1 / 13

AGAMA-AGAMA DUNIA

AGAMA-AGAMA DUNIA. ALIRAN BUDHA MAITREYAWIRA. Fiqri Abdurahman Tafsir Hadis A Semester Tiga Dosen ibu Nadroh. LATAR BELAKANG.

Download Presentation

AGAMA-AGAMA DUNIA

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. AGAMA-AGAMA DUNIA ALIRAN BUDHA MAITREYAWIRA Fiqri Abdurahman Tafsir Hadis A Semester Tiga Dosen ibu Nadroh Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag

  2. LATAR BELAKANG • Majlis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (MAPANBUMI) merupakan sebuah organisasi terbesar Agama Buddha yang terhimpun dalam wadah WALUBI, yang lebih terkenal dengan sebutan aliran Buddha Maitreya. Dikatakan aliran Budha Maitreya karena dalam latar pemujaannya di setiap Vihara, selain menghormati Hyang Budha Sakyamuni selaku guru pendiri Agama Budha, Budha Maitreya sangat dijunjung tinggi bahkan menjadi sentral sraddha (keyakinan), sila (disiplin diri), dan samadhi (meditasi) dalam segenap perjuangan pembinaan diri dari pengikutnya. Aliran Budha Maitreya Indonesia dipelopori oleh Maha Sesepuh Maitreyaawira (Alm), seiring dengan didirikannya Vihara Budha Maitreya perdana di kota Malang (Jawa Timur) tahun 1950. Sebagai organisasi keagamaan Budha, MAPANBUMI memiliki peran dan tanggung jawab yang amat besar terhadap bangsa dan negara di dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Maka itu MAPANBUMI mengemban kewajiban untuk membina umatnya agar beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Budha, dan Bodhisatva serta memiliki budi pekerti yang luhur. Selain mengamalkan Dharma agama, umat MAPANBUMI juga senantisa diarahkan untuk mengamalkan Dharma negara dengan memberikan dedikasi dan pengabdian yang setulus-tulusnya kepada bangsa dan negara tanpa membedakan agama, ras, dan suku. Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag

  3. Patung yang Disembah • Di atas bumi kita ini akan dibangun sebuah tatanan baru yang damai sentosa, rukun, tentram dan bahagia, serba cukup, tiada duka, tiada luka dan lain sebagainya. Figur yang diharapkan merealisasikan cita-cita yang agung ini adalah Maitreya. Di Cina, Maitreya dikenal sebagai Budha Tertawa. Dalam sastra Budhis tercatat bahwa Maitreya adalah Manusia Budha berikutnya yang akan datang ke dunia setelah 5.670.000.000 tahun parinibananya Budha Gautama. Kini Maitreya sedang mengamalkan Bodhisatva Dharma di Tusita. Beliau adalah seorang Bodhisatva yang menolak memasuki Nirwana (keadaan transendental bebas dari semua penderitaan). Pemujaan Maitreya sebenarnya sudah mulai berkembang sejak abad ke-2 dan pratima Maitreya yang terlihat dewasa ini pun ada berbagai versi ada yang duduk bersila (sedang membabarkan dharma di Tusita), ada yang berkontemplasi (sedang merrenungi keadaan umat manusia), ada versi Tathagata (mencapai penerangan sempurna di bawah pohon puspa naga). Pratima-pratima yang dibuat dalam berbagai macam gaya menunjukan pemujaan yang luas terhadap Maitreya. Rupa maitreya yang dikenal secara populer adalah yang berperut gendut dan tertawa lebar. Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag

  4. Sejarah KelahiranMaitreya • Sejarah kelahiran Budha Maitreya dan AjaranNya • Budha Gautama bukanlah Budha yang pertama di dalam masa dunia ini (masa dunia atau kalpa, satu kalpa lamanya kurang lebih 4.320.000.000 tahun). Budha sebelumnya adalah Budha Kakusanda, Budha Konagamana, Budha Kassapa, dan Budha yang akan datang adalah Budha Metteya (Maitreya). Dalam Cakkavati Sihanada Sutta, Sutta ke-26 dari Dhiga Nikaya dikatakan bahwa : • “Pada saat itu kota yang sekarang merupakan Varanasi akan menjadi sebuah ibukota yang bernama Ketumati, kuat dan makmur, dipadati oleh rakyat berkecukupan. Di Jambudvipa akan terdapat 84.000 kota yang dipimpin oleh Ketumati sebagai ibukota. Dan pada saat itu orang akan memiliki kehidupan sepanjang 84.000 tahun, di kota Ketumati akan bangkit seorang raja bernama Sankha, seorang Cakkavati (raja dunia), seorang raja yang baik, penakluk keempat penjuru. Dan pada saat itu orang akan berpengharapan hidup hingga 84.000 tahun itulah muncul di dunia seoarang yang terberkahi, arahat, sammasambudha yang bernama Maitreya.Aliran Budha Maitreya ini memandang sesuatu hidup ini luar biasa dan dalam Budisme Maitreya sesuatu yang hidup ini disebut Dharma Hati atau Hakekat Rohani. Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag

  5. Zaman Perkembangan • 1. Maitreya di Zaman Pra Budha Sakyamuni • Sejak berkalpa-kalpa tahun yang lalu, Budha Maitreya telah menjalin jodoh Ilahi, jodoh Budha, jodoh Ketuhanan dengan segenap umat manusia. Di zaman Pra-Budha Sakyamuni sebagai Sarvajna Prabha Manusya Deva dan dalam Sutra Budhis beliau berpantang daging. Beliau mengajarkann maître (kasih), karuna (belas kasih sayang), mudita (simpati) dan Upekha (keseimbangan batin) sebagai catur pramita untuk membimbing umat manusia. Karena panggilan cinta kasih terhadap segenap umat manusia. TZU CHI (Menebar Cinta Kasih & Welas Kasih Kepada Semua Makhluk). Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag

  6. Zaman Kedua • 2. Maitreya di Zaman Budha Sakyamuni Pada zaman Budha Sakyamuni, Bodhisatva Maitreya merupakan salah satu murid dari sang Budha. Beliau tidak membina dengan penegasan cara duduk bermeditasi, namun mendapat afirmasi dari Budha Sakyamuni bahwa ia akan mencapai Kebudhaan. Bodhisatva Maitreya adalah manusia Budha setelah Budha Sakyamuni, sehingga disebut Budha yang akan datang. Masa lalu Budha Maitreya adalah Bhodisatva Maitreya. Dan pada masa itu Bodhisatva Maitreya menegakkan Ikrar Yang Agung, bertekad merubah dunia yang penuh kekacauan menjadi dunia yang damai. Sabda Sang Budha dalam Sutra Maha Ratna Kuta (Ta Pao Ci Kung) Bab 88 (pertemuan Maha Kasyapa), suatu ketika Junjungan Dunia menjalarkan tanganNya yang membiaskan cahaya kemilauan. Dengan dengan jari dan telapak tanganNya yang bersinar bagaikan bunga teratai, beliau mengusap ubun-ubun Bodhisatva Maitreya sambil bersabda Wahai Maitreya! Demikianlah kupesankan kepadmu nanti masa 500 tahun kelima, saat lenyapnya Dharma sejati, engkau harus melindungi Tri Mustika Budha, Dharma, Dan Sangha. Jangan sampai lenyap dan terputus. Seketika itu juga Trisahasra Maha Sahasra Lokyadatu (alam semesta) dipenuhi cahaya terang dan diikuti enam bentuk suara gemuruh yang dahsyat. Semua makhluk suci dan dewa serentak menghormati Bodhhisatva Maitreya dengan sikap hormat. Saat itu Bodhisatva Maitreya segera berdiri sambil menampakkan bahu kanannya dan berlutut menghormati sang Budha dengan sikap hormat. Junjungan Dunia, demi keselamatan semua makhluk aku telah menerima penderitaan laksana kalpa yang tak terhitung, apalagi kini Thagata telah menyampaikan pesan Dharma sejati, bagaimana mungkin tidak terima? Wahai Junjungan Dunia! Kini aku berjanji masa yang akan datang akan kubabarkan Dharma Anuttara Samma Sambodhi yang telah Thagata capai dalam perjuangan berlaksa-laksa kalpa yang tak terhitung. Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag

  7. Zaman Perkembangan ketiga • 3. Maitreya di Zaman pasca Budha Sakyamuni • Sebagai Biksu Berkantong • Budha Maitreya pernah terlahir sebagai Bhiksu Berkantong, lahir di kabupaten Feng Hua daerah Zhi Jiang Ming Zhou (China), asal-usul keluarga yang tidak diketahui. Pada masa akhir pemerintahan Liang Bhiksu berkantong menetap di kuil Yue Lin. Saat menghembuskan nafas terakhir beliau berkata : “Maitreya oh Maitreya telah menjelma banyak sekali tak terhingga, ber tujuan membimbing manusia, namun umat manusia tidak mengenalnya. Dan pratima Budha Maitreya yang dikenal saat ini sebagai Budha sukacita adalah Bhiksu berkantong. • Sebagai Patriat Cin Kung • Budha Maitreya terlahir sebagai Patriat Cin Kung atau disebut dengan Sang Lugu Cin Kung (1853-1925 M), sekaligus sebagai jalan perintis ajaran Maha Tao Maitreya sekarang ini. Patriat Cin Kung mentransmisikan silsilah kepatriatan kepada kedua Guru Agung yaitu Budha Cang Thin Ran (Bapak Guru Agung) dan Bodhisatva Yue Hui (Ibu Guru Suci) Ssetelah tiba di Indonesia M.S. Maitreyawira berjuang keras untuk membangun Vihara dan pada tahun 1950 diresmikanlah vihara pertama Chiao Kuang di kota Malang, Jawa Timur.dan terus berkembang sampai akhirnya pada tahun 1982 M.S Maitreyawira menulis mandat yang mengangkat Sesepuh Fuh Ik Chun (Sesepuh Gautama Harjono) sebagai Pemimpin wadah Ketuhanan di Indonesia menggantikan beliau. Pada tahun 1983 M.S Maitreyawira kembali ke sisi tuhan dalam usia 90 tahun. Selama 30 tahun lebih baliau berjuang merintis dan mengembangkan Wadah Ketuhanan di Indonesia, budi kasihnya menerangi semua umat Maitreya di Indonesia. Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag

  8. Nama Tuhan yang Disembah Tuhan Yang Maha Esa Budha Maitreya Budha Tien Jhan Bodhisatva Yek Hui Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag

  9. Pelaksanaan Ibadah dan Waktunya • Waktu pelaksanaan sembahyang tiga kali sehari yaitu pagi sekitar pukul 06.30, kemudian siang hari pukul 12.00 dan sore hari pukul 18.30 Dalam pemahaman Maitreya pukul 12.00 itu masa transisi baik dari hawa positif maupun hawa negatif.yang semuanya bertujuan agar kita merasa dapat kontak langsung dengan tuhan melalui lampu sinar suci. Dan hal lain yang dapat kita rasakan jika sembahyang di Wihara yaitu : Dapat menjalin hubungan persaudaraan, bersosialisasi, dan kita dapat menaklukan sifat malas yang ada dalam diri kita. Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag

  10. Perlengkapan yang Digunakan dalam Bhakti Puja • Perlengkapan yang harus digunakan dalam pelaksanaan Bhakti puja yaitu : • Tiga Pelita • 12 batang dupa • Tiga cangkir yang berisi air putih, the dan cangkir kosong • Bagan yang berisi 12 batang dupa • Kemudian ada buah-buahan. Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag

  11. Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag

  12. Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag

  13. Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag

More Related