10 likes | 229 Views
47 ekstrinsik maka individu tersebut melaksanakan bentuk-bentuk luar dari agama. Individu melaksanakan puasa, shalat, naik haji, dan sebagainya bukan atas niat yang ikhlas (kesadaran yang tulus) tetapi hanya untuk mendapatkan dukungan dan sosial dan bukan merupakan faktor intrinsik.
E N D
47 ekstrinsik maka individu tersebut melaksanakan bentuk-bentuk luar dari agama. Individu melaksanakan puasa, shalat, naik haji, dan sebagainya bukan atas niat yang ikhlas (kesadaran yang tulus) tetapi hanya untuk mendapatkan dukungan dan sosial dan bukan merupakan faktor intrinsik. Allport dan Ross (1977) menjelaskan karakteristik kedua orientasi religius secara lebih mendalam sebagai berikut : a. Orientasi Religius Ekstrinsik Individu yang berorientasi religius ekstrinsik cenderung memanfaatkan agama demi kepentingan-kepentingannya sendiri, inemandang agama menurut kerangka kegunaan, dan umumnya mengembangkan keyakinan agamamya secara selektif, sejauh itu sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan primernya. Agama berguna untuk mendukung kepercayaan diri, memperoleh rasa amau, penghiburan, pembenahan diri, memperbaiki status, dan bertahan melawan kenyataan atau memberi sanksi pada suatu cara hidup. Individu tersebut mengarahkan diri kepada Tuhan, tetapi tidak bertolak dari dirinya sendiri. Seseorang digerakkan oleh apa yang bisa individu dapatkan dari agama, lebih berorientasi pada keyakinan dan kehidupan internal tanpa memperhatikan konsekuensi eksternal. b. Orientasi Religius Intrinsik Individu yang berorientasi religius intrinsik memperhatikan motivasi utama dalam agama yang dianutnya, lebih memusatkan pada kepentingan agama. Agama merupakan comprehensive commitment dan driving integrating motive yang mengatur dan menggerakkan seluruh aktivitas kehidupannya. Agama