1 / 36

PENGANTAR SEMATIK

PENGANTAR SEMATIK. SEMESTER 5 PROGRAM STUDI S-1 PGSD FKIP UKSW SALATIGA KODE MK: JG138. Pengertian semantik menurut?. Verhaar: semantik adalah cabang linguistik yang mengkaji ihwal arti atau makna Chaer: semantik merupakan bidang studi linguistik yang objek penelitiannya berupa makna bahasa

Download Presentation

PENGANTAR SEMATIK

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENGANTAR SEMATIK SEMESTER 5 PROGRAM STUDI S-1 PGSD FKIP UKSW SALATIGA KODE MK: JG138

  2. Pengertian semantik menurut? • Verhaar: semantik adalah cabang linguistik yang mengkaji ihwal arti atau makna • Chaer: semantik merupakan bidang studi linguistik yang objek penelitiannya berupa makna bahasa • Robins: makna merupakan atribut bukan saja dari bahasa melainkan pula dari segenap sistem tanda dan lambang, dan kajian makna dinamakan semantik • Aminudin: semantik berasal dari bhs yunani mengandung makna to signify atau memaknai, sebagai istilah teknis semantik mengandung pengertian studi tentang makna

  3. Apakah semantik itu? • Ada dua cabang utama linguistik yang khusus menyangkut tentang kata, yaitu etimologi, studi tentang asal usul kata, dan sematik atau ilmu makna, studi tentang makna kata. Etimologi sudah merupakan ilmu yang mapan, sedangkan semantik relatif merupakan hal yang baru. • Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, sema (tanda) atau lambang (sign). Semantik pertama kali digunakan oleh Michel Breal (Perancis 1883), kemudian disepakati sebagai istilah dalam linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya

  4. lanjut • Oleh karena itu kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer 1994:2) • Sebuah kata, misalnya buku, terdiri atas unsur lambang bunyi yaitu [b-u-k-u] dan konsep atau citra mental benda-benda (objek) yang dinamakan buku,

  5. lanjut • Dalam analisis semantik juga harus disadari, karena bahasa itu unik dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya maka analisis suatu bahasa hana berlaku untuk bahasa itu saja, tetapi tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain • Misalnya kata ikan (Indonesia) merujuk pada jenis hewan yang hidup di air dan biasa dimakan sebagai lauk; dan fish (Inggris). Tetapi kata iwak (Jawa) bukan berarti ‘ikan atau fish’, melainkan juga berarti daging atau wujud lain yang bisa dianggap sebagai lauk

  6. Hakikat makna • Makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik (Saussure) • Setiap tanda linguistik terdiri dari unsur: • Yang diartikan (signifie, signified) • Yang mengartikan (signifiant, signifier)

  7. lanjut • Yang diatikan (signifie, signified) sebenarnya tidak lain dari konsep atau makna dari sesutu tanda bunyi, sedangkan yang mengartikan (signifiant, signifier) adalah bunyi-bunyi yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. • Dengan kata lain, setiap tanda linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kadua unsur ini adalah unsur dalam-bahasa (intralingual) yang biasanya merujuk atau mengacu kepada sesuatu referen yang merupakan unsur luar-bahasa (ekstralingual)

  8. lanjut • Dalam bidang semantik istilah yang biasa digunakan untuk tanda-linguistik itu adalah leksem, yang lazim didefinisikan sebagai kata atau frase yang merupakan satuan bahasa bermakna (Kridalaksana) • Sedangkan istilah kata, yang lazim didefinisikan sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri yang dapat terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem (Kridalaksana) adalah istilah dalam bidang gramatika • Tidak semua kata atau leksem itu mempunyai acuan konkret di dunia nyata, misalnya leksem seperti agama, cinta, kebudayaan, keadilan, tidak dapat ditampilkan referennya secara konkret

  9. lanjut • Di dalam penggunaannya dalam pertuturan, yang nyata makna kata atau leksem itu seringkali, dan mungkin juga biasanya, terlepas dari konsep atau pengertian dasarnya dan juga dari acuannya • Misalnya kata ‘buaya’ dalam kalimat: Dasar buaya, ibunya sendiri ditipunya. • Oleh karena menentukan makna sebuah kata dapat dilakukan apabila sudah dalam konteks kalimat, makna sebuah kalimat baru dapat ditentukan apabila kalimat itu berada di dalam konteks wacananya atau konteks situasinya.

