1 / 60

Bahan Kajian pada MK. Manajemen Kesuburan Tanah EVALUASI KESUBURAN TANAH Diasbtraksikan Oleh :

Bahan Kajian pada MK. Manajemen Kesuburan Tanah EVALUASI KESUBURAN TANAH Diasbtraksikan Oleh : SMNO.jursntnh.fpub . Des2012. PRODUKSI TANAMAN. Bertumpu pada unsur hara yang tersedia dalam tanah 2. Penambahan unsur hara melalui pemupukan dan praktek pengelolaan lainnya.

merle
Download Presentation

Bahan Kajian pada MK. Manajemen Kesuburan Tanah EVALUASI KESUBURAN TANAH Diasbtraksikan Oleh :

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. BahanKajianpada MK. ManajemenKesuburan Tanah EVALUASI KESUBURAN TANAH DiasbtraksikanOleh: SMNO.jursntnh.fpub. Des2012

  2. PRODUKSI TANAMAN • Bertumpu pada unsur hara yang tersedia dalam tanah • 2. Penambahan unsur hara melalui pemupukan dan praktek pengelolaan lainnya Kebutuhan tanaman terhadap hara Kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat beragam dan berfluktuasi Pupuk Teknik Diagnosis/Pendugaan: 1. Identifikasi gejala defisiensi hara 2. Uji Tanah 3. Analisis jaringan tanaman Kemampuan tanah menyediakan hara bagi tanaman

  3. TEKNIK PENDUGAAN STATUS KESUBURAN TANAH Identifikasi Gejala Defisiensi Unsur Hara pada tanaman Analisis jaringan tanaman yg tumbuh pada tanah Uji Biologis: Ukuran tingkat kesuburan tanah adalah pertumbuhan tanaman atau mikroorganisme tertentu UJI TANAH SECARA KIMIAWI

  4. EVALUASI KESUBURAN TANAH “Proses diagnosis problematik hara dan pembuatan rekomendasi pupuk” Missing Element Technique Analisis Tanaman Uji Tanah UJICOBA PUPUK KOMBINASINYA

  5. GEJALA DEFISIENSI UNSUR HARA PADA TANAMAN Pertumbuhan tanaman yg tidak normal dapat disebabkan oleh adanya defisiensi satu atau lebih unsur hara, gangguan dapat berupa gejala visual yang spesifik. Gejala defisiensi hara: 1. Kegagalan pertumbuhan pd saat perkecambahan 2. Pertumbuhan tanaman sangat kerdil 3. Munculnya gejala spesifik pad daun, pd waktu tertentu 4. Internal abnormalities, misalnya penyumbatan jaringan pembuluh 5. Tertundanya kemasakan tanaman 6. Penurunan hasil tanaman 7. Kualitas tanaman: kandungan protein, minyak, pati, daya simpan 8. ….. Gejala defisiensi bersifat relatif, seringkali defisiensi satu unsur hara bersamaan dengan kelebihan unsur hara lainnya. Di lapangan tidak mudah membedakan gejala-gejala defisiensi. Tidak jarang gangguan hama dan penyakit menyerupai gejala defisiensi unsur hara mikro. Gejala dapat terjadi karena berbagai macam sebab

  6. HIDDEN HUNGER = KELAPARAN TERSEMBUNYI “Situasi dimana tanaman memerlukan tambahan unsur hara tertentu meskipun belum ada gejala defisiensi yang spesifik” Kandungan hara dalam tanaman berada di atas zone defisiensi, namun masih berada di bawah batas optimal untuk pertumbuhan dan produksi tanaman Melacak hidden hunger Field trial Tissue test Plant analyses Feed value Morfologi Part analyses root absorption Soil tests air tanah, aerasi, suhu Optimum fisiologis Top yield Hidden hunger Optimum ekonomis Symptoms dosis pemupukan Hasil analisis tanaman berguna untuk menyusun program pemupukan musim tanam mendatang . Hasil uji tanah berguna untuk membantu mengeliminir / mengatasi problematik hara musim tanam sekarang Kedua cara ini harus digunakan dengan hati-hati, terutama dikaitkan dengan sejarah pengelolaan tanah pada masa yang lalu

  7. PENGARUH MUSIM Kekurangan hara dalam tanah diperparah oleh kondisi cuaca yang abnormal, misalnya kekeringan tanah atau kelebihan air yg menggenang, atau suhu tanah yang tdk normal. Pengaruh temperatur thd kandungan N-P-K daun tomat Umur Dry matter (%) tanaman 12oC 20oC (hari) N P K N P K 36 3.27 0.15 2.12 4.92 0.38 4.23 50 4.11 0.37 3.11 4.78 0.44 4.40 60 4.62 0.35 1.70 6.05 0.47 3.12 110 4.40 0.43 4.95 4.15 0.62 4.20 Sumber: Zurbicki, 1960. Pada kondisi temperatur rendah, tanaman tomat menyerap lebih sedikit nitrogen, fosfat dan kalium.

