1 / 75

PENGELOLAAN SAMPAH Oleh Drs. Sudrajat,S.U. FMIPA Unmul 2009

PENGELOLAAN SAMPAH Oleh Drs. Sudrajat,S.U. FMIPA Unmul 2009. PENDAHULUAN. Limbah Padat /Sampah Tidak dianggap produksi, tetapi timbulan Daur Material. SDA. DU Buatan. Pabrik. Konsumen. +. DU Alami. = Konstan. Pengolahan. Buangan. Definisi. SAMPAH :

lars
Download Presentation

PENGELOLAAN SAMPAH Oleh Drs. Sudrajat,S.U. FMIPA Unmul 2009

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENGELOLAAN SAMPAH Oleh Drs. Sudrajat,S.U. FMIPA Unmul 2009

  2. PENDAHULUAN • Limbah Padat /Sampah • Tidak dianggap produksi, tetapi timbulan • Daur Material SDA DU Buatan Pabrik Konsumen + DU Alami = Konstan Pengolahan Buangan

  3. Definisi SAMPAH : - Semua jenis buangan yang bersifat padat atau semi padat yang dibuang karena tidak dipergunakan dan tidak diinginkan keberadaannya ( Referensi : Tchobano Glous) Sesuatu yang tidak dapat digunakan, dibuang, yang berasal dari kegiatan atau aktivitas manusia ( Referensi A.P.H.A) Sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak disenangi atau dibuang, sisa aktifitas kelangsungan hidup manusia

  4. JENIS BUANGAN PADAT • BUANGAN PADAT PERKOTAAN (Municipal Solid Waste) • Pemukiman, Komersial, Lahan terbuka, instalasi pengolahan limbah • BUANGAN PADAT INDUSTRI • BUANGAN PADAT B3 (BAHAN BERBAHAYA & BERACUN)  (Hazardous Solid Waste) • Buangan Padat RS  Patogenik Solid Waste • Buangan Padat Industri

  5. KLASIFIKASI SAMPAH KOTA GARBAGE Kertas, plastik, tekstil, karton, karet, kulit, kayu, sampah kebun, Terbakar RUBBISH Tak Terbakar Kaca, kaleng, aluminium, ferrous. Non ferrous DUST, ASHES DEMOLITION & CONSTRUCTION WASTE Mobil bekas, bangkai binatang, sampah jalan SPECIAL WASTE TREATMENT-PLANT WASTE

  6. KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA • Kuantitas dan Kualitas sangat tergantung pada income (GNP) • Low income < High income Cs = Pertambahan kuantitas sampah (%); Cp = Pertambahan produk pertanian (%); Ci = Pertambahan produk industri (%); Cg = Pertambahan GNP (%) P = Pertambahan jumlah penduduk (%) • Faktor lain: • Lokasi geographis, musim, frekuansi pengangkutan, pencacah sampah, karakteritik populasi, sikap penduduk, recycle, peraturan

  7. TYPICAL COMPOSITION • Sampah sisa makanan (6 – 26 %) • Kertas (15 – 45%) • Karton (3 – 15%) • Plastik (2 – 8%) • Tekstil (0 – 4%) • Karet (0 – 2%) • Kulit (0 -2%) • Sampah kebun (0 -20%) • Kayu (1 – 4%) • Bahan organik lain (0 - 5%) • Kaca (4 – 16%) • Kaleng (2 – 8%) • Non Ferrous metal (0 -1%) • Debu, bongkahan (0 – 10%)

  8. Istilah Limbah padat sangat luas mencakup bukan hanya limbah padat tradisional yang tidak berbahaya, seperti garbage, tetapi juga limbah padat berbahaya. • Persoalan sampah pada dasarnya adalah persoalan judgement, karena kita melakukan keputusan bahwa sesuatu itu tidak bernilai. Sepanjang benda itu tidak kita anggap bernilai, maka benda tersebut berstatus sebagaisampah.

  9. Semua orang tidak mudah bersepakat dalam menetapkan judgment. Penilaian kita terhadap sesuatu benda bisa berubah dari waktu ke waktu dan mungkin sekelompok orang menganggap suatu benda sebagai sampah, namun bagi orang lain benda itu dapat dinilai sebagai sumberdaya alam ( bahan baku suatu unit usaha) • Sehingga dapat dikatakan bahwa mengelola sampah, sama dengan mengelola tatanilai masyarakat.

