ketepatan pengakuan kepemilikan persediaan barang sangat berpengaruh terhadap reabilitas hasil dari proses akuntansi. Pengakuan kepemilikan persediaan yang kurang tepat dalam jumlah yang material mengakibatkan laporan keuangan yang disusun terhadap data yang menyesatkan bagi pengambilan keputusan bisnis pihak-pihak yang berkepentingan.

  11. Masalah yang terkait dengan kepemilikan: • Barang-barang dalam perjalanan (good in transit). (berhubungan dengan syarat pengiriman barang). • Free onboard (FOB) shipping point • Hak kepemilikan barang berpindah kepada pihak pembeli pada saat barang – barang tersebut diserahkan kepada perusahaan pengangkutan yang ditunjuk (Loco Gudang Penjual)........

  12. Segala biaya dan risiko kerugian yang mungkin timbul sampai barang diserahkan kepada perusahaan pengangkutan merupakan tanggungjawab pihak penjual, sedangkan biaya dan risiko kerugian yang timbul sejak barang diterima oleh perusahaan pengangkutan hingga barang-barang tersebut dikirim pada tempat yang telah ditetapkan menjadi tanggungan pihak pembeli.

  13. Masalah yang terkait dengan kepemilikan: b. Free onboard (FOB) Destinations: • Hak Kepemilikan barang berpindah kepada pihak pembeli pada saat barang tersebut diterima oleh pihak pembeli (loco gudang pembeli). • Segala biaya dan risiko kerugian yang terjadi hingga barang-barang sampai ditempat pembeli menjadi tanggungan penjual.

  14. 2. Barang-barang yang dipisahkan: (Segregate goods) Yang dimaksud dengan barang-barang yang dipisahkan adalah barang-barang yang dipisahkan dengan maksud untuk memenuhi pesanan-pesanan atau kontrak penjualan dalam jumlah besar yang tidak dapat dilakukan pengrimannya sekaligus.

  15. Bagi pihak penjual barang yang telah dipisahkan kepemilikannya telah berpindah ke pembeli bila di dalam kontrak jual beli barang tidak disertai adanya syarat pengiriman. Oleh karenanya terhadap persediaan yang dipisahkan ini sudah dapat dikeluarkan dari persediaan.

  16. 3. Barang-barang konsinyasi (Consigment goods) Barang-barang konsinyasi merupakan barang yang dititipkan pada pihak tertentu untuk dijualkan dengan harga tertentu. Karena sifatnya hanya barang titipan, maka hak kepemilikan atas barang tersebut masih tetap berada pada pihak yang menitipkan barang (consignor), sehingga apabila sampai dengan tanggal penyusunan laporan keuangan masih terdapat barang-barang konsinyasi, maka barang-barang tersebut dilaporkan sebagai bagian persediaan yang menitipkan.

  17. Pihak yang menerima titipan (consignee) tidak mempunyai hak atas barang-barang titipan tersebut sehingga tidak boleh melaporkannya sebagai persediaan dalam laporan keuangannnya yang disusunnya. Secara berkala consignee diharuskan membuat faktur terhadap barang titipan yang telah terjual dan berdasarkan faktur tersebut consignor mencatat adanya penjualan dan mengurangkan harga pokok barang titipan yang terjual dari persediaan barang dagangan.

  18. 4. Penjualan Angsuran Penjualan angsuran dapat dibedakan menjadi penjualan angsuran berjangka pendek dan angsuran berjangka panjang. Penjualan angsuran berjangka pendeknya umumnya mempunyai risiko pembatalan penjualan relatif lebih kecil, sedangkan pada penjualan angsuran jangka panjang mempunyai risiko pembatalan penjualan yang relatif lebih besar.

  19. Penjualan angsuran jangka panjang terdapat risiko yang cukup besar terjadinya penjualan disebabkan pihak pembeli tidak dapat memenuhi kewajibannya, oleh karena itu hak kepemilikan atas barang masih tetap berada ditangan penjual sampai seluruh harga barang telah dibayar lunas oleh pembeli.