  8. PENGARUH STRESS AIR TANAH Stress air tanah mempengaruhi penyerapan unsur hara oleh tanaman jagung. Kandungan NPK daun jagung lebih rendah pada kondisi stress air tanah. Pemupukan dapat mereduksi efek stress air tanah Pengaruh pemupukan N-P-K dan stress air tanah thd kadar NPK daun jagung Dosis pupuk Kadar NPK N P K No stress days Maximum stress ……… kg/ha ……………. ………………… % N …...……………. 0 78 47 2.0 1.5 179 78 47 2.9 2.2 ………………… % P …...……………. 179 0 47 0.26 0.12 179 78 47 0.32 0.18 ………………… % K …...……………. 179 39 0 1.1 0.7 179 39 93 1.6 1.2 Sumber: Voss, 1970.

  9. ANALISIS TANAMAN (Plant Analyses) Dua macam analisis tanaman yg lazim adalah: 1. Tissue test, biasanya dilakukan pada jaringan segar tanaman di lapangan 2. Total analyses, dilakukan di laboratorium Analisis tanaman didasarkan pada premise bahwa: “ Jumlah unsur hara tertentu dalam tanaman merupakan indikasi dari ketersediaan unsur hara tersebut dalam tanah”. Karena kekurangan unsur hara tertentu akan membatasi pertumbuhan tanaman, maka kemungkinan unsur hara lain dalam tanaman menunjukkan konsentrasi tinggi. Tingkat kritis (critical level) unsur hara telah berhasil ditemukan pada berbagai jenis tanaman. Tingkat kritis adalah kandungan (content) suatu unsur hara dalam tanaman, di bawah mana hasil tanaman atau pertumbuhannya menurun di bawah optimum. Misalnya tingkat kritis P daun jagung pada masa pembungaan adalah 0.3% P. Ternyata besarnya tingkat kritis ini juga dipengaruhi oleh keseimbangan unsur hara lain dalam tubuh tanaman

  10. TISSUE TEST Uji Jaringan Tanaman Dalam uji ini digunakan cairan sel dari jaringan tanaman segar untuk mengetahui jumlah unsur hara yg masih belum terasimilasi, seperti N, P, K, Mg dan Mn. Hasil uji ini dikategorikan menjadi Sangat Rendah, Rendah, Medium,atau Tinggi GENERAL METHOD 1. The Purdue Soil and Plant Test Kit: Bagian tanaman dihancurkan dan diekstraks dengan reagen khusus. Intensitas warna yang berkembang diabndingkan dengan standar 2. Metode Kertas Saring. Cairan sel dipindahkan ke dalam kertas saring, kemudian dilakukan uji unsur hara N, P, K dengan menggunakan reagen tertentu. Bagian tanaman yang dianalisis Harus dipilih bagian tanaman yang dapt memberikan indikasi paling baik terhadap status hara tanaman.

  11. Bagian tanaman yg digunakan untuk Uji Jaringan Tanaman Tanaman Nitrogen Fosfor Kalium Jagung Main stem , Leaf midribs near ear Blade tissue, leaf midribs midrib near ear Kedelai - Petiole pd bagian atas tnm Petiole Biji-bijian Main stem Jaringan daun di dekat Sama dg Fosfor pusat tanaman Kentang dan Main stem, Petiole pd bagian – Tomat petiole bawah tnm Petiole Sumber: Ohlrogge, 1962.

  12. TIME OF TESTING Tingkat kemasakansangatpentingdalamujijaringantanaman. Umumnyatanamansemusimmengalamiperubahan status haraselamamasapertumbuhannya Umumnyaperiodekritisterjadipadafasepembungaanatauantarapembungaanhinggaawalpembuahan. Selamaperiodeinipenggunaanunsurharapadatingkatmaksimum. Kandungannitratbiasanyalebihtinggi pd pagihari, sehinggaujijaringantdkbolehpagi-pagi. Beberapa hal penting: 1. Hal yg ideal adalah mengikuti serapan hara selama musim pertumbuhan dg jalan uji lapangan sebanyak lima atau enam kali. Biasanya kandungan hara lebih tinggi pada awal musim pertumbuhan 2. Kebutuhan tanaman paling besar biasanya terjadi pd saat masa pembungaan dan awal pembentukan buah dan biji 3. Pembandingan tanaman di lapangan sangat berguna. Uji tanaman dari daerah defisien dibandingkan dg tanaman dari daerah normal 4. Ragam tanaman, jumlah sampel 10 - 15 tanaman

  13. USE OF TISSUE TEST & PLANT ANALYSES 1. Membantu menentukan kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara. Hasil uji jaringan ini dipadukan dengan hasil uji tanah dan sejarah pengelolaan lahan. 2. Membantu mengidentifikasi gejala defisiensi 3. Membantu menentukan pengaruh pemupukan thd suplai hara dlm tanaman. Hal ini sangat penting untuk mengukur pengaruh pupuk meskipun tidak ada respon hasil. Dalam banyak kasus, hara ppuk tidak dapat diserap tanaman karena penempatannya keliru, cuaca kering, pencucian, fiksasi oleh tanah, atau aerasi buruk 4. Mengkaji hubungan antara status hara tanaman dengan penampilan tanaman 5. Survei daerah yang luas 6. Menarik partisipasi banyak orang.