  10. lanjut • Contoh, seseorang setelah memeriksa rapor anaknya dan melihat angka-angka banyak yang merah, berkata kepada anaknya dengan nada yang memuji: “Rapormu bagus sekali, Nak!” • Jelas dia tidak bermaksud memuji walaupun nadanya memuji, dengan kalimat demikian sebenarnya bermaksud menegur atau mungkin mengejek anaknya itu

  11. Janis makna • Makna leksikal dan gramatikal • Makna referensial dan nonreferensial • Makna denotatif dan konotatif • Makna kata dan makna istilah • Makna konseptual dan makna asosiatif • Makna idiomatikal dan peribahasa • Makna kias

  12. Leksikal dan gramatikal • Leksikal adalah bentuk adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon adalah leksem, yaitu satuan bahasa yang bermakna • Kalau leksikon disamakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat disamakan dengan kata • Dengan demikian makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata • Dapat pula dikatakan bahwa makna yang sesuai dengan referennya, misalnya kata tikus, makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini terlihat dalam kalimat: Gagal panen ini dikarenakan serangan hama tikus.

  13. lanjut • Makna leksikal dipertentangkan dengan dengan makna gramatikal, makna leksikal berkenaan dengan makna leksem atau kata yang sesuai dengan referennya, maka makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, proses komposisi. • Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat: ‘Batu sebesar itu terangkat juga’, melahirkan makna dapat dan dalam kalimat: ‘Ketika balok itu ditarik, papan terangkat ke atas’, melahirkan kata tidak sengaja.

  14. Referensial dan nonreferensial • Perbedaan makna referensial dan nonreferensial berdasarkan ada tidak adanya referen dari kata-kata itu. • Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut bermakna referensial • Bila kata-kata tidak mempunyai referen, maka kata itu bermakna nonreferensial • Kata meja, termasuk kata yang mempunyai referensial karena mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga • Kata karena, termasuk tidak memiliki referen sehingga bermakna nonreferensial

  15. Denotatif dan konotatif • Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial, sebab makna denotatif lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya • Jadi makna denotatif menyangkut informasi-informasi faktual, sehingga sering disebut makna sebenarnya • Misalnya kata perempuan dan wanita, keduanya mempunyai dua makna yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki

  16. lanjut • Makna konotatif, apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa, maka dikatakan tidak konotatif, tetapi dapat juga disebut konotasi netral. • Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu, misalnya kata ceramah. Bisa berkonotasi negatif (cerewet) dan berkonotasi positif (memberikan petuah)

  17. Makna kata dan istilah • Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimat atau konteks situasi. • Berbeda dengan istilah kata, istilah mempunyai makna yang jelas, pasti, dan tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas dari konteks. Istilah dapat digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu

  18. lanjut • Perbedaan makna dan istilah dapat dilihat dalam kalimat berikut: • Tangannya luka kena pecahan kaca. • Lengannya luka kena pecahan kaca. • Kata tangan dan lengan pada kalimat di atas bermakna sama, namun dalam bidang kedokteran sangat berbeda. Tangan bermakna bagian pergelangan sampai ke jari tangan, sedangkan lengan adalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu

  19. Konseptual dan asosiatif • Makna konseptual adalah makna yang dimiliki olehs sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun • Kata kuda memiliki makna konseptual sejenis binatang berkaki empat biasa dikendarai • Jadi makna konseptual sesungguhnya sama saja dengan makna leksikal, denotatif dan referensial • Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa • Misalnya kata melati, berasosiasi dengan kesucian

  20. Idiomatikal dan peribahasa • Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ‘diramalkan’ dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. • Contoh dari idiom adalah membanting tulang dengan makna bekerjakeras, meja hijau dengan pengadilan • Peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa • Contoh: seperti anjing dan kucing, bermakna ihwal dua orang yang tak pernah akur. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya tersebut jika bersua selalu berkelahi

  21. Makna kias • Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah arti kiasan digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, konseptual, denotatif) disebut mempunyai arti kiasan • Jadi, bentuk-bentuk seperti puteri malam dalam arti bulan, raja siang dalam arti matahari merupakan sebuah kiasan

  22. Relasi makna • Sinonimi • Antonimi dan oposisi • Homonimi, homofoni, homografi • Hiponimi dan hipernimi • Polisemi • Ambiguitas • Redundansi • Meronimi • Makna asosiasi • Makna afektif • Makna etimologis

  23. sinonimi • Secara semantik Verhaar (1978) mendefinisikan sinonimi sebagai ungkapan (kata, frase, kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. • Umpamanya kata buruk sama dengan jelek adalah dua kata yang bersinonim • Bunga=kembang=puspa • Hubungan kata yang bersinonim bersifat dua arah, kesamaannya tidak bersifat mutlak

  24. Antonimi dan oposisi • Menurut Verhaar, antonimi sebagai ungkapan (kata, frase, kalimat) yang meknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain • Misalnya: bagus X buruk, besar X kecil • Antonimi juga tidak bersifat mutlak, itu sebabnya Verhaar mengatakan antonimi sebagai kebalikan bukan mutlak berlawanan • Dengan istilah oposisi, maka bisa tercakup dari konsep yang bertul-betul berlawanan sampai kepada yang bersifat kontras saja • Misalnya: hidup dan mati, hitam dan putih merupakan oposisi yang kontras