  20. Misal tanggal 20 April 2011 telah terjual barang seharga 4.200.000, uang muka Rp 600.000 sisanya harus diangsur selama 36 bulan Rp 100.000 perbulan. Pembayaran angsuran pertama jatuh tempo pada tanggal 20 Mei 2011 dan harga pokok barang yang terjual tersebut Rp 3.000.000. • Pencatatan pada tanggal 20 April 2011 saat terjadi penjualan adalah sebagai berikut: Kas 600.000. Piutang Penjualan Angsuran 3.600.000 Penjualan angsuran 2011 4.200.000 Harga pokok penjualan angsuran 3000.000. Pengiriman barang penj angsuran 3.000.000

  21. HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN Yang umum dilakukan dalam menentukan harga perolehan persediaan adalah memperhitungkan biaya pembelian/harga faktur dan biaya pengangkutan saja sebagai unsur harga perolehan persediaan barang dagangan. Sedangkan biaya-biaya lainnya diperlakukan sebagai biaya waktu (periods cost) yang diperhitungkan dalam dalam perhitungan laba rugi berdasarkan waktu kejadiannya.

  22. METODE PENCATATAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN Terdapat dua metode pencatatan transaksi yang terkait persediaan barang dagangan yaitu metode Phisycal dan metode perpetual perbedaan kedua metode tersebut adalah:

  23. Seringkali pembelian dan penjualan barang dagangan dilakuakan secara kredit, dan transaksi ini dapat dicatat menggunakan dua metode yaitu dicatat sebesar nilai kotornya atau dicatat sebesar nilai bersihnya. A: Bila utang piutang dicatat sebesar nilai bersihnya: Transaksi pembelian

  24. Seringkali pembelian dan penjualan barang dagangan dilakuakan secara kredit, dan transaksi ini dapat dicatat menggunakan dua metode yaitu dicatat sebesar nilai kotornya atau dicatat sebesar nilai bersihnya. A: Bila utang piutang dicatat sebesar nilai bersihnya: Transaksi pembelian

  25. Lanjutan....

  26. Bila utang – piutang dicatat sebesar nilai Kotor : Cara Langsung. A. TRANSAKSI PEMBELIAN

  27. Bila utang – piutang dicatat sebesar nilai Kotor : Cara Langsung.A. TRANSAKSI PEMBELIAN

  28. B. Tansaksi Penjualan

  29. Bila pembelian dicatat sebesar nilai kotor : Cara cadangan A .Transaksi Pembelian

  30. B. Transaksi Penjualan

  31. METODE PENENTUAN HARGA POKOK PERSEDIAAN • METODE MASUK PERTAMA KELUAR PERTAMA (MPKP/FIFO) Keuntungan metode ini: • Menguntungkan rentabilitas perusahaan. Secara umum harga barang selalu naik dari waktu ke waktu, karena harga pokok penjualan dibebankan berdasarkan harga pokok persediaan yang pertama masuk maka harga pokok penjualan cenderung diperhitungkan lebih kecil sehingga laba bersih perusahaan diperhitungkan lebih besar.’ 2. Menguntungkan likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Harga pokok persediaan yang tersisa pada akhir periode didasarkan pada harga pokok yang terakhir masuk sehingga persediaan yang dilaporkan dineraca lebih tinggi .

  32. Persediaan akhir sesuai dengan harga faktual Karena dinilai berdasarkan harga perolehan yang terakhir masuk, maka persediaan akhir yang dilaporkan di neraca lebih mencerminkan harga pasar secara faktual. • Arus pembebanan harga pokok sesuai dengan arus fisik barang. Untuk menghindari kerusakan barang maka umumnya persediaan yang pertama dibeli adalah persediaan pertama kali pula yang dijual. Kelemahannya: • Tidak menguntungkan arus kas Perolehan laba bersih yang diperhitungkan lebih tinggi mempunyai konsekuensi tingginya kewajiban yang harus dipenuhi perusahaan kepada pemerintah dan kewajiban pada pemegang saham. 2. Harga pokok penjualan tidak pararel dengan hasil penjualan.

