1.48k likes | 1.75k Views
PERHITUNGAN HARGA POKOK BERDASARKAN KEGIATAN. 313-346. Dengan mempelajarinya anda diharapkan untuk : menjelaskan mengapa sistem biaya tradisional menimbulkan distorsi biaya yang terdistorsi .
E N D
Denganmempelajarinyaandadiharapkanuntuk: menjelaskanmengapasistembiayatradisionalmenimbulkandistorsibiaya yang terdistorsi. menjelaskanbagaimanasistembiayaberdasarkankegiatandapatmenghasilkanbiayaproduk yang lebihakurat. memberikangambaranrincitentangkegiatandiidentifikasidandiklasifikasikansehinggadapatdibentukbiaya yang homogen. menggambarkan basis data hubunganberdasarkankegiatan. menggambarkanbagaimanabiayadibebankanpadakegiatan.
KETERBATASAN SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL Perhitungan harga pokok produk tradisional hanya membebankan biaya produksi pada produk. Pembebanan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk tidak memiliki tantangan khusus, biaya-biaya ini dibebankan pada produk dengan menggunakan penelusuran langsung yang sangat akurat, dan sebagian besar didesain untuk memastikan bahwa penelusuran ini dilakukan. Disisi lain biaya overhead memiliki masalah lain. Hubungan masukan keluaran yang secara fisik dapat diamati yang terdapat antara tenaga kerja langsung, bahan baku langsung dan produk tidak tersedia bagi biaya overhead, karenanya pembebanan biaya overhead harus bergantung pada penelusuran pendorong.
Pada sistem biaya tradisional hanya pendorong kegiatan berdasarkan unit yang digunakan untuk membebankan biaya pada produk. Pendorong kegiatan berdasarkan kegiatan merupakan faktor yang menyebabkan perubahan biaya seiring perubahan unit yang diproduksi. Hanya dengan menggunakan pendorong kegiatan berdasarkan unit untuk membebankan biaya overhead pada produk mengasumsikan bahwa biaya overhead yang dikonsumsi produk sangat terkait dengan jumlah unit yang diproduksi, diukur dalam kaitannya dengan faktor-faktor seperti jam tenaga kerja langsung, jam mesin atau biaya bahan baku. Pendorong kegiatan berdasarkan unit ini membebankan biaya overhead pada produk melalui penggunaan tarif pabrik.
Tarif pabrik dan departemen Gambar 8.1 mengkaji pendekatan pembebanan biaya overhead tradisional. Panel A mengilustrasikan tarif pabrik, panel B mengilustraikan tarif departemen, menggunakan 2 departemen. Untuk tarif pabrik, biaya overhead terlebih dahulu diakumulasikan pada satu kelompok pabrik yang besar (tahap pertama pembebanan biaya). Biaya overhead dibebankan pada kelompok biaya hanya dengan menambahkan semua biaya overhead yang diidentifikasikan pada jurnal umum. Karena semua biaya overhead merupakan biaya pabrik, pembebanan pada kelompok biaya dilakukan dengan keakuratan tinggi.
Pada tahap pertama, objek biaya adalah pabrik dan penelusuran langsung dapat digunakan untuk membebankan biaya pada kelompok pabrik. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa biaya tersebut dibebankan pada kegiatan makro yang sangat luas: produksi. Sekali biaya diakumulasikan pada kelompok ini, tarif pabrik dapat dihitung dengan menggunakan pendorong tunggal, yang umumnya adalah jam tenaga kerja langsung. Produk diasumsikan mengkonsumsi sumber daya overhead sebanding dengan penggunaan jam tenaga kerja langsung. Karenanya, pada tahap kedua, biaya overhead dibebankan pada produk dengan mengalikan tarif dengan jam tenaga kerja langsung sesungguhnya yang digunakan oleh tiap produk.
B. Tarif departemen Gambar 8.1. Pembebanan Overhead Tradisional
Untuk tarif departemen, biaya overhead dibebankan pada masing-masing departemen produksi, menciptakan kelompok biaya overhead departemen. Pada tahap pertama, departemen merupakan objek biaya dan biaya overhead dibebankan dengan menggunakan penelusuran langsung, penelusuran pendorong dan alokasi. Meskipun usaha dilakukan untuk membebankan biaya eksternal dengan menggunakan faktor penyebab (penelusuran pendorong), beberapa biaya overhead dibebankan menggunakan hubungan asumsi (alokasi).
