40 likes | 130 Views
Artikel ini mencoba menerangkan cara sederhana bagaimana cara mengajarkan ketrampilan bertanya dan berpikir kritis.
E N D
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/288670576See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/288670576 Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif Article · October 2015 CITATIONS 0 READS 82 1 author: Manik Sukoco Universitas Negeri Yogyakarta 22PUBLICATIONS0CITATIONS SEE PROFILE Some of the authors of this publication are also working on these related projects: The Problems of Implementing Scientific Approach Faced by Civics and Citizenship Education Teacher at SMP Negeri 1 GrujuganView project International Perspective of Civics and Citizenship EducationView project All content following this page was uploaded by Manik Sukoco on 29 December 2015. The user has requested enhancement of the downloaded file.
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif Manik Sukoco* *Prodi PPKn Program Pasccasarjana UNY dan Kolumnis Majalah Inside Indonesia, E-mail: itsmanik@fastmail.net Ketika kita sebagai guru sekolah dasar menghadiri sebuah workshop atau seminar, kita selalu diberi kesempatan oleh presenter atau moderator untuk bertanya. Coba kita lihat, dari seluruh peserta, berapa orang yang mau bertanya. Dipastikan peserta yang mau bertanya dapat dihitung dengan jari. Secara umum alasan mengapa peserta jarang sekali yang mau bertanya karena mereka tidak tahu harus bertanya apa. Di sini rupanya letak permasalahannya. Kalau guru saja tidak tahu harus bertanya apa atau tidak terbiasa mengkritisi suatu permasalahan, bagaimana dengan murid-muridnya? Ternyata bertanya itu tidak mudah, bukan? Banyak faktor mengapa siswa (utamanya di sekolah dasar dan menengah) jarang bertanya, antara lain: 1. Tidak tahu harus bertanya apa 2. Tidak dapat mengorganisasikan pikiran menjadi pertanyaan 3. Tidak percaya diri dan takut ditertawakan karena dianggap bertanya itu ibarat bodoh Selagi awal tahun ajaran baru, ini adalah saat yang paling tepat untuk mengajarkan sejak awal ketrampilan bertanya dan mengasah cara perpikir kritis. Di bawah ini ada cara sederhana yang dapat diterapkan di dalam kelas untuk membantu siswa dalam belajar bertanya : 1. Menebak benda dalam karung atau kardus Taruhlah sebuah benda dalam tas atau kardus. Benda tersebut dapat berupa jam, pensil, CD, mouse, atau kunci. Berikanlah satu kalimat petunjuk (clue), misalnya “Benda ini terdapat di semua ruang kecuali kamar mandi”. Dari petunjuk itu, siswa dapat mengembangkan menjadi kalimat tanya dengan diawali kata”apa”. Misalnya, “Apakah benda tersebut hanya bisa dipakai oleh pria?”, maka guru hanya boleh menjawab ya atau tidak. Meskipun pertanyaan yang disusun oleh siswa hanyalah pertanyaan sederhana, yaitu diawali dengan kata apakah, tetapi siswa sebenarnya belajar menghubungkan fakta-fakta dari pertanyaan orang lain. Fakta-fakta itu kemudian digunakan untuk menyusun pertanyaan lain yang isinya berbeda. Jadi mereka tidak boleh mengulang pertanyaan temannya. Dalam hal ini, siswa juga menerapkan keterampilan mendengarkan yang produktif. Bila isi dalam kardus tersebut sudah tertebak, maka orang yang menebak itu akan memimpin aktivitas ini yang tugasnya menjawab ya atau tidak. 2. Ada apa di belakangku? Kegiatan ini seperti permainan tebak-tebakan, mirip dengan cara di atas, yaitu menjawab ya atau tidak. Caranya adalah seorang siswa maju ke depan, berdiri membelakangi papan tulis. Guru menuliskan kata di papan tulis tepat dibelakang (agak atas) siswa yang berdiri. Siswa yang berdiri dapat bertanya yang diawali dengan kata “apakah”, sementara siswa lain hanya boleh menjawab ya atau tidak.