  14. INPERPRETASI TISSUE TEST & PLANT ANALYSES Interpretasi hasil uji dan analisis tanaman harus dikaitkan dengan proses fisiologi tanaman. Beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan adalah: 1. Performance dan vigor tanaman secara umum 2. Kandungan unsur hara lainnya dalam tanaman 3. Adanya gangguan hama dan penyakit 4. Kondisi tanah, seperti aerasi yg buruk, kemasaman tanah, suhu tanah 5. Kondisi air tanah, stress air , genangan air 6. Kondisi klimatik 7. Waktu dalam seharian: pagi, siang, sore, malam. 1. Umumnya kalau pada awal pertumbuhannya tanaman mempunyai kandungan N,P, atau K yang rendah hingga medium, maka hasil tanaman akan di bawah optimum 2. Pada saat pembungaan hasil uji medium hingga tinggi dianggap cukup untuk kebanyakan tanama n

  15. TOTAL ANALYSES Analisis Total dilakukan pada sluruh tanaman atau bagian-bagian tanaman. Bahan tanaman dikeringkan, dihaluskan dan diabukan. Bahan abu tanaman kemudian diekstraks dengan reagen kimia. 1. Kalau kadar K daun bagian bawah lebih rendah dari kadar K daun bagian atas, maka tanaman defisiensi kalium. 2. Peningkatan hasil dg peningkatan kadar hara 3. Keseimbangan hara 4. Time of sampling: Kadar hara tanaman menurun mulai dari awal hingga akhir masa pertumbuhannya 5. Crop Logging: Penggunaan analisis tanaman dalam operasi produksi tanaman 6. A-Value Technique: Teknik Analisis Radio-kimiawi Pemupukan N menurunkan kadar P dan K tanaman tebu umur 10 bulan Dosis pupuk N (lb/A) Internode 8-10 : Nitrogen (ppm) Fosfor (ppm) Kalium (ppm) 0 229 131 1160 300 463 57 340 Sumber: Burr, 1960.

  16. Hasil tanaman jagung (Y) Y = 1.20 + 31.88 X r = 0.96 (Hanway, 1962) Kadar N daun jagung (X) Hasil tanaman jagung (Y) at tasseling (Loue, 1963) Kadar K daun jagung (X) Kadar Ca atau Mg daun jagung (Y) (Loue, 1963) Ca Mg Kadar K petiole Dosis pupuk K = 400 kg/ha 200 100 0 (Tyler et al., 1960) Kadar K daun jagung (X) Umur tanaman kentang

  17. BIOLOGICAL TESTS FIELD TEST. Percobaan lapangan melibatkan berbagai perlakuan pemupukan pada sebidang lahan. Biasanya digunakan Rancangan Percobaan tertentu Ukuran petakan contoh tgt jenis tanaman dan jatak tanamnya STRIP TESTS ON FARMERS FIELDS Sepetak lahan petani diperlakukan dengan “pemupukan” yang direkomendasikan berdasarkan hasil uji tanah dan/atau analisis tanaman. LABORATORY & GREENHOUSE TESTS 1. Mitscherlich Pot Culture 2. Neubauer Seedling Method 3. Sunflower Pot Culture technique for Boron METODE MIKROBIOLOGIS 1. Sackett & Stewart Technique 2. Aspergillus Niger 3. Mehlich Cunninghamella-Plaque Method for Phosphorus

  18. UJI TANAH = SOIL TESTING Ketersediaan dan keseimbangan hara dalam tanah Analisis Laboratorium SAMPLING: Tanah & Tanaman Korelasi antara hasil analisis & respon tanaman Interpretasi & Rekomendasi Implementasi

  19. SOIL SAMPLING Contoh Tanah representatif : 1. Terdiri 10-20 subsample dari zone perakaran: 0-20 cm 2. Sebidang lahan yg seragam slope, drainage, warna, dan sejarah pemupukannya 3. Area non-representatif: fence row, manure pile 4. Informasi pelengkap: petani, nomor lapangan, tanaman, praktek pemupukan 5. Waktu sampling 6. Sampel komposit: 500 g, ditumbuk, diayak 2 mm

  20. TUJUAN UJI TANAH 1. Untuk mempertahankan status kesuburan sebidang lahan 2. Untuk meramalkan / menduga respon kapur dan pupuk yg menguntungkan 3. Untuk mendapatkan landasan bagi rekomendasi jumlah kapur dan pupuk 4. Untuk mengevaluasi status kesuburan tanah di suatu wilayah

  21. SOIL TEST LEVEL Sumber Unsur Hara Sgt Tinggi Tinggi Medium Rendah Sgt Rendah Tanah Pupuk Tanah Pupuk Tanah Pupuk Tanah Pupuk Tanah Pupuk Unsur hara yg tersedia dari dlm tanah Unsur hara yg diperlukan dari pupuk

