530 likes | 5.61k Views
SISTEM PENCERNAAN HEWAN. Hewan ruminansia atau yang biasa kita kenal dengan hewan pemamah biak atau memakan kembali makanan yang ditelanya adalah hewan yang berada pada satu kelompok yang sama dengan manusia dalam kelas mamalia .
E N D
SISTEM PENCERNAAN HEWAN Hewan ruminansia atau yang biasa kita kenal dengan hewan pemamah biak atau memakan kembali makanan yang ditelanya adalah hewan yang berada pada satu kelompok yang sama dengan manusia dalam kelas mamalia. Berdasarkan pakanya, hewan ruminansia dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu grazer, browser atau campuran keduanya. Grazer merupakan kelompok ruminansia yang memakan rerumputan. Contohnya biri-biri,sapi dan kerbau. Browser adalah kelompok ruminansia yang memakan semak belukar dan ranting. Contohnya rusa dan kerabatnya yang tinggal di hutan. Sedangkan contoh kelompok campuran adalah kambing.
Dalam sistem klasifikasi, manusia dan hewan ruminansia termasuk ke dalam sistem mamalia. Seperti halnya pada manusia, hewan ruminansia juga memiliki seperangkat alat pencernaan. Misalnya, berupa rongga mulut, gigi, esofagus, lambung dan usus. Hanya saja susunan dan fungsi dari alat-alat pencernan tersebut yang sedikit berbeda, terutama susunan serta fungsi gigi dan lambung.Perbedaan utama antara hewan ruminansia dengan mamalia lainya adalah struktur perut dan cara makanya. Pencernaan pada hewan ruminansia terdiri dari mulut , kerongkongan, perut besar (rumen), perut jala (retikulum), perut kitab (omasum), perut masam (abomasum), usus halus, usus besar,rektum, dan anus. Pada saat hewan ruminansia baru dilahirkan , rumen dan retikulumnya belum berfungsi dan biasanya berfungsi normal setelah hewan tersebut berusia 50 sampai 60 hari.
Pada rongga mulut ruminansia terdapat geraham (molar) berukuran besar dan berfungsi untuk menggiling dan menggilas dinding sel tumbuhan yang mengandung selulosa. Gerakan geraham ke kiri dan ke kanan merupakan gerakan menggiling dan menggilas makanan. Pada hewan ruminansia gigi seri hanya terdapat pada rahang bawah yang fungsinya untuk menjepit dan memotong makanan. Di antara gigi seri dan gigi geraham, terdapat daerah yang tidak ditumbuhi gigi (berupa celah) yang disebut diastema. Melalui celah itu, lidah dijulurkan untuk merenggut rumput dan memasukanya ke dalam mulut.
Proses Pencernaan Ruminansia tergolong unik karena melibatkan bagian yang tidak dimiliki hewan lain selain ruminansia, yaitu rumen. Fungsi rumen itu sendiri adalah sebagai penampung sementara makanan setelah ditelan hewan. • Setelah makanan dikunyah di mulut, maka akan ditampung sementara di rumen yang kemudian akan terjadi fermentasi selulosa oleh enzim selulase. Setelah melewati rumen, maka siklus makanan tersebut akan melanjut ke retikulum. Pada retikulum inilah makanan dibentuk menjadi gumpalan yang masih kasar. • Kemudian, setelah jadi gumpalan ternyata yang terjadi bukan langsung melanjut ke bagian berikutnya, tapi dimuntahkan dulu ke mulut untuk dikunyah lagi. Setelah terjadi proses pengunyahan yang kedua kalinya itu, maka makanan akan melanjut ke retikulum. Setelah melewati proses tersebut, siklus makanan melanjut lagi menuju omasum dan abomasum.
Bakteri rumen akan menghasilkan suatu enzim yang disebut selulase yang bertugas merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, dalam lingkungan abomasum yang bersifat asam bakteri tidak dapat bertahan hidup, akibatnya bakteri ini akan mati, kemudian akan dicerna untuk menjadi sumber protein bagi hewan ruminansia. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan baku pembentukkan susu pada sapi. • Sekum pada ruminansia lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal ini disebabkan karena makanan hewan hewan pemakan tumbuhan bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanannya kecil dan percernaan berlangsung dengan cepat. • Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 4 meter. Hal ini dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa) enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energy alternatif.