  10. Limbah padat terdiri atas : Garbage, misalnya sisa susu dan sisa produk lain yang mudah busuk • Refuse, sisa potongan logam, jaringan, papan, container • Sludges, dari jaringan pengolahan limbah jaringan pengolah limbah, jaringan pengolahan penyediaan air atau fasilitas control polusi • Material buangan lain, termasuk material padat, semipadat, cairan atau material yang mengandung gas yang berasal dari industri, perdagangan, pertambangan, pertanian dan kegiatan masyarakat.

  11. Secara umum komposisi dari sampah di setiap kota bahkan negara hampir sama yaitu: - Kertas dan katun±35 % - Logam±7 % Gelas±5 % - Sampah halaman dan dapur±37 % - Kayu±3 % - Plastik, karet, dan kulit±7 % - Lain-lain±6 %

  12. SIFAT FISIK SAMPAH KOTA • Berguna untuk penyediaan alat & antisipasi dampak • Terdiri dari: • Berat jenis (target = 600 kg/m3) • Kandungan air/kelembaban • Ukuran partikel & distribusi ukuran • Kapasitas medan • Koefisien kelulusan air pada sampah yg sudah terkompaksi

  13. SIFAT KIMIA SAMPAH KOTA • Terdiri dari • Unsur kimia dominan (C,H,O,N,S, Ash) • Kalori bakar (energy content)  600–1400 BTU • T pada proses dekomposisi • T untuk pembakaran  abu (1200C) • Analisa penyusutan setelah pembakaran, analisa partikel terlepas ke atm dan residu abu

  14. SIFAT BIOLOGI SAMPAH KOTA • Komposisi bahan organik  pembentukan gas  vektor lalat • Proses laju penguraian tgt habitat aerobik, anaerobik & fakultatif • Dihasilkannya air lindi (leachate) • Vol dipengaruhi curah hujan • Pengolahan  kolam oksidasi atau kolam anaerab (td = 30 hr) Dead zone (60-70C) Breeding zone (20-40C) Migration zone

  15. Dengan jumlah penduduk th 2006 diperkirakan 224 jutaan, maka jutaan sampah setiap hari akan muncul di Indonesia. • Hal ini dapat dihitung dengan kontribusi sampah per kepala/hari x jumlah penduduk • Untuk sektor informal, kontribusinya ± 1.3 kg/hari/kepala • Untuk sektor formal, kontribusinya ± 3.3 kg/hari/kepala • Untuk sektor pemukiman kumuh dan rumah-rumah liar , kontribusinya ± 1.6 kg/hari/kepala

  16. Sampah/ limbah padat mempunyai implikasi kepada kesehatan dan lingkungan : “ the potential risk to health and environment”. • Selain itu secara ekonomis akan merugikan lingkungan hidup baik secara langsung atau tidak langsung dan besarnya biaya untuk pengelolaannya yang harus dipikul masyarakat.

  17. Pengelolaan sampah atau buangan /limbah padat pada umumnya merupakan suatu problem yang tidak akan pernah ada akhirnya, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas sampah. Hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tuntutan kualitas hidup yang lebih baik. ------------------- Perlu Upaya pengendalian dan pengolahannya untuk menciptakan lingkungan yg : Bersih aman sehat

  18. Pengelolaan Persampahan • Kegiatan yang berhubungan dengan penanganan sampah disumbernya, penyimpanan, pengumpulan, transfer/transport, proses dan penyingkiran, dengan memperhatikan aspek-aspek : • Kesehatan masyarakat • Ekonomi - sosial • Teknologi • Estetika

  19. Kedangkalan berfikir Di kalangan pengkaji manajemen lingkungan, telah lama diajukan kritik terhadap kecenderungan pengelolaan suatu kegiatan industri/kegiatan di ujung akhir persoalan ( end of the pipe approach).  Hingga kini masih banyak manajemen persampahan yang mengadopsi pendekatan ini, sehingga kita mengenal Tempat pembuangan sementara ( TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir ( TPA).

  20. Manajemen sampah di kota makin kompleks, karena adanya natalitas dan urbaniasi yang tinggi, tingginya standard kehidupan, gaya hidup dan adanya pasokan barang dari kawasan hinterland berupa sayuran, makanan, buah-buahan, yang kemudian dikemas lebih lanjut oleh para pekerja komersial di kota.

  21. Sumber dan Tipe Sampah Padat di Area Perkotaan • Wilayah pemukinan ( kertas, plastik, kain/tekstil, kulit, sampah kebun, kayu, gelas, metal dan beberapa sampah rumah tangga lainnya) • Wilayah Industri ( sampah pengepakan, sisa material bangunan, sisa potongan material, ampas biji besi, sisa pembuangan jahitan, sisa pembuangan kotoran gas, kardus, makanan masal, kayu, plastik, besi, commersial paper • Wilayah Publik ( sampah jalanan, taman, pantai, endapan lumpur, sampah guguran dan pangkasan pohon.