  25. Homonimi, homofonimi, homografi • Homonim adalah relasi makna antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda • Kata-kata yang ditulis sama tetapi maknanya berbeda disebut homograf. • Kata-kata yang dilafalkan sama tapi berbeda makna disebut homofon • Contoh: tahu (makanan) berhomografi dengan kata tahu (paham), sedangkan kata masa (waktu) berhomofoni dengan massa (jumlah besar yang menjadi satu kesatuan)

  26. Hiponimi dan hipernimi • Hiponimi adalah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna generis, seperti makna anggrek dalam makna bunga, makna kucing dalam makna binatang • Anggrek, mawar, tulip berhiponimi dengan bunga, sedangkan kucing, anjing, kuda berhiponimi dengan binatang • Bunga merupakan superordinat (hipernimi, hiperonim) bagi anggrek, mawar, tulip, sedangkan binatang menjadi superordinat bagi kucing, anjing, kuda

  27. polisemi • Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu • Umpamanya kata kepala, dalam bahasa Indonesia bermakna (1) bagian tubuh, (2) bagian atas yang terpanting (kepala meja, kepala kereta), (3) bagian yang berbentuk bulat (kepala paku), (4) pemimpin atau ketua (kepala sekolah, kepala kantor), (5) jiwa atau orang (Setiap kepala menerima Rp3000,00.), (6) akal budi (Badannya besar tapi kepalanya kosong.)

  28. ambiguitas • Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti • Kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau kalimat dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda • Umpamanya: frase buku sejarah baru, dapat ditafsirkan sebagai (1) buku sejarah itu baru terbit, (2) buku itu berisi sejarah zaman baru.

  29. redudansi • Istilah ini sering diartikan sebagai berlebih-lebihan pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran • Umpamanya, kalimat Bola ditendang Si Badrih, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan Bola ditendang olah Si Badrih • Pemakaian kata ‘oleh’ pada kalimat kedua dianggap sebagai suatu redudansi, yang berlebih-lebihan dan sebenarnya tidak perlu.

  30. meronimi • Meronimi adalah relasi makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karena relasi maknanya bersifat hierarkis, namun tidak menyiratkan perlibatan searah, tetapi merupakan relasi makna bagian dengan keseluruhan • Contoh: atap bermeronimi dengan rumah

  31. Makna asosiatif • Makna asosiatif merupakan asosiasi yang muncul dalam benak seseorang jika mendengar kata tertentu • Asosiasi ini dipengaruhi unsur psikis, pengetahuan, pengalaman seseorang. Oleh karena itu, makna asosiatif terutama dikaji bidang psikolinguistik. • Makna denotatif villa adalah rumah peristirahatan di luar kota, bagi orang Indonesia villa juga mengandung asosiatif gunung, alam, pedesaan, sungai (bergantung pada pengalaman seseorang)

  32. Makna afektif • Makna afektif berkaitan dengan perasaan seseorang jika mendengar atau membaca kata tertentu. Perasaan yang muncul dapat positif atau negatif • Kata: jujur, rendah hati, bijaksana menimbulkan makna afektif positif • Kata: korupsi, kolusi menimbulkan makna afektif yang negatif

  33. Makna etimologis • Makna etimologis berbeda dengan makna leksikal, karena berkaitan dengan asal-usul kata dan perubahan makna kata dilihat dari aspek sejarah kata • Makna etimologis suatu kata mencerminkan perubahan yang terjadi dengan kata tertentu. Melalui perubahan makna kata, kata dapat ditelusuri perubahan nilai, norma, keadaan sosial-politik, dan keadaan ekonomi suatu masyarakat

  34. Makna (Saussure) • Makna merupakan unsur bahasa yang tidak terpisahkan dari tanda • Makna merupakan unsur yang berada di dalam tanda bahasa • Makna merupakan unsur yang ditandai dalam tanda bahasa itu

  35. Pendekatan mengenali makna • Pendekatan analitis (referensial) • Pendekatan kontekstual (operasional) • Pendekatan analitis dapat dikenali dengan segitiga makna: pikiran/referensi, acuan/benda yang dirujuk, simbol/kata (pikiran, simbol, acuan) • Pikiran-simbol, dan pikiran-acuan memiliki hubungan langsung, sedangkan simbol dan acuan memiliki hubungan tidak langsung

  36. lanjut: • Pendekatan operasional: makna dicari dalam konteks, makna kata dicari dalam penggunaannya dalam konteks tertentu, tidak mencari makna kata ketika berdiri sendiri, melainkan ketika kata itu digunakan, menimbilkan implikasi suatu kata memiliki sejumlah makna kerena konteks yang berbeda • Contoh : 1. Setiap tahun ada operasi ketupat. 2. Dia baru saja menjalani operasi tulang.

More Related