160 likes | 495 Views
MEMBANGUN KELEMBAGAAN PENYULUHAN. Mengembangkan Kebijakan Membangun Prosedur dan Standar Kerja Mengimplementasi di Lapangan dan Membangun Jejaring. LEMBAGA PENGEMBANG KEBIJAKAN.
E N D
MEMBANGUN KELEMBAGAAN PENYULUHAN Mengembangkan Kebijakan Membangun Prosedur dan Standar Kerja Mengimplementasi di Lapangan dan Membangun Jejaring
LEMBAGA PENGEMBANG KEBIJAKAN • Berdasar filosofi (plus visi dan misi) dibentuk ke-lembagaan yang tupoksinya adalah membuat ke-bijakan-kebijakan pokok; kalau perlu menyusun naskah rencana UU, PP, Kepres, dan Kepmen. • Kelembagaan ini bisa berlokasi di Pusat, atau Pro-pinsi, atau Kabupaten/Kota, tergantung pada ca-kupan program penyuluhan yang akan dilakukan. • TUPOKSI : 1. Membangun struktur organisasi mulai dari pusat (pembuat kebijakan), tingkat menengah (pembuat prosedur dan standar kinerja), dan tingkat pelak-sana.
LEMBAGA TUGAS DAN FUNGSI OUTPUTS ? INPUTS ? PROSES ?
2. Merancang tupoksi dari masing unit dari struktur. 3. Merancang kualifikasi/kompetensi personil yang akan menduduki jabatan-jabatan dalam struktur. 4. Merancang adanya lembaga-lembaga penunjang utama beserta struktur dan tupoksinya. Termasuk lembaga penelitian & pengembangan/pengkajian, lembaga pendidikan & pelatihan aparat dan ma-syarakat. 5. Merancang dan merencanakan sistem kerja uta-ma daripembuat kebijakan sampai pelaksana. 6.Menetapkan kebijakan tentang prosedur perenca-naan program penyuluhan: top down, atau bottom up atau kombinasi dari keduanya.
7. Menetapkan wewenang dan tanggung-jawab masing-masing unit. 8. Menetapkan tujuan-tujuan pokok dari program penyuluhan, tolok ukurnya, dan cara evaluasi-nya kriteria evaluasi personil/aparat. 9. Menetapkan sistem kompensasi, Insentif, dan reward and punishment untuk menjamin adanya motivasi kerja yang tinggi dari seluruh personil. 10. Menjabarkan filosofi penyuluhan pembangun-an ke dalam tahap-tahap kerja/kegiatan, dan perkembangan dan perubahan masyarakat da-pat diamati dan dievaluasi.
MEMBANGUN PROSEDUR DAN STANDAR KINERJA • Perlu ada unit kerja di bawah unit pembuat kebi-jakan yang tugas pokoknya adalah membuat atau membangun prosedur kerja dan standar kinerja. • Kebijakan-kebijakan yang telah dibuat perlu dija-barkan menjadi cara-cara mengimplementasikan, atau menjadi prosedur-prosedur kerja. • Prosedur kerja yang sudah diuji keefektifannya la-lu ditetapkan sebagai standar prosedur kerja atau standard operasional procedure (SOP) . • Kalau ditetapkan sebagai SOP harus diikuti.
Prosedur kerja itu mencakup perencanaan, pe-laksanaan, pengawasan dan evaluasi. • Tidak perlu semua cara melaksanakan sesuatu kegiatan ditetapkan SOP-nya; ada yang justru harus fleksibel memerlukan inisiatif dan krea-tivitas. • Yang menjadi pegangan pokok adalah : efekti-vitas dan efisiensi kerja. Untuk ini proses kegiatan harus mudah diawasi / dipantau dan dievaluasi. • Bagaimana prosedur-prosedur itu akan diso-sialisasikan sampai ke pelaksana ybs, dan apakah perlu ada training atau tidak.
Standar Kinerja adalah mutu kinerja yang ha-rus dicapai. Standar kinerja (hasil kerja) ini ada yang bersifat “pasti”, ada yang sifatnya “minimal”. • Standar kinerja bisa menyangkut mutu (quality), bisa juga menyangkut jumlah (quantity). • Tercapai atau tidaknya standar kinerja itu bisa dipakai untuk menilai aparat / petugas ybs. • Sistem kompensasi, insentif, dan reward & punishment juga disusun oleh “eselon” ini dan ditetapkan oleh pembuat kebijakan. • Filosofi Penyuluhan Pembangunantetap dijadi-kan pedoman dalam pembuatan prosedur kerja.
MENGIMPLEMENTASI DI LAPANGAN DAN MEMBANGUN JEJARING • Dilakukan oleh lembaga yang merupakan unit pelaksana. Unit ini berinteraksi langsungdengan sasaran penyuluhan pembangunan, ialah masyarakat. • Lembaga ini harus menjabarkan prosedur-prosedur kerja menjadi metoda-metoda kerja yang relevan dan sesuai dengan keadaan di lapangan. • Aparat di lembaga inilah yang harus mengim-plementasikan proses pemberdayaan masya-rakat, dan memberi umpan balik ke eselon di atasnya.
Personil di unit pelaksana ini harus mengim-plementasikan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. • Hubungan kerjasama institusional dengan lembaga-lembaga yang relevan di tingkat lapangan perlu dibangun sehingga membetuk jejaring kerja yang bersifat sinergis. • Mengusahakan adanya fasilitas kerja secara memadai yang dapat mendukung efektivitas dan efisiensi kerja. Semua fasilitas kerja harus dapat dimanfaatkan secara optimal dan dipelihara secara maksimal. • Perlu dilengkapi dengan personil yang memi-liki kompetensi yang relevan dengan tugas penyuluhan.