1 / 44

SEMEN Pertemuan 05

SEMEN Pertemuan 05. Matakuliah : S0793 – Teknologi Bahan Konstruksi Tahun : 2009. Learning Outcomes. Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Mahasiswa dapat menjelaskan bahan pembuat dan proses pembuatan Semen Portland Mengidentifikasikan jenis-jenis semen.

yon
Download Presentation

SEMEN Pertemuan 05

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. SEMENPertemuan 05 Matakuliah : S0793 – Teknologi Bahan Konstruksi Tahun : 2009

  2. Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : • Mahasiswa dapat menjelaskan bahan pembuat dan proses pembuatan Semen Portland • Mengidentifikasikan jenis-jenis semen. • Menjelaskan pengujian semen portland

  3. Outline Materi • Fungsi Semen • Proses Pembuatan Semen • Komposisi Semen • Pengikatan Semen • Pengujian Semen • Tipe Semen

  4. FUNGSI SEMEN The cement and water form a paste that hardens and bonds the aggregates together

  5. Semen Hidrolis vs Non Hidrolis • Semen Non Hidrolis yang tidak dapat mengikat atau mengeras di dalam air, contohnya kapur. • Semen Hidrolis yang mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air, contohnya kapur hidrolik, semen portland, dll. • Semen Hidrolis yang paling penting adalah Portland Semen

  6. SEMEN PORTLAND

  7. SEMEN PORTLAND • Portland cement was named for the Isle of Portland, a peninsula in the English Channel where it was first produced in the 1800's. • Since that time, a number of developments and improvements have been made in the production process and cement properties.

  8. PEMBUATAN SEMEN PORTLAND • The production process for portland cement first involves grinding limestone or chalk and alumina and silica from shale or clay. • The raw materials are proportioned, mixed, and then burned in large rotary kilns at approximately 2500°F until partially fused into marble-sized masses known as clinker. • After the clinker cools, gypsum is added, and both materials are ground into a fine powder which is portland cement.

  9. PEMBUATAN SEMEN PORTLAND

  10. ROTARY KILN

  11. PEMBUATAN SEMEN • Penambangan di QUARRY • Pemecahan di CRUSHING PLANT • Penggilingan (blending) • Pencampuran Bahan-Bahan • Pembakaran (CLin) • Penggilingan Kembali hasil pembakaran • Penambahan bahan Tambahan (gipsum) • Pengepakan (packing plant)

  12. PROSES BASAH DAN PROSES KERING • Pembuatan Semen Portland dengan proses basah  Pencampuran dan penghalusan bahan baku dilakukan dalam kondisi basah • Pembuatan Semen Portland dengan proses kering  pemcampuran dan penghalusan bahan baku dilakukan tanpa menambahkan air.

  13. PROSES BASAH vs KERING

  14. PROSES PEMBUATAN SEMEN

  15. BAHAN BAKU PEMBUATAN SEMEN

  16. SENYAWA-SENYAWA SEMEN

  17. HIDRASI

  18. HIDRASI

  19. HIDRASI Persenyawaan Air dengan semen tidak terjadi pada waktu yang singkat. Derajat pengerasan tersebut dipengaruhi oleh - Susunan senyawa semen - Kehalusan Butir Semen - Jumlah Air yang dicampur Persenyawaan air dan semen akan mengeluarkan panas

  20. PANAS HIDRASI

  21. SIFAT-SIFAT FISIK SEMEN • Kehalusan butir • Berat jenis dan berat isi • Waktu Pengerasan Semen (waktu pengikatan awal/innitial setting time dan waktu pengikatan akhir/final setting time) • Kekekalan bentuk

  22. TIPE-TIPE SEMEN

  23. TIPE-TIPE SEMEN

  24. KOMPOSISI SEMEN

  25. FAKTOR AIR SEMEN • Banyaknya air yang digunakan selama proses hidrasi akan mempengaruhi kekuatan beton • JIka air terlalu banyak, maka air akan membuat rongga-rongga di beton • Jika air terlalu sedikit, maka akan mneyebabkan kelecakan atau kemudahan pelaksanaan tidak tercapai • Faktor Air Semen (FAS) adalah berat air dibagi dengan berat semen

  26. FAKTOR AIR SEMEN

  27. PENGUJIAN PENGIKATAN AWAL PASTA SEMEN • Pengujian dilakukan untuk mengetahui kapan pengikatan awal terjadi. Waktu ikat awal (innitial setting time) yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air sampai menjadi pasta • Alat yang digunakan adalah Alat VICAT