  22. Sifat sampah • Sampah Burbanable ( dapat dibakar) • Sampah organik • Dapat digunakan sebagai bahan kompos • Dapat didaur ulang ( recycling)

  23. CARA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT Ada 2 pola dasar, yakni : (1) Konvensional, bersifat pasif yang lebih menekankan kepada penanganan sampah yg dihasilkan ( end of pipe). Sistematika kerja masih bisa mengandalkan berbagai pola penanganan yang dilakukan pemerintah. Misalnya sistem manajemen pembentukan TPA, pengolahan akhir yang dapat dipakai berulang ( sanitary landfill reusable), penggunaan alat pembakar sampah ( incinerator), penanaman sampah ( landfilling), sistem pembuangan terbuka ( open dumping), hingga bentuk kerjasama penanganan sampah yang melibatkan beberapa jaringan internasional.

  24. Karakteristiknya • Adanya keterlibatan Pemda dan negara ( penyediaan TPA, anggaran keuangan, pajak sampah, penyediaan sarana angkut, sdm) • Memerlukan lahan yang luas • Merupakan ajaran klasik, namun belum menyentuh akar permasalahan manajemen sampah

  25. (2).Mencegah timbulnya masalah sampah sebelum ada ( clean production) - Merupakan penanganan yang sifatnya preventif - Mengutamakan penyadaran masyarakat - Kesadaran dimulai dari perlakukan terhadap komoditi barang dengan prinsif 4 R ( Recycling, Reuse, Reduce and Replace) - Konsep ini dijalankan secara mandiri oleh konsumen - Pemilihan gaya hidup konsumen yang bersifat clean production tampak ketika menentukan skala prioitas sebelum membeli suatu komoditi. - Pemilihan tersebut berupa pemilihian komoditis yg tahan lama, dapat didaur ulang dan ramah lingk. - Mengedepankan lokalitas, dimana setiap individu mempunyai kebijakan loka dalam menangani masalah sampah yang muncul.

  26. Reuse, adalah program pemakaian kembali sampah yang sudah terbentuk seperti penggunaan bahan-bahan plastik/kertas bekas untuk benda-benda souvenir, bekas ban untuk tempat pot atau kursi taman, botol­botol minuman yang telah kosong diisi kembali dan sebagainya.

  27. Proses Recycle ( daur ulang) agak berbeda dengan kedua program sebelumnya. Dalam hal ini sampah sebelum digunakan perlu diolah ulang terlebih dahulu. Bahan-bahan yang dapat direcycle atau didaur-ulang seperti kertas atau sampah bekas, pecahan-pecahan gelas atau kaca, besi atau logam bekas dan sampah organik yang berasal dari dapur atau pasar dapat didaur-ulang menjadi kompos (pupuk).

  28. Proses Recycle (daur-ulang) ini juga dapat mengubah sampah menjadi energi panas yang dikenal dengan proses insenerasi. Insenerasi sederhana sudah ada yang melakukan oleh beberapa industri misal di Jakarta, yaitu menggunakan limbah padat dalam bentuk lumpur hasil akhir pengolahan air limbahnya tidak dibuang ke tanah tetapi digunakan sebagai bahan bakar setelah mengalami pengeringan.

  29. PENGELOLAAN LIMBAH Cleaner Production / Waste Prevention Material substitution Waste Minimization / Source Reduction Process modification, equipment redesign Recycling New product Thermal destruction, physical, chemical, biological Waste Treatment Waste Disposal Landfill

  30. PENGELOLAAN LIMBAH Raw Material Use of Material Reuse Waste Generation Recycle Waste Collection/Storage, Transportation and Treatment (On Site) Waste traders Waste Transportation, Treatment and Disposal (Off site) Waste traders Environment

  31. SISTEM PENGELOLAAN • 6 unsur fungsional dalam manajemen pengelolaan TIMBULAN / GENERATION PEWADAHAN / STORAGE PENGUMPULAN PEMINDAHAN/ PENGANGKUTAN PENGOLAHAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

  32. SISTEM PENGELOLAAN S U M B E R S A M P A H INSTITUSI DOMESTIK Kantor & Komersial Laboratorium / RS Kumuh Formal Non Formal INDUSTRI MITC STANDARD TRANSFER Dipo / Container MATCT Call MATCT MATT MATCT TREATMENT TPA TPA KHUSUS

