1 / 17

IJMA’ SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

IJMA’ SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM. OLEH: Vitri Nur Hayati (07650045) Dwi Kharisma Setya U. (07650070) Zulfa Ulin Nuha (08650066 ) Aprilia Dewi K. (08650120) Afif Syarifudin (09650041). IJMA’ SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM. Definisi ijma ’ Dasar hukum ijma ’ Rukun-rukun ijma ’

Download Presentation

IJMA’ SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. IJMA’ SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM OLEH: VitriNurHayati (07650045) DwiKharismaSetya U. (07650070) ZulfaUlinNuha(08650066) ApriliaDewi K. (08650120) AfifSyarifudin(09650041)

  2. IJMA’ SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM Definisiijma’ Dasarhukumijma’ Rukun-rukunijma’ Kekuatanijma’ sebagaihujjah Buktikekuatanijma’ sebagaihujjah Kemungkinan-kemungkinanmengadakanijma’ Terbentuknyaijma’ Macam-macamijma’ Objekijma’

  3. DEFINISI IJMA’ Ijma’ menurutulamailmuushulfiqihadalahkesepakatansemuamujtahidmuslimpadamasasetelahnyawafatnyaRasulullah saw atashukumsyara’ mengenaisuatukejadian yang belumadaketetapannyadalamkitabdansunnah. Dalamdefinisidisebutkan “SetelahwafatnyaRasulullah saw”, karenasemasahidupnya, beliausendiriadalahsebagairujukanhukumsyara’, sehinggatidakmungkinadaperbedaanhukumsyara’ jugatidakadakesepakatan. Karenakesepakatanhanyabisaterwujuddaribeberapa orang.

  4. DASAR HUKUM IJMA’ (1) Al-Qur’an Allah swtberfirmanpada Q.S.An-Nisa’:59 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dantaatilahRasul-Nyadanulilamridiantarakamu”. Perkataanamri yang terdapatpadaayatdiatasberartihal, keadaanatauurusan yang bersifatumummeliputiurusanduniadanurusan agama. Ulilamridalamurusanduniaadalah raja, kepalanegara, pemimpinataupenguasasedangulilamridalamurusan agama ialahparamujtahid. Dari ayatdiatasdipahamibahwajikaparaulilamriitutelahsepakattentangsesuatuketentuanatauhukumdarisuatuperistiwa, makakesepakatanituhendaklahdilaksanakandandipatuhiolehkaummuslimin.

  5. DASAR HUKUM IJMA’ (2) Al-Hadits Bilaparamujtahidtelahmelakukanijma’ tentanghukumsyara’ darisuatuperistiwaataukejadian, makaijma’ ituhendaklahdiikuti, karenamerekatidakmungkinmelakukankesepakatanuntukmelakukankesalahanapalagikemaksiatandandusta, sebagaimanasabdaRasulullah saw, yang artinya, “umatkutidakakanbersepakatuntukmelakukankesalahan.” (HR.AbuDauddanTirmidzi).

  6. DASAR HUKUM IJMA’ (3) Akal Pikiran Setiapijma’ yang dilakukanatashukumsyara’, hendaklahdilakukandandibinaatasasas-asaspokokajaranislam. Karenaitu, setiapmujtahiddalamberijtihadhendaklahmengetahuidasar-dasarpokokajaranislam, batas-batas yang telahditetapkandalamberijtihadsertahukum-hukum yang telahditetapkan. Jikamemangsumbernyatidakada, bolehmenggunakansumber lain misalnyaqiyas, istihsan, atau yang lain asalkantidakmenyalahi Al-Qur’an danHadits.

  7. RUKUN IJMA’ (1) • Harusadabeberapa orang mujtahiddikalaterjadinyaperistiwadanparamujtahiditulah yang melakukankesepakatan (menetapkanhukumperistiwaitu). Seandainyatidakadabeberapa orang mujtahid di waktuterjadinyasuatuperistiwatentulahtidakakanterjadiijma', karenaijma' ituharusdilakukanolehbeberapa orang. • Yang melakukankesepakatanituhendaklahseluruhmujtahid yang adadalamdunia Islam. Jikakesepakatanituhanyadilakukanolehparamujtahid yang adapadasuatunegarasaja, makakesepakatan yang demikianbelumdapatdikatakansuatuijma'.

  8. RUKUN IJMA’ (2) • Kesepakatanituharusdinyatakansecarategasolehsetiapmujtahidbahwaiasependapatdenganmujtahid-mujtahid yang lain tentanghukum (syara') darisuatuperistiwa yang terjadipadamasaitu. Jangansekali-kali tersiratdalamkesepakatanituunsur-unsurpaksaan, atauparamujtahid yang diharapkankepadasuatukeadaan, sehinggaiaharusmenerimasuatukeputusan. • Kesepakatanituhendaklahmerupakankesepakatan yang bulatdariseluruhmujtahid. Seandainyaterjadisuatukesepakatanolehsebahagianbesarmujtahid yang ada, makakeputusan yang demikianbelumpastiketarafijma'. Ijma' yang demikianbelumdapatdijadikansebagaihujjahsyari'ah.