  33. METODE MPKP SECARA PHYSICAL Penentuan harga perolehan persediaan menurut metode ini dilakukan secara berkala pada setiap akhir periode . Penentuan harga peroleh persediaan yang tersisa pada akhir periode dilakukan dengan cara mengalikan kuantitas yang tersisa dengan harga perolehan barang-barang yang terakhir dibeli. Harga pokok penjualan ditentukan dengan cara mengurangkan harga perolehan dari persediaan yang tersisa dari harga perolehan persediaan yang dijual.

  34. ILUSTRASI Ilustrasi UD Kencana adalah perusahaan distributor untuk suatu produk susu olahan. Berdasarkan catatan fisik persediaan susu olahan merek Sedap kaleng isi 800 gr selama periode Desember 2011 memiliki data-data sebagai berikut: Tanggal 1 : Persediaan awal 250 kaleng @ 150.000 Tanggal 3 : Pembelian 300 kaleng @ 155.000 Tanggal 7 : Penjualan 350 Kaleng @ 180.000 Tanggal 15 : Pembelian 200 kaleng @ 157.000 Tanggal 17 : Retur pembelian 20 kaleng atas pembelian tanggal 15 Desember 2011 Tanggal 26 : Penjualan 300 kaleng @ Rp 190.000 Tanggal 27 : Retur penjualan 30 kaleng atas penjualan tanggal 26 Desember 2011 Tanggal 30 : Pembelian 260 kaleng @ Rp 160.000

  35. Dari data-data tersebut diatas maka penentuan harga perolehan persediaan dapat dilakukan melalui perhitungan: Tgl 1 : Persediaan awal = 250 kaleng @ 150.000 Tgl 3 : Pembelian = 300 kaleng @ 155.000 Tgl 15 : Pembelian (200 - 20) = 180 kaleng @ 157.000 Tgl 30 : Pembelian = 260 kaleng @ 160.000 Persediaan siap dijual = 990 kaleng Tgl 7 : Penjualan = 350 kaleng Tgl 26 : Penjualan (300-30) = 270 Kaleng Terjual = 620 kaleng Tersisa = 370 kaleng Harga perolehan persediaan akhir terdiri dari: 260 kaleng @ Rp 160.000 = Rp 41.600.000 110 kaleng @ Rp157.000 = Rp 17.270.000 = Rp 58.870.000

  36. Harga pokok penjualan periode Desember 2011 dihitung sebagai berikut: Sedangkan laba kotor periode Desember 2011 adalah sebagai berikut:

  37. METODE MPKP SECARA PERPETUAL • Penentuan menggunakan metode perpetual, maka untuk tiap-tiap jenis persediaan harus dibuatkan kartu persediaan sendiri-sendiri. Buku persediaan ini harus difungsikan sebagai buku pembantu persediaan.

  38. Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat transaksi tersebut bila utang – piutang dicatat sebesar nilai kotornya menurut cara langsung adalah: 3/12 Persediaan Barang Dagangan 40.500.000 Utang Dagang 40.500.000 7/12 Piutang Usaha 63.000.000 Penjualan 63.000.000 Harga pokok Penjualan 53.000.000 Persediaan Barang dagangan 53.000.000

  39. Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat transaksi tersebut bila utang – piutang dicatat sebesar nilai kotornya menurut cara langsung adalah: 15/12 Persediaan barang dagangan 31.400.000 Utang Dagangan 31.400.000 17/12 Utang Dagang 3.140.000 *) Selisih persediaan 40.000 Persediaan barang dagangan 3.100.000 *) 20 x Rp 157.000 = 3 140.000 26/12 Piutang Dagang 57.000.000 Penjualan 57.000.000 Harga Pokok Penjualan 46.740.000 Persediaan barang dagangan 46.740.000 27/12 Retur Penjualan 4.710.000 Harga pokok Penjualan 4.710.000 30/12 Persediaan barang dagangan 41.600.000 Utang Dagang 41.600.000