  28. WAKTU IKAT AWAL • Pada PC innitial setting time berkisar antara 1 s/d 2 jam • Untuk kasus tertentu diperlukan initial setting time yang lebih panjang untuk transportasi/ hauling, penuangan/ dumping/ pouring, pemadatan/ vibrating dan penyelesaian akhir/ finishing

  29. PENGUJIAN PENGIKATAN AKHIR PASTA SEMEN • Pengujian dilakukan untuk mengetahui kapan pengikatan akhir terjadi. Waktu ikat akhir ( final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen hingga beton mengeras/bisa menerima tekanan • Alat yang digunakan adalah Alat VICAT • Final setting time beton tidak boleh lebih dari 8 jam

  30. Alat Pengujian Waktu Pengikatan Pasta Semen Manual Vicat Apparatus Automatic Vicat Apparatus

  31. PENGUJIAN KEHALUSAN SEMEN / FINENESS • Untuk mengetahui kehalusan semen. • Makin halus suatu semen, maka makin cepat berekasi dengan air dan kekuatan pasta semen akan makin bertambah. • Makin halus suatu semen makin banyak air yang dibutuhkan. • Metode yang digunakan adalah dengan ayakan no 170 ASTM (paling sederhana) atau dengan alat Blaine Air Permeability

  32. Blaine Air Permeability Apparatus

  33. PENGUJIAN BERAT JENIS • Berat jenis dari bubuk Semen Portland berkisar antara 3.1 sampai dengan 3.3. • Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis semen yang digunakan. • Jika menyimpang dari angka diatas, kemungkinan semen tersebut bercampur dengan material lain, atau bahan bakunya tidak bagus. • Alat yang digunakan adalah Botol Le Chatelier

  34. Cara pengujian berat jenis semen a. Peralatan (1) Labu Le-chateleir (2) Corong gelas bertangkai pendek (3) Wadah berisi air (4) Kuas (5) Termometer (6) Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 g, dengan kapasitas tidak lebih dari 200 g b. Bahan. • Kerosin bebas air atau naptha yang mempunyai berat jenis ≥ 62

  35. Cara pengujian berat jenis semen c. Cara kerja (1) Isi labu Le-chateleir dengan salah satu cairan seperti tercantum pada sampai tanda 0 mL – 1 mL pada leher labu. (2) Keringkan leher labu sebelah dalam yang berada diatas permukaan cairan dengan kertas isap. (3) Masukkan sedikit demi sedikit kedalam labu Le-chateleir semen seberat 64 g ± 0,05 g, suhu semen harus sama dengan suhu cairan yang ada dalam labu Le-chateleir. (4) Catat pembacaan pertama setelah labu dicelupkan kedalam wadah berisi air yang bersuhu tetap. Jaga cairan jangan sampai memercik dan jangan ada semen yang menempel pada bagian leher sebelah dalam yang terletak diatas cairan. (5) Alat penggetar dapat digunakan untuk mempercepat penurunan semen. Setelah semua semen diisikan, tutup labu, putar-putar labu dalam posisi miring, atau guncangkan pelan-pelan dalam gerak melingkar horizontal, sehingga tidak terbentuk lagi gelembung udara. Jika jumlah semen yang ditambahkan tepat jumlahnya, maka permukaan cairan akan berada pada skala bagian atas. (6) Celupkan labu kedalam wadah berisi air yang bersuhu tetap untuk selang waktu tertentu, sehingga perbedaan suhu labu pada pembacaan awal dan akhir tidak lebih besar dari 0,2oC. (7) Catat pembacaan akhir.

  36. Cara pengujian berat jenis semen d) Perhitungan • Perbedaan antara pembacaan pertama dan pembacaan akhir menunjukkan volume cairan yang ditempati oleh berat contoh semen. Berat jenis semen = A/B dengan: A adalah berat semen, g; B adalah volume cairan yang dipindahkan, cm3

  37. JENIS SEMEN BERDASARKAN KEGUNAAN (ASTM) Specification C-150

  38. JENIS SEMEN KHUSUS • Semen Putih untuk pekerjaan-pekerjaan Arsitektur • Semen untuk sumur minyak (Oil Well Cement) • Semen Kedap Air (Waterproff Portland Cement) • Semen Plastik (Plastic Cement) • Semen Ekspansif (Expansive Cement)

  39. PERSYARATAN KIMIA SEMEN

  40. PERSYARATAN FISIKA SEMEN

  41. SPESIFIKASI TEKNIS - SEMEN

  42. SPESIFIKASI TEKNIS - SEMEN

  43. SPESIFIKASI TEKNIS - SEMEN

More Related