Sekali biaya dibebankan pada tiap departemen produksi, pendorong berdasarkan kegiatan seperti jam tenaga kerja langsung (untuk departemen padat tenaga kerja) dan jam mesin (untuk departemen padat mesin) digunakan untuk menghitung tarif departemen. Produk yang melalui departemen diasumsikan mengkonsumsi biaya overhead sebanding dengan pendorong departemen berdasarkan unit (jam mesin atau jam tenaga kerja yang digunakan). Kerenanya pada tahap kedua overhead dibebankan pada produk dengan mengalikan tarif departemen dengan jumlah pendorong yang digunakan pada tiap departemen. Seluruh overhead yang dibebankan pada produk merupakan penjumlahan dari jumlah yang diterima dari tiap departemen.
Ketidakcukupan Tarif Pabrik dan Departemen Tarif pabrik dan tarif departemen telah digunakan selama berpuluh tahun dan terus digunakan dengan sukses oleh banyak perusahaan. Namun, pada beberapa situasi, tarif tsb tidak bekerja dengan baik dan mungkin menimbulkan biaya produk yang terdistorsi. Untuk perusahaan yang beroperasi pada lingkungan yang disebut lingkungan pemanufakturan tingkat tinggi, distorsi biaya produk dapat sangat berbahaya. Lingkungan manufaktur tingkat tinggi bercirikan oleh perusahaan yang beroperasi pada persaingan yang ketat (pada umumnya tingkat dunia), menerapkan perbaikan berkelanjutan, manajemen mutu terpadu, kepuasan pelanggan terpadu dan teknologi mutakhir.
Saat perusahaan beroperasi pada lingkungan tingkat tinggi yang mengadopsi strategi baru untuk keunggulan bersaing, sistem akuntansi biaya perusahaan harus mengalami perubahan untuk tetap dapat bersaing. Secara khusus, kebutuhan biaya produk yang lebih akurat telah memaksa banyak perusahaan untuk memperhatikan dengan serius prosedur perhitungan harga pokok mereka. Sistem biaya yang bekerja dengan baik di masa lalu tidak dapat lagi diterima.
Sering perusahaan mengalami gejala tertentu yang mengindikasikan bahwa sistem akuntansi mereka telah ketinggalan zaman. Misalnya, jika biaya terdistorsi dan penentuan harga produk yang terlalu berlebihan, dan hasilnya adalah produk bervolume tinggi, bahkan jika perusahaan merasa bahwa ia melakukan strategi penawaran agresif. Hal ini dapat sangat membingungkan saat perusahaan yakin beroperasi dengan efisien seperti halnya dengan pesaing. Karenanya, satu gejala dari sistem biaya yang ketinggalan zaman adalah ketidakmampuan untuk menjelaskan hasil dari penawaran.
Sisi lain, jika harga pesaing terlihat sangat rendah, hal tsb seharusnya menyebabkan manajer bertanya mengenai keakuratan sistem biaya mereka. Misalnya, jika entah bagaimana sistem biaya organisasi secara sistematis mencatat biaya produk spesial (produk yang membutuhkan proses dan penanganan khusus), volume rendah, ternyata terlalu rendah, akibatnya organisasi menganggap bahwa produk spesial tsb memiliki peluang pasar yang tampak menguntungkan. Namun dapat pula ditemukan manajer operasional ingin melepas beberapa produk “ceruk pasar”. Gejala dari sistem biaya yang ketinggalan jaman ini bersama dengan gejala lain tertera pada peraga 8.2.