  33. SISTEM PENGELOLAAN • On site handling • Perlakuan terhadap sampah sampai pada tempat pengumpulan sementara • On site storage • Containers and Location • Collection • Service Angkutan sampah kota dan Angkutan sampah industri • System: • Hauled-Container System (HCS) = Sistem Wadah Angkut • Stationary-Container System (SCS) = Sistem Wadah Tinggal

  34. SWA conventional mode GARASI Terminal Akhir

  35. SWA exchange mode GARASI Terminal Akhir

  36. SWA Combination mode GARASI Terminal Akhir

  37. Transfer dan transport • Transfer station • Direct discharge • Storage Discharge • Location • Akses mudah ke daerah layanan • Akses mudah ke jalan raya utama • Minimum gangguan ke masyarakat • Ekonomis • Transportation Means • Sistem hidrolis u/ kompaksi 2-3 kali • Tangan otomatis • Front loading, side loading, rear loading

  38. PENGOLAHAN SAMPAH • Fisika • Pembakaran  insinerator • Kimia • Desinfeksi • Biologi • Komposting  aerob • Anaerobic digester • Landfill

  39. FAKTOR2 YANG PERLU DIPERHATIKAN SEBELUM MENGOLAH LIMBAH PADAT 1. Jumlah limbah • sedikit: mudah ditangani sendiri • banyak: membutuhkan penanganan khusus (tempat dan sarana pembuangan) → 4 m3 limbah padat/hari. 2. Sifat fisik dan kimia limbah Sifat fisik: mempengaruhi pilihan tempat pembuangan, sarana pengangkutan dan pilihan pengolahan. Sifat kimia dari limbah padat akan merusak dan mencemari lingkungan dengan cara membentuk senyawa baru.

  40. 3. Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan Karena lingkungan ada yang peka/tidak peka terhadap pencemaran, maka perlu diperhatikan: a. Tempat pembuangan akhir (TPA) b. Unsur yang akan terkena c. Tingakat pencemaran yang akan timbul 4. Tujuan akhir dari pengolahan Ada 2 tujuan akhir, yaitu: Bersifat ekonomis dan non-ekonomis • Tujuan pengelolaan yang bersifat ekonomis: Meningkatkan efisiensi pabrik secara menyeluruh dan mengambil kembali bahan yang masih berguna untuk didaur ulang/dimanfaatkan lain. • Tujuan pengelolaan yang bersifat non-ekonomis: Untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.

  41. PRINSIF PENGOLAHAN LIMBAH PADAT Ada 4 proses, yaitu: • Pemisahan • Penyusutan ukuran • Pengomposan • Pembuangan limbah

  42. TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DI TPA • Metode Dumping • Metode Landfill • Metode Composting • Metode Submarine disposal • Incinerator • Pyrolysis • Recycling • Terpadu

  43. Metode Dumping • Sampah dibuang begitu saja ke suatu jurang • Perlu areal yang luas • Telah menimbulkan masalah pencemaran lingkungan • 2. Metode Sanitary Landfill • Sampah ditampung dalam areal kecil dan direduksi menjadi partikel- partikel kecil. Sampah yang telah diolah kemudian ditanam di tanah dengan kedalaman tertentu yang telah dilapisi oleh tanah liat setebal 1-2 m atau plastik khusus untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan. Kegiatan ini untuk menghindari serbuan lalat dan serangga lainnya. • Lapisan tanah ini juga untuk meminimalisasi masuknya air ke sampah ataupun keluarnya gas bau dari timbunan sampah.

  44. TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) • Capacity The available voidspace must be calculated by comparison of the landform with a proposed restoration profile. • Density of the wastes, Amount of intermediate and daily cover, Amount of settlement that the waste will undergo following tipping, Thickness of capping, Construction of lining and drainage layers. • Protection of soil and water through: • Installation of liner and collection systems. • Storm water control • Leachate management. • Landfill gas migration. • Nuisances and hazards management. • Costs • Feasibility studies • Site after care • Site investigations • Site respect

  45. TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) non hazardous waste landfills, must • Confined to as small an area as possible. • Compacted to reduce their volume. • Covered (usually daily) with layers of soil.

  46. TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) • LAHAN URUG SANITER (LUS) • Sanitary Landfill • Tidak terjadi pencemaran air • Tidak terjadi perkembangan vektor penyakit • Polusi udara • Pencemaran estetika • Gangguan-gangguan lingkungan • Sampah tertutup tanah setiap akhir hari kerja • Terhindar dari limpasan air hujan

  47. TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) • CONTROLED LANDFILL (LUT) • Dilakukan ± 30 tahun  proses dekomposisi selesai (produksi gas berhenti) • Pengurugan dilakukan 1 minggu sekali / tidak setiap hari

More Related