60 likes | 86 Views
Metode magnetic merupakan salah satu metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnet dipermukaan bumi. Metode magnet umumnya digunakan untuk mengetahui sifat magnetic batuan,serta untuk mengetahui struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomaly medan magnetic. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode magnet. Pengukuran terdiri dari 5 lintasan ukur dengan jarak antar titik ukur 25 meter,lintasan tersebut dibuat agar dapat menggambarkan pola anomaly magnet vertical maupun lateral pada daerah yang diduga termineralisasi. <br>
E N D
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/319703266 PENERAPAN METODE MAGNETIK DALAM MENENTUKAN JENIS BATUAN DAN MINERAL Article · December 2015 CITATIONS 0 READS 6,074 1 author: Melda Panjaitan STMIK BUDI DARMA 9PUBLICATIONS 1CITATION SEE PROFILE All content following this page was uploaded by Melda Panjaitan on 14 September 2017. The user has requested enhancement of the downloaded file.
Jurnal Riset Komputer (JURIKOM), Vol. 2 No. 6, Desember 2015 ISSN 2407-389X (Media Cetak) Hal : 69-72 PENERAPAN METODE MAGNETIK DALAM MENENTUKAN JENIS BATUAN DAN MINERAL Melda Panjaitan Dosen Tetap Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan ABSTRAK Metode magnetic merupakan salah satu metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnet dipermukaan bumi. Metode magnet umumnya digunakan untuk mengetahui sifat magnetic batuan,serta untuk mengetahui struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomaly medan magnetic. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode magnet. Pengukuran terdiri dari 5 lintasan ukur dengan jarak antar titik ukur 25 meter,lintasan tersebut dibuat agar dapat menggambarkan pola anomaly magnet vertical maupun lateral pada daerah yang diduga termineralisasi. Kata Kunci :Metode magnetik, jenis batuan, Mineral I. PENDAHULUAN Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik yang didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnetik dipermukaan bumi.Variasi intensitas magnetic disebabkan oleh adanya distribusi batuan dan magnetisasi dibawah permukaan bumi yang bisa disebabkan oleh adanya perubahan struktur geologi dibawah permukaan bumi.Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari susseptibilitas magnetic masing-masing batuan. Batuan dengan kandungan mineral-mineral tertentu dapat dikenal dengan baik dalam eksplorasi geomagnet,yang dimunculkan sebagai anomali. Pada dasarnya penyelidikan magnet adalah mengukur besaran magnet bumi yang ditimbulkan oleh berbagai sumber,baik yang ada didalam perut bumi itu sendiri maupun adanya pengaruh luar,seperti radiasi matahari.(Telford,1981:101).Metode magnetic umumnya digunakan untuk mengetahui sifat magnetic batuan,sertauntuk mengetahui struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomaly medan magnetic. Daerah Tuntungan kecamatan Pancur Batu Medan,menurut informasi geologi merupakan daerah yang mempunyai adanya penyebaran distribusi batuan dan mineral dengan maksud untuk membuat fungsi anomaly magnetic dengan tujuan menentukan jenis batuan dan mineral berdasarkan susseptibilitas anomalinya. II. TEORITIS A. Metode Magnetik Metode magnetic didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang di induksi oleh medan magnet bumi.Hal ini terjadi sebagai akibat adanya sifat kemagnetan suatu material.Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas magnet masing-masing batuan.Batuan dengan kandungan mineral-mineral tertentu dapat dikenal dengan baik dalam eksplorasi geomagnet,yang dimunculkan sebagai anomali. B. Dasar Fisika Medan magnet bumi sebagai medan aktif bumi secara umum dapat dipandang sebagai medan dipole. Akibat garis medan magnet akan mengikuti pola dipole,dimana pada suatu tempat dimuka bumi garis medan magnet akan berarah kea rah tertentu yaitu kearah kutub selatan bumi. Arah tersebut akan menyimpang dari arah utara selatan geografis bumi dan sudut penyimpangan disebut sudut deklinasi, sedangkan penyimpangan horizontal disebut sudut inklinasi. C. Medan Magnet Bumi Medan magnet bumi sederhana dapat digambarkan sebagai medan magnet yang ditimbulkan oleh batang magnet raksasa yang terletak kedalam inti bumi, nama tidak berimpit dengan pusat bumi. Medan magnet ini dinyatakan sebagai besar perkekuatannya dan arah. Arahnya dinyatakan sebagai deklinasi (penyimpangan terhadap arah selatan geografi) dan inlinasi (penyimpanan dari arah hnorizontal). D. Variasi Medan Magnetik terhadap waktu Berdasarkan hasil pengamatan, variasi medan magnet bumi terdapat waktu dikelompokkan menjadi 1.Variasi sekuler : variasi yang ditimbulkan oleh adanya perubahan internal bumi. Perubahnnya sangat lambat (orde puluhan sampai dengan ratusan tahun ) untuk bisa mempengaruhi hasil survey magnetik. 2.Variasi di urnal (harian) : variasi yang ditimbulkan, secara domain oleh gangguan matahari radiasi menimbulkan ionisasi lapisan atmosfir bagian atas. Adanya ionisasi ini dan adanya elektrok- elektron yang terlempar dari mmatahari akan menimbulkan arus sebagai sumber medan magnetik. Sifat perubahan harian ini acak tetapi periode denganperioda ratarata sekitar panjang matahari (25jam). Rentang harga perubahan sekitar 10-30 y. variasi yang lain adalah badai mangnetik. Sumber penyebabnya sama, yakni akibat aktifitas matahari. Perubahan sangat cepat dan besar sehingga secara praktis mengaburkan hasil survey magnetik. Sifat anomali medan magnet Berdasarkan sifat medan magnet bumi dan sifat kemagnetan bahan pembentuk batuan, maka bentuk arah terhadap arah ultraviolet matahari 69
Jurnal Riset Komputer (JURIKOM), Vol. 2 No. 6, Desember 2015 ISSN 2407-389X (Media Cetak) Hal : 69-72 medan magnetik anomali yang akan ditimbulkan oleh medan penyebabnya tergantung kepada 1.Iniklinasi medan magnet bumi disekitar bumi penyebab 2.Geometri dari benda penyebab 3.Kecenderungan arah dipol-dipol magnet didalam benda penyebab 4.Arah dipol-dipol magnet terhadap arah medan bumi. III. ANALISA dan PERANCANGAN Prosedur- Percobaan Untuk Pengambilan Data 1.Menentukan titik pengamatan & Koreksi Menentukan titik-titik amat pada daerah yang akan sisurvey didasrkan kepada kemudahan dalam pembuatan peta anomali magnetik nantinya. Oleh karrena itu dibaut membentuk grid seperti tempat pada gambar di bawah ini : Variasi harian disebut juga dengan variasi diurnal, variasi harian ini diperlukanuntuk mendapatkan koreksi nilai medan magnet dilapangan yang diakibatkan oleh medan magnet luar. Variasi harian ini didapat dari pembacaan based staton. Selain itu variasi harian dapat juga digunakan untuk menentukan nilai kuat medan magnet rata-rata daerah mendapatkan nilai harian dapat digunakan interpolasi linier. benda penyebab tersebut. Untuk Gambar 2. Grafik Koreksi Harian 2.Koreksi Topografi (Terrain) Koreksi Topografi adalah koresi yang dilakukan untuk menghilangkan pengaruh medan magnet ynag ditimbulkan termagnetisasi terhadap harga medan magnet hasil pengamatan Jika Koreksi Topografi termugnetisasi, maka yang dilakukan adalah hanya kireksi ketinggian, dengan mengacu pada harga gradien vertikal medan magnet bumi, yaitu : a.Di daerah kutub sekita ±0,03 y/m b.Di daerah ekuator sekitar ±0,015 y/m dimana (1 y = 1 nano tesla) 3.Peta Anomali Magnetik Dari harga intensitas medan teramti dihitung harga medan anomali ∆ H : ∆H = H* - Ho Gambar 1. Lintasan Pengukuran Geomagnet di Lapangan oleh bukit-bukit tang Keterangan Gambar : ▪ : SB (Stasion Basis) • : St (Stasion Pengukuran) dianggap todak 2.Melakukan kalibrasi alat 3.Melakukan pengukuran dengan dua alat. Data yang harus dicacat adalah harga bacaan dan waktu saat alat mengukur 4.Pola pengukuran harus membentuk looping yaitu : a.Melakukan pengukuran SB b.Melakukan plengukuran pada lintasan I dari St-I samapa St-10 c.Kembali ke SB dan melakukan lagi pengukuran di SB d.Melakukan pengukuran pada lintasan II dari St-1 St-10 dan kembali ke SB e.Waktu awal pengkuran di base disamakan dan disesuaikan pengukuran dilakukan tiap selang waktu lima menit f. Hasil pengukuran dicacat dalam bentuk tabel data pengamatan magnet bumi. Teknik Analisis Data 1.Koreksi harian (diurnal) Koreksi harian dilakukan untuk menghilangkan pengarush dengan medan magnet luar pada harga hasil pengukuran H* = intesitas medan yang diamati telah dikoreksi harian dan topografi (gamma) Ho = Harga rata-rata intesitas medan magnet bumi untuk daerah tersebut (dapat menggunakan harga IGRF dititik pengamat, Harga medan anomali ini kemudian dipetakan (peta anomali magnetik) Dalam metode magnetik anomali residual regional sulit dilakukan karena jarang dilakukan peta tersebut kemudian diinterprestasi. 70
Jurnal Riset Komputer (JURIKOM), Vol. 2 No. 6, Desember 2015 ISSN 2407-389X (Media Cetak) Hal : 69-72 Interprestasi disin berarti mengkonversikan anomali medan magnetim menjadi bentuk distribusi batuan mineral di bawah permukaan bumi 4.Harga Anomali magnet Hasil akhir merupakn anomali target intensitas magnet di lapangan yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan ∆H = Hp ±∆ HH±∆ Ht – Ho Dengan ∆H = anomali magnetik Hp = harga pengukuran di BSI ∆ HH = harga variasi harian di BSI ∆ Ht = harga koreksi topograpi IGRF = harga rata-rata pengukuran di BS sebagai harga rata-rata intensitas seluruh pengukuran IV. IMPLEMENTASI Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berupa gambar peta kontur anomali megnet pada gambar. Sesuai dengan pembacaan pada GPS daerah penelitian terletak pada posisi 98o, 33’,44.5’’, BT ; 0.3o,30’,33.9’’, LU. Data Pengamatan Magnet di Daerah Survey Data yang diperoleh magnetometer type G 826 di daerah survey yang telah dikoreksi dan telah diolah . Koreksi Topografi Data magnetik yang diperoleh dikoreksi sesuai dengan ketentuan koreksi topograf didaerah equator adalah bahwa setiap kenaikan 1 meter dari titik acraun harga kuat magnet teramati ditambahkan dengan 0.015 gamma dan setiap penurunan 1 meter dari titik acuan harga kuat magnet teramati dikurangkan dengan 0,0015 gamma Misalnya untuk lintasan 1 titik amat 25 meter dari acuan sehingga koreksi Topograpi KT) adalah : KT = 25 x – 0.015 = -0,375 gamma Nilai magnet yang teramati pada titik tersebut adalah 41846 gamma sehingga setelah dikoreksi topograpi (KT) nilai magnet teramati adalah Nilai magnet terkoreksi = 41846 + (3 x – 0.015)= 41846 -0.375 Anomali Target Bentuk memperoleh harga anomali magnet adalah sesuai denagn persaam (3.1) ∆H = H* - Ho Misalnya untuk lintasan 1 dengan titik 25 meter dan data yang di dapat sebagai berikut : BS1 = 41848 Pukul 1350 BS2 = 41846 Pukul 1400 Dengan interval waktu dibase setiap 5 menit sehingga di dapat harga VH dititk 25 meter sebagai berikut : VH25 Hasil akhir atau nilai anomali magnet ∆H = H* - Ho = 4179.253 – 41846 = - 53. 46 gamma Demikian seterusnya dan selengkapnga dapat dilihat pada lampiran 1 sampai dengan lampiran 5 Suseptibilitas (K) Berdasarkan persamaan (2.17) maka dapat ditentukan suseptibilitas bantuan di tiap titik daerah survei. Misalnya untuk lintasan II titik 500 suseptibilitas dititik tersebut adalah : K = ? = 0.5333 = 1.276 x 106 Jenis Batuan di Daerah Survei Dari perhitungan susptibilitas siperoleh bahwa daerah penelitian mempunyai nilai suseptibilitas 1276.175 – 70615. 