  40. METODE MASUK TERAKHIR KELUAR PERTAMA (MTKP) / LIFO Metode ini mengasumsikan barang dagangan yang terakhir dibeli adalah barang dagangan yang pertama dijual. Kelebihan metode ini adalah: • Harga perolehan persediaan dapat dipertemukan secara aktual dengan hasil penjulannya karena harga perolehan barang yang dinilai berdasarkan harga persediaan yang terakhir masuk. • Dapat mengeliminasi pengaruh negatif pada perhitungan laba rugi perusahaan yang disebabkan karena fluktuasi harga. • Menguntungkan arus kas keluar perusahaan karena metode ini cenderung mengakibatkan laba bersih perusahaan lebih kecil bila menggunakan metode lain.

  41. Kelemahan metode ini: • Rendahnya tingkat rentabilitas karena metode ini cenderung menghasilkan laba akuntansi yang lebih kecil dibandingkan menggunakan metode lain. • Rasio likuiditas dan solvabilitas cenderung lebih rendah karena persediaan yang dilaporkan dineraca cenderung lebih kecil dibandingkan menggunakan metode lain. • Rendahnya rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas dapat menimbulkan penilaian yang kurang menguntungkan dimata investor dan perusahaan

  42. Rasio Rentabilitas: Bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan. Net Operating Income Profit Margin x 100% Net Sales 2.Rasio Solvabilitas Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dari hutang (berapa besar beban uatang perusahaan dibandingkan aktivanya). Total Utang 2050 Debt to Aset Ratio = x 100% Debt to Asset Ratio x 100 = 49% Total Aktiva 4.200 Rasio ini menunjukkan 49 % pendanaan perusahaan dengan utang untuk tahun berjalan.

  43. 3. Likuiditas Kemampuan perusahaan atau badan usaha untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek (hutang-hutang jangka pendek) Current Ratio (aktiva lancar). Kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya menggunakan aktiva lancar. Contoh: Current Ratio dalam rupiah : Tahun 2009 : 1,04 Tahun 2010 : 1,05 Ini berarti bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar untuk tahun 2009 adalah setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar Rp 1,04. dan tahun 2009 setiap aktiva lancar Rp 1 dijamin oleh aktiva lancar Rp 1,05.

  44. METODE MTKP SECARA PHYSICAL Tgl 1 : Persediaan awal = 250 kaleng @ Rp 150.000 Tgl 3 : Pembelian = 300 kaleng @ Rp 155.000 Tgl 5 : Pembelian (200-20) 180 kaleng @ Rp 157.000 : Pembelian 260 Kaleng @ Rp 160.000 Persediaan siap dijual = 990 Kaleng Tgl7 : Penjualan = 350 Kaleng Tgl 26 : Penjualan (200-30) = 270 kaleng Terjual = 620 kaleng Tersisa = 370 kaleng Harga perolehan persediaan akhir terdiri dari: 250 kaleng @ Rp 150.000 = Rp 37.500.000 120 Kaleng @ Rp 155.000 = Rp 18.600.000 = Rp 56.100.000