hasil dari penawaran sukar untuk dijelaskan harga pesaing sangat rendah produk yang sukar diproduksi menunjukkan laba yang tinggi manajer operasional ingin melepaskan produk yang tampak menguntungkan mungkin laba sukar untuk dijelaskan perusahaan memiliki ceruk yang sangat menguntungkan pelanggan tidak mengeluh tentang kenaikan harga departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk menyediakan biaya data untuk proyek khusus. beberapa departemen menggunakan sistem akuntansi mereka sendiri. biaya produk berubah karena perubahan peraturan keuangan. Peraga 8.2. gejala sistem biaya yang ketinggalan
Organisasi seperti John Deere Component work, yang telah mengalami gejala yang tertera pada peraga 8.2. menemukan bahwa tarif pabrik atau departemen mereka tidak lagi mampu secara akurat membebankan biaya overhead pada tiap produk. Setidaknya terdapat 2 faktor utama yang menurunkan kemampuan tarif pabrik dan departemen berdasarkan unit untuk membebankan biaya overhead secara akurat: proporsi biaya overhead terkait dengan non unit terhadap total overhead besar, dan derajat keragaman produk tinggi.
Biaya Overhead Terkait Dengan Non Unit Penggunaan tarif pabrik ataupun tarif departemen mengasumsikan bahwa konsumsi produk terhadap sumber daya overhead seluruhnya berkaitan dengan unit yang diproduksi. Tapi bagaimana jika terdapat kegiatan overhead yang tidak berkaitan dengan jumlah unit yang diproduksi? Misalnya biaya penyetelan (setup) timbul tiap kali batch diproduksi. Suatu batch terdiri dari 1000 atau 10000 unit dan biaya penyetelan sama. Namun, semakin banyak penyetelan yang dilakukan biaya penyetelan meningkat. Jumlah penyetelan, bukan jumlah unit yang diproduksi, merupakan penyebab biaya penyetelan. Biaya rekayasa mungkin tergantung kepada jumlah pesanan rekayasa yang berbeda dibandingkan unit yang diproduksi dari produk manapun. Kedua contoh ini mengilustrasikan adanya pendorong berdasarkan non unit. Pendorong berdasarkan non unit merupakan faktor, selain jumlah unit yang diproduksi, yang mengukur permintaan oleh objek biaya pada kegiatan. Karena itu pendorong kegiatan berdasarkan unit tidak dapat membebankan biaya-biaya secara akurat pada produk.
Hanya menggunakan pendorong kegiatan berdasarkan unit saja untuk membebankan biaya overhead yang terkait dengan non unit dapat menghasilkan biaya produk yang terdistorsi. Besarnya distorsi tergantung pada berapa proporsi dari keseluruhan biaya overhead yang diwakili oleh biaya berdasarkan non unit. Untuk banyak perusahaan, persentasenya dapat sangat besar. Schrader Bellows dan John Deere Component Works, misalnya, memiliki rasio biaya overhead berdasarkan non unit berturut-turut sekitar 50 persen dan 40 persen. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa perlakuan harus dilakukan dalam membebankan biaya overhead berdasar-non unit. Jika biaya overhead berdasarkan-non unit hanya merupakan persentase yang kecil dari keseluruhan biaya overhead, distorsi biaya produk akan cukup kecil. Pada kasus tersebut, hanya dengan menggunakan pendorong kegiatan berdasarkan-unit saja untuk membebankan biaya overhead mungkin dapat diterima.
Keragaman Produk Adanya biaya overhead non-unit yang nyata memang perlu namun bukan kondisi yang cukup untuk tingkat kegagalan departemen dan keseluruhan pabrik. Jika produk mengkonsumsikan kegiatan overhead non-unit, dengan proporsi yang sama dengan kegiatan overhead unit, maka tidak akan terjadi distorsi pada perhitungan harga pokok produk (dengan menggunakan metoda pembebanan overhead tradisional). Adanya keragaman produk juga diharuskan. Keragaman produk hanya berarti bahwa kegiatan oeverhead produk yang dikonsumsi dalam berbagai proporsi.
Sebagai contoh, perbedaan ukuran produk, kompleksitas produk, waktu penyetelan, dan ukuran batch semuanya dapat mengakibatkan produk mengkonsumsi overhead pada jumlah yang berbeda. Apapun sifat keragaman produk, biaya produk akan terdistorsi jika jumlah biaya overhead unit yang dikonsumsi produk tidak bervariasi dalam perbandingan langsung terhadap jumlah biaya overhead berdasarkan non unit yang dikonsumsi. Proporsi dari tiap kegiatan yang dikonsumsi oleh produk didefinisikan sebagai rasio konsumsi. Bagaimana biaya overhead non unit dan keragaman produk dapat menghasilkan biaya produk yang terdistorsi paling baik diilustrasikan dengan contoh.