3. Tahukah kamu? Siapkan sebuah benda yang menarik perhatian dan jarang dilihat oleh siswa. Letakkan benda tersebut di atas meja. Langkah berikutnya mintalah siswa untuk berpikir lebih dulu, kira-kira hal apa yang mereka ingin ketahui tentang benda tersebut. Di papan tulis, guru dapat mendaftar hal- hal yang ingin mereka tanyakan. Di sini guru hanya menulis kata kuncinya (topik) saja, bukan pertanyaan. Kemudian berdasarkan daftar kata kunci atau topik tersebut, guru meminta siswa untuk menyusun pertanyaan. Bila tiba-tiba tidak ada siswa yang merespon, guru bisa memberi contoh terlebih dahulu dengan mengambil satu kata kunci dari daftar di papan, misalnya kata kunci penemu, maka menjadi ,”Siapakah yang menemukan benda ini?” atau kata kunci alasan berbunyi “Mengapa benda ini berbunyi?”. Lalu bimbinglah siswa untuk lebih mengembangkan lagi dengan beberapa bantuan penggalan kalimat tanya, seperti,”Seandainya… , apa yang akan terjadi? atau “Apa hubungan antara … dengan …?” Sekali lagi, guru dapat menegaskan bahwa siswa dapat bertanya seluas mungkin tanpa harus takut mencari jawabannya karena tujuannya adalah belajar bertanya. Setiap kali siswa dapat membuat pertanyaan, guru harus menuliskan di papan supaya siswa lain dapat belajar dari temannya. Setelah selesai, guru dapat mendiskusikan dengan murid dengan cara menggarisbawahi kata-kata kunci baru yang diperoleh dari daftar pertanyaan, misalnya penemu, alasan, dampak, keuntungan, kerugian, manfaat, masa depan, kualitas, kendala, masalah, solusi, cara kerja, sebab akibat, dan sebagainya. Hal ini penting supaya siswa memahami ciri-ciri membuat pertanyaan yang bermutu. Selain itu kata-kata kunci ini sebenarnya dapat membantu siswa menyusun kalimat tanya yang baik dan benar sehingga mudah dipahami oleh orang lain. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam berkelompok, yaitu satu kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 orang menyusun pertanyaan sebanyak – banyaknya berdasarkan sebuah benda yang berbeda dari kelompok lain. Kemudian hasilnya dapat dibacakan di depan kelas dengan harapan bahwa setiap siswa dapat belajar dari temannya. Karena dengan mendengarkan, siswa akan mendapatkan ide-ide baru yang nantinya membantu mereka dalam berpikir kritis. Manfaat ketiga aktivitas di atas adalah membantu siswa meningkatkan rasa ingin tahu, tidak hanya sekedar fakta atau bentuk fisik dari benda yang dapat dilihat, tetapi mengajari siswa bagaimana melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dan dari berbagai sisi. Bila hal ini dilakukan beberapa kali, maka siswa akan menjadi terbiasa bertanya dengan mudah dan kualitas pertanyaannya juga akan mencerminkan kedalaman berpikir. Bila siswa sudah paham cara bertanya, maka guru dapat melibatkan siswa di dalam proses belajar mengajar. Ketika guru akan memulai pelajaran, guru dapat memberitahu topik yang akan dipelajari. Kemudian guru dapat menugasi siswa untuk menulis 3 atau 5 buah pertanyaan tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui lebih dalam. Bila mereka lupa atau menemukan kesulitan, guru dapat mengingatkan kembali kata-kata kunci yang bisa digunakan untuk menyusun pertanyaan. Sebaiknya pertanyaan-pertanyaan itu ditulis di kertas lalu ditempel di papan. Tujuannya selain menumbuhkan rasa ingin tahu, mereka juga tahu seberapa dalam cara perpikir orang lain. Di samping itu guru juga akan tahu sedalam apa keigintahuan siswa terhadap topik. Nah, diakhir pelajaran, guru dapat mengambil beberapa pertanyaan tersebut lalu meminta siswa lain untuk menjawab. Bukankah hal ini dapat memudahkan guru untuk mengetahui apakah siswa memahami materi yang kita ajarkan?
Di abad 21 yang serba digital siswa tidak cukup hanya duduk diam menunggu guru bertanya. Mereka harus tanggap dan merespon peristiwa dengan berpikir kritis, yaitu bertanya yang bermutu. Dengan kata lain bertanya yang jawabannya lebih dari satu kata dan membutuhkan penjelasan atau alasan! Selamat mencoba, semoga bermanfaat! View publication stats View publication stats