84 (setela dikali dengan 106 ). Bila dibandingkan dengan tabel 2.1 harg suseptibilitas tersebut bersesuaian dengan susptibilitas magnet bantuan andesi dan dasit. Sementasa dugaan wala pada bagian pendahuluan bahwa jenis bantuan di daera Tuntugan Kecamatan Pancur Batu Medan dalah Bantuan braksi, andesit dan dasit . dalam hal ini diperoleh bahwa bantua daerah survei didomisili oleh Bantuan andesit dan bantuan dasit. Kedalam Posisi Anomali Kedalam anomalinya memperkirakan (di ) yaitu dilihat dari harga inklinasi pada daerah pengamatan = 11.50maka harga β dan δ yang sesuai dengan inklinasi tersebut adalah : β rumus = (Xmin– Xmax) / (Xmin– X 0.5) δ rumus = (X 0.5 - X 0.5 ) Tabel 4.1 Tabel Inklinasi Inklinasi 11.50 L/d Β ? 41791 dari hasil pembacaan δ 0.01 0.10 0.50 1.00 1.50 2.00 3.13 3.20 2.91 2.80 2.16 2.14 0.78 0.78 0.83 1.02 1.28 1.67 Berdasarkan dari tabel dengan X min = 131 71
Jurnal Riset Komputer (JURIKOM), Vol. 2 No. 6, Desember 2015 ISSN 2407-389X (Media Cetak) Hal : 69-72 X max X 0.5 ∂ rumus Sister, (2001), Structural Geology, Mc Graw Hill Book Compony, New York. Suharyadi, (1980), Pengantar Geologi Tekhnik, Biro Penerbit Tekhnik Sipil Universitas Gadjah Mada, Jakarta Sudaryao ,2011.,Aplikasi metode Geomagnet dalam eksplorasi Panas bumi.,jurna Teknik,vol.32 no.1 W.M Telford, dan Rc Sherift., )1981), Applied Geophysi, Cambridge, University Press, New York Yusif A, (1996), Pendugaan Sebaran Mineralisasi Emas, Laporan Kerja Praktek, Universitas Padjajaran, Bandung = 99 = 84 = 2.82 (diperoleh dengan hasil interpolasi dan harga pada tabel) 1/d = 4.8 (diperoleh dengan hasil interpolasi pada tabel 4.1 Maka = (131-99) / (131-84)= 0.68 ∂ rumus = (112-84) = 28 dc = 28/2.82 = 9.92 m t = 4.8/9.92 = 47.52 m Sehingga diperoleh untuk harga anomaly tersebar diketahui kedalammnya ± 9.92 m dari permukaan dan panjangnya ± 47.52 m V. KESIMPULAN Dari hasil hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan 1. Nilai suseptibilitas yang diperoleh di tiap titik pengukuran daerah survey yaitu pada kisaran 1276.175-70615.84 nilai tersebut menyatakan bahwa jenis batuan di daerah survey didominasi batuan andesit dan dasit. 2. Untuk harg anomaly kedalaman nya sekitar 9.92 m dari permukaan dan panjangnya 47.52 m 3. Adanya harga anomaly magnet yang berbeda menandakan adanya batuan yang berbeda.Dari data yang terolah dari penelitian ini dapat diperkirakan bahwa disekitar daeah Stasiun Geofisika Tuntungan Kecamatan Pancur Batu Medan memungkinkan terdapatnya material logam yang terdapat pada lintasan III, IV dan V dengan arah sepanjang Barat laut yang memotong daerah survey. Pada harga anomaly magnet terlihat jelas mengalami perubahan harga dari yang rendah (bernilai negatif). VI. DAFTAR PUSTAKA Bagus J.,2012 ,Interprestasi metode magnetic untuk penetuan struktur bawah permukaan disekitar gunung kelud kabubaten Kediri, Jurnal penelitian fisika dan aplikasinya, ITS SurabayaVol 2 no,1 Hutami R, dkk ,(2003), Eksplorasi Geofisika logam, Direktorat Sumber Daya Minera, Bandung. Hydari A, (2005), Teori Dasar Pengukuran Geolistrik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung. Marino, (1984), Konfigurasi Dipole-pole, Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung Milsom J, (1989), Field Geopysics, Departemen og Geology, University of London Modul Praktikum, (1994), Praktikum Pengukuran dasar Geofisika, Laboratorium Fisika Umum, ITB Bandung Prawira H Y. W, (2007), Laporan Kerja Praktek, Universitas Padjadjaran, Bandung. Ratnaningsih W.E, dkk, (1998), Laporan Workshop Geofisika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. β rumus terbesar diketahui 72 View publication stats View publication stats