Sebuah Contoh Yang Mengilustrasikan Kegagalan Tarif Overhead Berdasar-Unit Untuk mengilustrasikan bagaimana tarif overhead berdasarkan-unit tradisional dapat mendistorsi biaya produk, asumsikan bahwa Goodmark Company memiliki pabrik yang memproduksi dua produk: kartu ulang tahun wangi dan biasa. Kartu wangi menebarkan keharuman yang menyenangkan saat dibuka. Terdapat dua departemen produksi: pemotongan dan pencetakan. Departemen pemotongan bertanggung jawab untuk membentuk kartu-kartu tersebut, dan departemen percetakan bertanggung jawab untuk desain dan pemilihan kata-kata (termasuk menyertakan keharuman pada kartu wangi).
Data perhitungan harga pokok produk yang diharapkan disajikan pada Peraga 8-3. Unit adalah kotak yang terdiri dari selusin kartu. Jumlah kartu biasa diproduksi sepuluh kali lebih besar dibandingkan kartu wangi. Kartu biasa dinamakan sebagai produk volume tinggi dan kartu wangi sebagai produk volume rendah. Kartu-kartu tersebut diproduksi dalam batch.
Untuk kesederhanaan, hanya empat jenis kegiatan overhead yang dilakukan oleh empat depertemen yang berbeda, yaitu: penyetelan peralatan untuk tiap batch, perpindahan batch, pemasokan listrik, dan pemeriksaan. Tiap kotak yang terdiri dari 12 kartu diperiksa setelah operasi tiap departemen. Setelah dipotong, kartu-kartu diperiksa satu persatu untuk memastikan bentuk yang tepat. Setelah dicetak, kotak kartu juga diperiksa satu persatu untuk memastikan penggunaan kata yang tepat, tidak ada coretan, penyertaan keharuman, dll. Biaya overhead dibebankan pada dua depertemen produksi dengan menggunakan metode langsung.
Diasumsikan bahwa keempat pusat jasa tidak saling berinteraksi. Biaya penyetelan dibebankan berdasarkan jumlah produksi berjalan yang ditangani oleh tiap departemen. Karena jumlahnya identik, tiap departemen menerima 50% dari keseluruhan biaya penyetelan. Biaya penanganan bahan baku dibebankan berdasarkan jumlah perpindahan yang digunakan oleh tiap departemen (yang diasumsikan sama). Biaya listrik dibebankan secara proposional berdasarkan jam mesin yang digunakan oleh tiap departemen. Biaya pemeriksaan dibebankan secara proposional berdasarkan jam tenaga kerja langsung yang digunakan (pengalaman menunjukkan terdapat hubungan yang nyaris sempurna antara jam pemeriksaan dengan jam tenaga kerja langsung).
Tarif Overhead Pabrik Keseluruhan biaya overhead pabrik adalah $360.000, jumlah biaya overhead untuk setiap departemen ($108.000 + $252.000). Asumsikan bahwa jam tenaga kerja langsung digunakan sebagai pendorong kegiatan berdasarkan unit. Membagi jumlah biaya overhead dengan jumlah jam tenaga kerja langsung menghasilkan tarif overhead berikut: Tarif pabrik = $360.000/100.000 = $3,60 per jam tenaga kerja langsung Dengan menggunakan tarif ini dan informasi lain dari Peraga 8-3, biaya unit untuk tiap produk dihitung dan diperlihatkan pada Peraga 8-4.
Tarif departemen Berdasarkan pada distribusi jam tenaga kerja dan jam mesin pada Peraga 8-3, departemen pemotongan merupakan departemen padat karya dan departemen percetakan adalah departemen padat mesin. Biaya overhead dari departemen pemotongan sebesar 40% dari biaya overhead pada departemen percetakan. Berdasarkan pengamatan dapat dikatakan bahwa tarif overhead departemen akan mencerminkan konsumsi overhead dengan lebih baik dibandingkan tarif pabrik. Jika benar, maka biaya produk akan lebih akurat. Pendekatan ini akan menghasilkan tarif departemen berikut: menggunakan jam tenaga kerja langsung untuk departemen pemotongan dan jam mesin untuk departemen percetakan.