  22. UJI TANAH SAMPLING THE SOIL 1. Contoh tanah harus dapat mewakili kondisi daerah / lahan 2. Seringkali digunakan contoh tanah komposit 3. Peralatan sampling tanah 4. Area sampling: satu contoh mewakili liasan lahan tertentu DEPTH OF SAMPLING 1. Untuk tanah-tanah pertanian, kedalaman sampling 15 - 30 cm 2. Kedalaman ini biasanya merupakan lapisan olah tanah 3. Untuk keperluan deskripsi profil tanah, sampling dilakukan untuk setiap horison tanah TIME OF SAMPLING 1. Sampling dapat dilakukan setiap saat asalkan kondisi tanah memungkinkan 2. Rekomendasi umum adalah melakukan uji tanah setiap tiga tahun 3. Sampling tanah dapat dilakukan pada saat tanaman sedang tumbuh ANALYZING THE SOILS 1. Kation: NH4+, K+, Ca++, Mg++ 6. Belerang 2. Fosfor 7. Sifat Fisika Tanah 3. Unsur mikro 8. …... 4. N dan Bahan organik 5. Kemasaman tanah dan kebutuhan kapur

  23. KALIBRASI UJI TANAH Hasil uji tanah harus dikalibrasikan dengan respon tanaman thd penambahan unsur hara (pupuk) . Respon tanaman dapat diperoleh dari percobaan lapangan atau rumah kaca. Indeks kesuburan tanah = “relative sufficiency” yg dinyatakan sbg persentase dari jumlah yang diperlukan untuk mencapai hasil maksimum Indeks Kesuburan (%) Indeks Kesuburan (%) Sangt Rendah 0 - 50 Tinggi 110 - 200 Rendah 60-70 Sngt Tinggi 210 - 400 Medium 80-100 Ekstrem Tinggi > 410 Tingkat kritis = Indeks kesuburan 75 % Peluang respon pupuk S. Rdh Rndh Medium Tinggi Sgt Tinggi Tingkat kesuburan tanah

  24. INTERPRETASI SOIL TEST Masalah penting dalam menginterpretasikan hasil uji tanah adalah kaitannya dengan “pemupukan” yang diperlukan. Beberapa faktor yg harus diperhatikan adalah: 1. Karakteristik tanah 2. Hasil yang diharapkan 3. Tindakan pengelolaan 4. Kondisi agroklimat Konsep hasil relatif (% hasil) didasarkan atas idea bahwa hasil yang diharapkan (yg dinyatakan sebagai persentasi hasil maksimum) diduga dari hasil uji tanah P dan K. Sejumlah pupuk perlu ditambahkan untuk mencapai hasil tanaman hingga 95% hasil maksimum. Kelemahan konsep ini adalah kalau ada efek interaksi antar unsur hara. Hasil Penelitian Barber (dari Purdue University) disajikan berikut: Populasi tanaman jagung dan respon pupuk Populasi jagung (tnm/A) Respon jagung (bu/A) thd pemupukan : Dosis 100 lb P2O5 Dosis 200 lb K2O 15.700 2 21 24.500 22 39 Sumber: Barber, 19…

  25. REKOMEN-DASI PUPUK 1. Interpretasi hasil uji tanah melibatkan evaluasi ekonomi terhadap hubungan antara nilai uji tanah dengan respon pupuk. 2. Potensial respon pupuk dipengaruhi oleh faktor-faktor tanah, agroklimat, dan pengelolaan oleh petani 3. Rekomendasi pemupukan nitrogen sangat dipengaruhi oleh tanaman musim sebelumnya dan sasaran hasil 4. Untuk sistem komersial, sasarannya adalah mempertahankan hara tanah pd tingkat untuk melestarikan “top profit” per hektar lahan. Unsur hara tdk boleh menjadi faktor pembatas selama pertumbuhan tanaman. Hasil tanaman D C Respon hasil thd pemupulan tgt pd potensial hasil tanaman A: terendah; D: tertinggi B A Dosis pupuk

  26. TIPE REKO-MENDASI 1. BUILDUP / Basic Treatment Pemupukan bersifat korektif, untuk meningkatkan ketersediaan hara tanah hingga taraf yang diperlukan Uji tanah harus dilakukan setiap 2 - 3 tahun untuk memperbaiki dosis pupuk untuk mengganti kehilangan karena dipanen, erosi, pencucian dan fiksasi. 2. ANNUAL APPLICATION Pupuk P dan K ditambahkan kepada setiap tanaman dalam rotasi untuk mempertahankan hasil uji tanah 3. ROTATION. Beberapa faktor yg harus diperhatikan: a. Pemupukan dilakukan sebelum tanaman yg paling responsif & profitable b. Row-application pupuk P untuk jagung c. Forage-crop menyerap banyak K, perlu pemupukan setiap tahun d. Kedelai punya respon lebih baik thd kesuburan tanah yg tinggi daripada pemupukan langsung e. Dalam sistem pergiliran tanaman dlm setahun, pemupukan dilakukan pd tanaman yg paling responsif 4. REPLACEMENT SYSTEM Dosispupukditentukanberdasarkanjumlahhara yang diambiltanamanuntukmenghasilkantingkat-hasiltertentu. Beberapafaktorygharusdiperhatikanadalah: a. Kemampuantanahmenyediakanunsurhara, termasukkemampuanfiksasihara b. Tingkat kecukupanharadalamtanah c. Kandunganharadalamhasilpanen d. Kemampuantanamanmenyerapharatanah.