  45. Harga pokok periode 2011 dihitung sebagai berikut: Tgl 1 : Persediaan awal 250 kaleng @ Rp 150.000 = 37.500.000 Tl 3 : Pembelian 300 kaleng @ Rp 155.000 = 46.500.000 15 : Pembelian (200-20) 180 kaleng @ Rp 157.000 = 10.260.000 30 : Pembelian 260 kaleng @ Rp 160.000 = 41.600.000 Persediaan siap dijual 990 kaleng = 135.860.000 Persediaan akhir = 56.100.000 Harga pokok penjualan = 79.760.000 Sedangkan laba kotor periode Desember 2011 adalah : Tgl 7 : Penjualan 350 Kaleng @ Rp 180.000 = 63.000.000 Tgl 26 : Penjualan (300 - 30) 270 kaleng @ Rp 190.000 = 51.300.000 Hasil penjualan periode Desember 2011 = 114.300.000 Harga pokok penjualan = 79.760.000 Laba Kotor Penjualan = 34.450.000

  46. METODE MTKP (PERPETUAL)

  47. METODE RATA-RATA (AVERAGE) Metode rata-rata adalah metode yang memberi solusi tengah diantara metode MPKP dan metode MTKP. Pada metode rata-rata penentuan harga perolehan persediaan menggunakan metode rata-rata tertimbang (Weighted average) dan metode rata-rata bergerak (moving average) 1. Metode rata-rata tertimbang (PHYSICAL) Metode penentuan harga perolehan persediaan ini merupakan metode rata-rata yang diselenggarakan secara physical. Harga perolehan persediaan akhir dan harga pokok penjualan dihitung berdasarkan harga rata-rata persediaan siap dijual. Dengan rumus: Harga perolehan persediaan siap dijual Harga perolehan rata-rata perunit = Jumlah persediaan siap dijual Berdasarkan transaksi diatas (di metode MPKP), maka penentuan harga perolehan persediaan menurut metode rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut:

  48. Tgl 1 : Persediaan awal 250 kaleng @ Rp 150.000 = 37.500.000 Tl 3 : Pembelian 300 kaleng @ Rp 155.000 = 46.500.000 Tgl 15 : Pembelian (200-20) 180 kaleng @ Rp 157.000 = 10.260.000 Tgl 30 : Pembelian 260 kaleng @ Rp 160.000 = 41.600.000 Persediaan siap dijual 990 kaleng = 135.860.000 Tgl 7 : Penjualan 350 kaleng Tgl 26 : Penjualan (300 - 20) kaleng Terjual 620 kaleng Tersisa 370 kaleng Harga rata-rata tertimbang = 135.860.000 : 990 = Rp 137.232,32 Harga perolehan persediaan per 31 Desember 2011 = 370 x 137.232,32 = 50.775.958,40 Persediaan siap dijual = 135.860.000 Persediaan akhir = 50.775.958 Harga pokok penjualan = 85.084.042 Sedangkan laba kotor periode Desember 2011 adalah sebagai berikut: Tgl 7 Penjualan 350 kaleng @ 180.000 = 63.000.000 Tgl 26 Penjualan (300-30) 270 kaleng @ 190.000 = 51.300.000 Hasil penjualan periode Desember 2011 114. 300.000 Harga pokok Penjualan 85.084.042 Laba kotor penjualan 29.215.958

  49. Metode rata-rata bergerak (perpetual) Dalam metode ini setiap transaksi pembelian atau masuknya persediaan maka harus dihitung harga peroleh rata-rata yang baru. Harga pokok penjualan merupakan hasil perkalian antara banyaknya persediaan yang dijual dengan harga perolehan rata-rata saat itu.

  50. Tgl 7 : Penjualan 350 kaleng @ Rp 180.000 = 63.000.000 Tgl 26 : Penjualan (300-20) 270 kaleng @ Rp 190.000 = 51.300.000 Hasil penjualan periode Desember 2011 = 114.300.000 Harga pokok penjualan = 95. 267. 775,20 Laba Kotor penjualan = 19.032.224,80 3/12 Persediaan barang dagangan 40.500.000 Utang Dagang 40.500.000 7/12 Piutang Dagang 63.000.000 Penjualan 63.000.000 Harga pokok penjualan 53.454.695 Persediaan barang dagangan 53.454.695 15/12 Persediaan barang dagangan 31.400.000 Utang Dagang 31.400.000

More Related