Tarif dept. Pemotongan = $108.000/80.000 jam tenaga kerja langsung = $1.35/jam tenaga kerja langsung Tarif Dept. Percetakan = $252.000/40.000 jam mesin = $6.30 / jam mesin Dengan menggunakan tarif ini dan data dari Peraga 8-3, perhitungan biaya perunit untuk tiap produk ditunjukkan pada peraga 8-5.
Permasalahan dengan Keakuratan Perhitungan Harga Pokok Keakuratan pembebanan biaya overhead dapat menjadi tantangan tanpa melihat apakah tarif departemen atau tarif pabrik yang digunakan. Masalah utama dengan kedua prosedur itu adalah bahwa asumsi jam mesin atau jam tenaga kerja langsung menimbulkan atau menyebabkan adanya biaya overhead. Dari peraga 8-3 diketahui bahwa kartu biasa, produk volume tinggi, menggunakan sembilan kali jam tenaga kerja langsung dari kartu wangi yang merupakan produk volume rendah (90.000 jam dibandingkan 10.000 jam) karenanya jika tarif pabrik digunakan, kartu biasa akan menerima sembilan kali biaya overhead dibandingkan kartu wangi. Apakah pendorong kegiatan berdasarkan unit menjelaskan konsumsi semua kegiatan overhead? Secara khusus, apakah pantas mengasumsikan bahwa tiap konsumsi overhead produk meningkat berbanding langsung terhadap penggunaan jam tenaga kerja langsung? Dari keempat kegiatan overhead apakah dapat dilihat bahwa pendorong berdasarkan unit secara akurat mencerminkan permintaan akan kartu biasa dan kartu wangi?
Pemeriksaan data pada Peraga 8-3 menunjukkan bahwa sebagian besar biaya overhead tidak digerakkan atau disebabkan oleh unit yang diproduksi (seperti yang diukur oleh jam tenaga kerja langsung). Misalnya, setiap permintaan produk terhadap kegiatan penyetelan (setup) dan penanganan bahan baku lebih logis berhubungan dengan jumlah kegiatan produksi dan jumlah langkah. Kegiatan non-unit ini mewakili 50% (180.000/$360.000) dari total biaya overhead-persentase yang signifikan. Ingat bahwa produk volume rendah, kartu wangi, menggunakan dua kali kegiatan dibandingkan kartu biasa (20/10) dan dua kali jumlah perpindahan (60/30).
Namun, penggunaan jam tenaga kerja langsung, pendorong kegiatan berdasarkan unit, dan tarif pabrik membebankan sembilan kali lebih banyak biaya penyetelan dan penanganan bahan baku pada kartu biasa dibandingkan pada kartu wangi. Kita memiliki keragaman produk dan memperkirakan terjadi distorsi biaya produk karena jumlah overhead berdasarkan unit yang dikonsumsi tiap produk tidak beragam dengan perbandingan langsung terhadap jumlah overhead berdasarkan non unit yang dikonsumsi. Rasio konsumsi dari dua produk ini diilustrasikan pada Peraga 8-6. Rasio konsumsi ini hanya merupakan proporsi yang dikonsumsi tiap kegiatan berdasarkan produk. Tarif konsumsi menunjukkan bahwa tarif pabrik berdasarkan jam tenaga kerja langsung akan membebankan biaya terlalu tinggi pada kartu biasa dan membebankan terlalu rendah pada kartu wangi.
Permasalahan ini hanya bertambah buruk jika tarif departemen dipergunakan. Pada departemen pemotongan, kartu biasa mengkonsumsi 25,67 kali jumlah jam tenaga kerja langsung pada kartu wangi (77.000 /3.000). pada departemen percetakan, kartu biasa mengkonsumsi sembilan kali jumlah jam mesin pada kartu wangi (36.000/4.000). karenanya kartu biasa menerima sekitar 25,67 kali biaya overhead lebih banyak dibandingkan kartu wangi di departemen pemotongan, dan pada departemen percetakan, kartu biasa menerima biaya overhead sembilan kali lebih besar. Seperti diperlihatkan Peraga 8-5, dengan tarif departemen, biaya unit kartu wangi menurun menjadi $10,73, dan biaya unit kartu biasa meningkat menjadi $10,69. Perubahan ini ke arah yang salah, yang menekankan pada kesalahan pendorong kegiatan berdasarkan unit untuk mencerminkan secara akurat tiap permintaan produk terhadap biaya penyetelan dan penanganan bahan baku.