  27. METODE RESEP 1. Metode ini didasarkan pada gagasan bahwa tanaman dapat memanfaatkan sejumlah tertentu unsur hara yg terkandung dlm tanah, pupuk dan rabuk. 2. Kalau jumlah hara yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu dapat diketahui, maka jumlah tambahan pupuk dan rabuk dapat dihitung 3. Rekomendasi pupuk dipengaruhi oleh: sistem rotasi, tindakan pengelolaan, analisis tanah, dan tanaman yang akan ditanam 4. Contoh untuk tanaman jagung sbb: Estimasi persentase ketersediaan N, P, K dari tiga sumber: Persentase yg diperoleh selama satu musim: Sumber Nitrogen Fosfor Kalium Tanah (available) 40 40 40 Rabuk (total) 30 30 50 Pupuk (available) 60 30 50 Sumber: Berger, 1954.

  28. BEBERAPA PRINSIP PENTING Praktek pengapuran dan pemupukan yang tepat sangat tergantung pada kebutuhan tanaman, agroklimat, karakteristik tanah dan metode analisis defisiensi dlm tanah Pendekatan diagnostik dalam uji tanah dan analisis tanaman lebih utama untuk tindakan pencegahan Gejala defisiensi merupakan sarana yang sangat bermanfaat di daerah / lahan yang baru dilakukan pemupukan. Di daerah yang telah dikelola secara intensif, interpretasi gejala defisiensi sangat sulit karena adanya komplikasi dari berbagai faktor HIDDEN HUNGER merupakan bahaya tersembunyi, tetapi uji tanah & tanaman yang hati-hati dapat membantu menghindari bahaya ini Tanaman mengintegrasikan semua faktor lingkungan tumbuhnya ke dalam kehidupannya, uji tanah dapat menjadi sangat bermanfaat. Analisis jaringan tanaman yg sedang tumbuh di lapangan sangat berguna, namun harus diinterpretasikan secara hati-hati.

  29. BEBERAPA PRINSIP PENTING Kalau unsur hara ditambahkan melalui pemupukan, kandungan hara dalam tanaman akan meningkat. Dalam kaitan ini penting untuk ditentukan suatu titik (kadar hara tanaman) dimana tidak terjadi lagi peningkatan hasil ekonomis tanaman Analisis tanaman sangat penting untuk mengetahui / menganalisis problematik unsur hara mikro di suatu area lahan. Keseimbangan di antara unsur hara dalam tubuh tanaman sama pentingnya dengan jumlah aktual masing-masing hara tsb. Misalnya hubungan di antara Ca-Mg-K-NH4 ; Mn-Fe-Zn-P Prinsip uji tanah adalah mencari nilai yg dapat digunakan untuk menduga jumlah unsur hara yang diperlukan untuk menambah ketersediaan dalam tanah. Hasil uji tanah ini harus dikalibrasikan dengan percobaan pemupukan di lapangan dan rumah kaca. Harus diingat bahwa kesuburan tanah hanyalah salah satu faktor yg mempengaruhi produksi tanaman Ciri-ciri fisika tanah menjadi semakin penting kalau kondisinya telah mendekati “top profitable yield”; namun perlu diidentifikasi lebih lanjut ciri-ciri fisika mana yang “cocok” dan mana yang tidak cocok.

  30. BEBERAPA PRINSIP PENTING Rekomendasi yang disusun untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi seyogyanya ditujukan pada: to maintain foil fertility at a level for top profit yields. Ada empat macam pendekatan dalam menusun rekomendasi: 1. Build-up dengan dosis pemupukan yang tinggi 2. Annual application, pemupukan setiap musim tanaman dlm sistem rotasinya 3. Rotational fertilization 4. Replacement, mengganti unsur hara yang dipanen Pemupukan tanaman dimaksudkan untuk mensuplai unsur hara yang ketersediaannya dalam tanah tidak mencukupi kebutuhan tanaman untuk menghasilkan maximum net return. Hasil atau nilai hasil Tingkat pengelolaan yg baik Tingkat pengelolaan rata-rata Biaya pupuk A B Dosis pupuk

  31. MODEL EVALUASI KESUBURAN TANAH DAN REKOMENDASI PEMUPUKAN 1. Pendekatan yang Digunakan 2. Gejala Defisiensi Unsur Hara 3. Kelaparan Tersembunyi 4. Analisis Jaringan Tanaman 5. Uji Biologis 6. Uji Tanah Diunduh dari: smno fpub ……….. 6/10/2012

  32. UJI TANAH = SOIL TESTING Ujitanahmerupakanmetodekimiawiuntukmengestimasikemampuantanahmensuplaiunsurhara. Ujitanahsecarakimiawidapatmenentukandugaankebutuhanharasebelumtanamanditanam. Ujitanahmengukursebagiandari total suplaiharadalamtanah. Untukdapatmenggunakanhasilevaluasiiniuntukmendugakebutuhanunsurharasuatutanamanmakaharusdikalibrasikandenganpercobaanpemupukandilapangandandirumahkaca. Diunduh dari: ……….. 6/10/2012

  33. UJI TANAH = SOIL TESTING TujuanUji Tanah Untukmempertahankan status kesuburantanahdisuatubidanglahan. Untukmemperkirakanpeluangrespon yang menguntungkanterhadapkapurdanpupuk. Untukmemberikanlandasanbagirekomendasidosiskapurdanpupuk. Untukmengevaluasi status kesuburantanahdisuatuwilayah. Diunduh dari: ……….. 6/10/2012