  9. KEKUATAN IJMA’ SEBAGAI HUJJAH Bilakeempatunsurijma’ diatasterpenuhi, makahukumdarikesepakatantersebutadalahundang-undanghukumsyara’ yang wajibdiikutidantidakbolehmenyalahinya. Bagimujtahidpadamasaperikutnyatidakbolehmenjadikanperistiwatersebutsebagaiobjekijtihad, karenahukum yang telahditetapkandenganijma’ tersebutadalahhukum yang pasti, yang tidakdibenarkanmenyalahiataumerubahnya.

  10. BUKTI KEKUATAN IJMA’ SEBAGAI HUJJAH • Sebagaimana Allah swtdalam Al-Qur’an memerintahkankepada orang-orang mukminuntuktaatkepada Allah dantaatkepadaRasul-Nya, DiajugamemerintahkanuntuktaatkepadaUlilAmri. • Padadasarnyahukum yang telahdisepakatiolehpendapatsemuamujtahidumat Islam adalahhukumumat yang diperankanolehparamujtahidnya. Ada beberapaHaditsdarirasuldanatsardariparasahabat yang menunjukkanterpeliharanyaumat (dalamkebersamaan) darikesalahan. • Ijma’ atassuatuhukumsyara’ harusdidasarkanpadasandaransyara’ pula, karenamujtahid Islam memilikibatasan-batasan yang tidakbolehdilanggar.

  11. TERBENTUKNYA IJMA’ Kesepakatanitupadadasarnyaadalahhukum yang dihasilkandarimusyawarah orang banyak, bukanpendapatperorangan. Diriwayatkanbahwa Abu bakarketikamenerimasuatupengaduanmasalahdantidakmendapatkanhukumnyadalamkitab Allah maupun al-sunnah, makabeliaumengumpulkanpemimpinumatsertaparasahabatpilihanuntukdiajakmusyawarah. Bilamerekabersepakatatassatupendapat, makahukumnyasegeradilaksanakan,

  12. MACAM-MACAM IJMA’(ditinjaudarisegiyakinatautidaknyaterjadisuatuijma’) • Ijma’ Qath’iyaitusuatukesepakatanparaulamadalammenetapkanhukumsuatumasalahtanpaadanyabantahandiantaramereka. • Contoh: ijma’ ataswajibnyashalat 5 waktudanharamnyaberzina. Ijma’ jenisinitidakseorangpun yang mengingkariketetapannyadankeberadaannyasebagaihujjah, dandikafirkanbagi orang yang menyelisihinyajikaiabukantermasuk orang yang tidakmengetahuinya. • Ijma’ Dhanniyaituhukum yang dihasilkanijma' itudhanni, masihadakemungkinan lain bahwahukumdariperistiwaataukejadian yang telahditetapkanberbedadenganhasilijtihad orang lain ataudenganhasilijma' yang dilakukanpadawaktu yang lain.

  13. MACAM-MACAM IJMA’(ditinjaudarisegicaraterjadinya) • Ijma’ Bayaniyaituparamujtahidmenyatakanpendapatnyadenganjelas den tegas, baikberupaucapanmaupuntulisan. Ijma’ bayanidisebutjugaijma’ shahih, ijma’ qauli, atauijma’ hakiki. • Ijma’ Sukutiyaituparamujtahidseluruhatausebagianmerekatidakmenyatakanpendapatnyadenganjelasdantegas, tapimerekaberdiamdirisajaatautidakmemberikanreaksiterhadapsuatuketentuanhukum yang telahdikemukakanmujtahid lain yang hidupdimasanya. Ijma’ sepertiinidisebutjugaijma’ ‘itibari.

  14. MACAM-MACAM IJMA’[ditinjaudarimasaterjadinya (1)] • Ijma’ Sahabat, yaituijma’ yang dilakukanolehparaSahabatRasulullahsaw • Ijma’ Khulafaurrasyiin, yaituijma’ yang dilakukanolehKhalifah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Tentusajahalinihanyadapatdilakukanpadamasake-empat orang ituhidup, yaitupadamasakhalifah Abu Bakar. Setelah Abu Bakarmeninggalduniaijma’ tersebuttidakdapatdilakukanlagi. • Ijma’ Shaikhan, yaituijma’ yang dilakukanoleh Abu Bakardan Umar bin Khattab

  15. MACAM-MACAM IJMA’[ditinjaudarimasaterjadinya(2)] • Ijma’ al Madinah, yaituijma’ yang dilakukanolehulama-ulamaMadinah. Ijma’ al Madinahmerupakansalahsatusumberhukumislam. • Ijma’ UlamaKufah, yaituijma’ yang dilakukanolehulama-ulamaKufah. MadzhabHanafimenjadikanijma’ ulamakufahsebagaisalahsatusumberhukumislam.

  16. OBJEK IJMA’ Objekijma’ adalahsemuaperistiwaataukejadian yang tdakadadasarnyadalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, peristiwaataukejadian yang behubungandenganibadatghairumahdhah (ibadah yang tidaklangsungditujukankepada Allah swt) bidangmu’amalat, bidangkemasyarakatanatausemuahal-hal yang berhubungandenganurusanduniawitetapitidakadadasarnyadalam al-Qur’an dan al-Hadits.

  17. Sekian dan TerimaKasih

More Related