  34. UJI TANAH = SOIL TESTING Tujuan uji tanah adalah untuk mendapatkan "suatu nilai" yang akan membantu meramalkan jumlah unsur hara yang diperlukan untuk menunjang suplai unsur hara dalam tanah. Misalnya, tanah yang menunjukkan nilai uji tanah "tinggi" tidak akan memerlukan banyak tambahan pupuk. Diunduh dari: ……….. 6/10/2012

  35. UJI TANAH = SOIL TESTING Keterkaitan antara hasil uji tanah dengan rekomendasi dosis pupuk (Tisdale dan Nelson, 1975) Diunduh dari: ……….. 6/10/2012

  36. UJI TANAH = SOIL TESTING PENGAMBILAN CONTOH TANAH Salah satu aspek yang sangat penting dari uji tanah adalah cara mendapatkan contoh tanah yang dapat mewakili daerah yang diuji. Biasanya contoh tanah komposit sebanyak 500-1000 g diambil dari suatu bidang lahan. Dengan demikian prosedur pengambilan contoh tanah harus benar-benar diikuti. Analisis kmiawi di laboratorium menggunakan contoh tanah. Kalau contoh tanah yang diambil tidak mewakili kondisi lapangan maka hasil rekomendasinya juga akan keliru. Pada umumnya kesalahan sampling tanah di lapangan lebih besar dibandingkan dengan kesalahan di laboratorium. Diunduh dari: ……….. 6/10/2012

  37. UJI TANAH = SOIL TESTING MenganalisisContoh Tanah Suatuujitanahsecarakimiawiharusdirancanguntukmemungkinkanperkiraanjumlahunsurhara yang berhubungandenganfraksipertukarankation, fraksi yang mengikatfosfat, dandalamkondisitertentudiharapkanjugamampumemperkirakanunsurhara yang berhubungandengandekomposisibahanorganik. Beberapamacamlarutanpengekstrakstelahbanyakdigunakandalamrangkauntukmengkorelasikanhasilujitanahdenganpertumbuhantanaman. Menurut Bray (1948), tingkatkehandalanmetodeekstraksitanahditentukanolehtigahal, yaitu harusmampumengekstrakssemuaatausebagianbentukunsurharatersediadalamtanah yang cirinyaberbeda-beda, prosedurekstraksinyaharuscepatdanakurat, jumlahunsurhara yang terkestraksharusberkorelasidenganpertumbuhandanrespontanamanterhadapunsurhara yang terkaitpadaberbagaikondisi. Diunduh dari: ……….. 6/10/2012

  38. UJI TANAH = SOIL TESTING Larutan pengekstraks P-tanah, mulai dari air, alkalin, hingga asam-asam lemah yang dicampur dengan asam-asam yang relatif kuat dan ammonium fluorida telah banyak digunakan untuk ekstraksi fosfat. Korelasi antara hasil uji P-tanah dengan fraksi P-anorganik dalam tanah dari Bangladesh. Sumber: Ahmed dan Islam (1975) Dalam Sanchez, 1976.

  39. UJI TANAH = SOIL TESTING Metode uji tanah, faktor-faktor tanah yang mempengaruhi interpretasinya, dan kisaran kritis unsur mikro. Sumber: Sanchez, 1976.

  40. UJI TANAH = SOIL TESTING Korelasi dan Kalibrasi Uji Tanah Aspek-aspek yang sulit dalam proses evaluasi kesuburan tanah adalah korelasi, interpretasi dan rekomendasi, karena melibatkan fenomena yang rumit. Nilai uji tanah itu sendiri belum mampu memberikan banyak informasi, ia hanya merupakan nilai empiris yang bisa atau tidak-bisa mencerminkan ketersediaan unsur hara. Nilai ini akan menjadi lebih bermakna kalau mempunyai korelasi yang baik dengan respon tanaman. Kajian korelasi seperti ini biasanya dilakukan pada dua tingkat, yaitu tingkat kajian di rumah kaca yang melibatkan berbagai kondisi tanah, dan kajian lapangan yang lebih definit dengan melibatkan lokasi (lapangan) yang dipilih secara hati-hati. Diunduh dari: ……….. 6/10/2012

  41. UJI TANAH = SOIL TESTING Tujuan pokok dari kajian korelasi di rumah kaca adalah untuk membandingkan berbagai metode ekstraksi dan menentukan tingkat kritis "tentatif". Sedangkan kajian lapangan bertujuan untuk menetapkan tingkat kritis yang "definit" untuk suatu metode ekstraksi yang terpilih. Pada hakekatnya hasil uji tanah dikalibrasikan dengan respon tanaman terhadap pemupukan di lapangan. Respons pertumbuhan dan hasil tanaman dari berbagai dosis pupuk dapat dihubungkan dengan jumlah unsur hara yang tersedia dalam tanah. Diunduh dari: ……….. 6/10/2012

  42. UJI TANAH = SOIL TESTING Apabila hasil tanaman berkorelasi dengan suatu peubah tertentu, misalnya P-tersedia dalam tanah, maka hal ini berarti bahwa P-tersedia tersebut merupakan faktor pembatas yang lebih penting dibandingkan ppeubah-peubah lainnya yang tidak dikendalikan dalam suatu kajian korelasi . Diunduh dari: ……….. 6/10/2012

  43. UJI TANAH = SOIL TESTING Hasil penelitian Hauser (1973) tentang korelasi hasil analisis P-tanah dengan respon kapas: Hasil analisis P-tanah dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, medium dan tinggi. Dosis rekomendasi didasarkan pertimbangan jumlah pupuk yang diperlukan untuk menaikkan nilai analisis P-tanah menjadi kategori "tinggi". Respon hasil kapas, kg/ha RENDAH SEDANG TINGGI Hasil analisis tanah, ppm P

  44. UJI TANAH = SOIL TESTING Cate dan Nelson (1965) mengemukakan suatu metode plotting hasil relatif (persen dari hasil maksimum) sebagai fungsi dari nilai-nilai analisis tanah. Diagram pencar titik-titik dibagi menjadi empat kuadran oleh garis vertikal dan horisontal. Kedua garis ini digeser-geser sedemikian rupa sehingga banyaknya titik-titik yang berada pada kuadran kiri bawah dan kanan atas mencapai maksimum, dan titik-titik yang berada pada kuadran kiri atas dan kanan bawah mencapai minimum. Diunduh dari: ……….. 6/10/2012

  45. An overview of fertilizer-P recommendations in Europe: soil testing, calibration and fertilizer recommendations L. Jordan-Meille , G. H. Rubæk , P. A. I. Ehlert , V. Genot , G. Hofman , K. Goulding , J. Recknagel , G. Provolo , P. Barraclough Soil Use and Management. Volume 28, Issue 4, pages 419–435, December 2012 The procedure for applying phosphorus (P) fertilizer to soil can be divided into three consecutive steps: (i) Measurement of soil-P availability, (ii) calibration of the soil-P fertility level and (iii) estimation of the recommended P dose. Information on each of these steps was obtained for 18 European countries and regions with the aim of comparing P fertilizer recommendation systems at the European scale. We collected information on P fertilizer recommendations through conventional or grey literature, and personal contacts with researchers, laboratories and advisory services. We found much variation between countries for each of the three steps: There are more than 10 soil-P tests currently in use, apparent contradictions in the interpretation of soil-P test values and more than 3-fold differences in the P fertilizer recommendations for similar soil-crop situations. This last result was confirmed by conducting a simple experimental inter-laboratory comparison. Moreover, soil properties (pH, clay content) and crop species characteristics (P responsiveness) are used in some countries in the calibration and recommendation steps, but in different ways. However, there are also common characteristics: soil-P availability is determined in all countries by extraction with chemical reagents and the calibration of the soil-P test values, and the fertilizer recommendations are based on the results from empirical field trials. Moreover, the fertilizer recommendations are nearly all based on the amount of P exported in the crops. As long as rational scientific and theoretical backgrounds are lacking, there is no point in trying to synchronize the different chemical methods used. We therefore call for a mechanistic approach in which the processes involved in plant P nutrition are truly reproduced by a single standard method or simulated by sorption-desorption models. Diunduhdari: onlinelibrary.wiley.com › ... › Vol 28 Issue 4……….. 6/12/2012

  46. Soil Testing to Predict Phosphorus Leaching Rory O. Maguire  and J. Thomas Sims JEQ. Vol. 31 2002 No. 5, p. 1601-1609 Subsurface pathways can play an important role in agricultural phosphorus (P) losses that can decrease surface water quality. This study evaluated agronomic and environmental soil tests for predicting P losses in water leaching from undisturbed soils. Intact soil columns were collected for five soil types that had a wide range in soil test P. The columns were leached with deionized water, the leachate analyzed for dissolved reactive phosphorus (DRP), and the soils analyzed for water-soluble phosphorus (WSP), 0.01 M CaCl2 P (CaCl2–P), iron-strip phosphorus (FeO-P), and Mehlich-1 and Mehlich-3 extractable P, Al, and Fe. The Mehlich-3 P saturation ratio (M3-PSR) was calculated as the molar ratio of Mehlich-3 extractable P/[Al + Fe]. Leachate DRP was frequently above concentrations associated with eutrophication. For the relationship between DRP in leachate and all of the soil tests used, a change point was determined, below which leachate DRP increased slowly per unit increase in soil test P, and above which leachate DRP increased rapidly. Environmental soil tests (WSP, CaCl2–P, and FeO-P) were slightly better at predicting leachate DRP than agronomic soil tests (Mehlich-1 P, Mehlich-3 P, and the M3-PSR), although the M3-PSR was as good as the environmental soil tests if two outliers were omitted. Our results support the development of Mehlich-3 P and M3-PSR categories for profitable agriculture and environmental protection; however, to most accurately characterize the risk of P loss from soil to water by leaching, soil P testing must be fully integrated with other site properties and P management practices. Diunduhdari: https://www.agronomy.org/publications/jeq/abstracts/31/5/1601……….. 6/12/2012

  47. . Effective Factors on Adoption of Soil Testing for Farm Fertilizer Nutrition in Shahreza Township of Esfihan Province, Iran SaeidFe`li , NooshinBondarian, MosayebBaghaeiand ArezooMirzaei Research Journal of Soil and Water Management . 2010 . Vol. 1  Issue: 2. Page No.: 38-44 Soil testing is a general soil productivity evaluation program that helps farmers touse chemical fertilizers wisely. The purpose of this study was to investigate the effective factors on adoption of soil testing for fertilizing farms. The research instrument was astructural questionnaire with close ended questions which confirmed its validity andreliability. The target population included all farmers in the Shahreza township of Esfihan Province (N = 9,825). Among of them, 215 persons were chosen by using the Cochran formula through stratified sampling as the statistical sample and finally 195 questionnaires were analyzed (n = 195). There was a significant difference between the personal, farming and educational characteristics of adopters and non-adopters of soil testing. The result of discriminate analysis showed that knowledge about soil sampling principles, the amount of extensional contacts about soil testing and educational level were identified as the most discriminative factors (74.40% of population) affecting the adoption of soil testing. Diunduhdari: http://www.medwelljournals.com/abstract/?doi=rjswm.2010.38.44……….. 6/12/2012

  48. Potassium Soil Test Calibration for Corn on TypicHapludoxCigudeg I GUSTI MADE SUBIKSA, SUPIYANDI SABIHAM. JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 30/2009 . Soil testing calibration is a process to provide meaning of soil test value in term of crops response. Research on soil testing calibration for corn has been carried out on TypicHapludoxCigudeg. The objectives were: 1) to determine critical point of soil test value of K, 2) to determine the application rate of K fertilizer recommendation. The split plot design was used with consisted five rate of K fertilization on three K soil status as the main plots. There were four K soil test methods assessed to determine the critical point value for corn. K availability was classified into three categories namely low, medium, and high class. The results revealed that critical value of four soil testing methods for low, medium, and high respectively were : HCl 25% (<14, 14-29, and >29 mg 100 g-1), NH4OAc pH 7(<84 ppm, 84-220 ppm, and >220 ppm), Morgan (<70 ppm, 70-180 ppm, and >180 ppm), and Mechlich I (<54 ppm, 54-135 ppm, and >135 ppm). K fertilization significantly affected to corn plant height in the low soil K status until the rate of 60 kg K ha-1 (116 kg KCl ha-1). Dry biomass significantly increased due to K fertilization on low, medium as well as high soil K status. K fertilization also improved corn grain production. The ears of corn could not develop without K fertilization. This was an evidence that K nutrient has an important role in enzyme activity and assimilate translocation. Even with low rate of K fertilization, corn has succeeded to form ears and kernels. In the low soil K status, K fertilization sharply increased dry grain, but in the medium soil K status the curve was gentler. Whereas in the high soil K status, K fertilization did not significantly affect the dry grain yield. The recommended application rate of K fertilizationfor corn on TypicHapludoxCigudeg with low K status was 89 kg K ha-1 and in the medium status was 53 kg K ha-1. Whereas in the high soil K status, no K fertilization was needed. Diunduhdari: http://124.81.86.163/ojs/index.php/jti/article/view/221 ……….. 6/12/2012

  49. Soil testing and plant analysis in Australia. Peverill, K.I. Australian Journal of Experimental Agriculture. [1993, 33(8):963-971] During the past 3-4 decades, there has been a modest growth in the demand for soil amd plant testing services in Australia. Such developmentreflects an increasing awareness by farmers that there are tangible benefits from the regular use of soil and plant analysis. Concomitant with these changes, there has been an increasing breadth and sophistication in the range of available services, instrumental advances that permit more rapid analytical throughput, evolution of computer management systems (including computer-generated reports), and a general decrease in reporting time to primary producers. These developments have not always been matched with adequate quality control and uniformity in sampling, analysis, interpretation, and fertiliser advice procedures. There is need for further research and method development leading to the introduction of universal reagents or ion exchange resin extractions, or new test procedures into laboratory routines, to enhance laboratory capacities and turnaround times or to improve interpretation skills. Advances in decision support software are also required in order to refine fertiliser advice to primary producers. The challenge for the future is the standardisation of procedures and maintenance of adequate quality control by the various agencies offering soil and plant testing services. The Australian Soil and Plant Analysis Council (ASPAC) will play a pivotal role in this process. Diunduhdari: http://europepmc.org/abstract/AGR/IND20452684……….. 6/12/2012

  50. Soil Health and Sustainable Crop Production: Adoption and Awareness of Soil Testing. Asthana A, Kumar Sushil Journal of Sustainable Agriculture. [2008, 32(2):303-320] Maintenance of proper soil fertility, through application of a balanced mix of various nutrients, is important for maintaining sustainable crop production levels. Soil testing is a crucial step in this direction. This paper describes soil testing as a multi-dimensional concept comprising seven aspects. Awareness of these factors among farmers is computed, examined, and statistically analyzed using survey data collected from three categories of farmers--small, medium and large--in four districts of the Uttar Pradesh state in India. The impact of a World Bank-aided project--Diversified Agriculture Support Project--is also assessed in terms of dissemination of soil testing knowledge. Results indicate that project interventions had a significant and variable soil impact on farmers awareness of and likelihood of adopting soil testing in four districts. The findings have implications for policy-makers and researchers who are interested in improving the production and productivity of crops in developing economies. Diunduhdari: http://europepmc.org/abstract/AGR/IND44094634……….. 26/12/2012

More Related