1 20/30 (wangi) dan 10/30 (biasa) 2 60/90 (wangi) dan 30/90 (biasa) 3 5.000/50.000 (wangi) dan 45.000/50.000 (biasa) 4 10.000/100.000 (wangi) dan 90000/100.000 (biasa) Peraga 8.6. keragaman produk: rasio konsumsi
PERHITUNGAN HARGA PRODUK BERDASAR-KEGIATAN : GAMBARAN UMUM Pada Gambar 8.1., dapat dilihat bahwa pembebanan overhead tradisional melibatkan 2 tahap: pertama, biaya overhead dibebankan pada unit organisasi (pabrik atau departemen) dan kedua, biaya overhead dibebankan pada produk. Seperti diilustrasikan pada Gambar 8.7., sistem biaya berdasarkan-kegiatan (activity based costing – ABC) adalah sistem yang pertama kali menelusuri biaya pada kegiatan kemudian pada produk. Karenanya, perhitungan harga pokok (biaya) berdasarkan kegiatan juga merupakan proses dua tahap, tetapi pada tahap pertama, ABC menelusuri biaya overhead pada kegiatan dibandingkan pada unit organisasi seperti pabrik atau departemen.
Gambar 8.7. perhitungan harga pokok berdasarkan kegiatan: pembebanan biaya dua tahap
Pada perhitungan harga pokok berdasarkan kegiatan, tahap kedua mencakup pembebanan biaya penelusuran (pemanfaatan hubungan sebab dan akibat), sementara pada sistem biaya tradisional cenderung merupakan alokasi-intensif (sebagian besar mengabaikan hubungan sebab dan akibat). • Karenanya, perbedaan perhitungan prinsip antara dua metode menyangkut sifat dan jumlah pendorong kegiatan yang digunakan. Pendorong ini harus mencerminkan hubungan sebab dan akibat.
Dalam istilah praktis, pendorong ini harus mencerminkan hubungan sebab dan akibat, yang menjelaskan sejumlah besar persentase keragaman biaya kegiatan. Umumnya, jumlah pendorong lebih besar dibandingkan jumlah pendorong berdasar unit-unit yang umum digunakan pada sistem tradisional. Sebagai hasilnya, metode ABC menghasilkan keakuratan perhitungan harga pokok produk lebih tinggi.
Namun, dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang lebih tepat. Sistem ABC ini memberikan informasi pula tentang biaya dan kinerja kegiatan dan sumber daya dan sistem ini dapat menelusur biaya secara tepat sampai ke objek biaya selain dari produk, seperti misalnya pelanggan dan saluran distribusi. Misalnya, dengan mengetahui biaya kegiatan, pentingnya biaya tersebut terhadap organisasi, dan seberapa efisien dilaksanakan memungkinkan para manajer untuk memfokuskan pada kegiatan-kegiatan yang mungkin memberikan peluang untuk penghematan biaya bila disederhanakan, berkinerja lebih efisien, dihapuskan, dll.
Misalnya King Soopers mengotomatiskan proses penyaluran dan penjadwalan disalah satu gudangnya di Denver. Dengan memperoleh informasi spesifik tentang tarif pembongkaran untuk berbagai jenis produk dan informasi tentang kebiasaan pemesanan oleh gudang, mereka dapat menyesuaikan penjadwalan dengan lebih baik untuk berbagai gudang. Hasilnya adalah bahwa hanya dibutuhkan delapan dari sebelas truk, jarak tempuh berkurang sebesar 1.200 mil per minggu, dan lembur sopir berkurang. Pengurangan dan penghapusan kegiatan berhubungan dengan pengambilan, pengangkutan dan pembongkaran telah menghasilkan penghematan lebih dari $10.000 per minggu.
Pengetahuan strategis dan kemampuan penyempurnaan proses tentang sistem ABC sangat penting. Lebih lanjut, perhitungan harga pokok dapat berpengaruh cukup berarti pada model pengambilan keputusan.
Prosedur tahap pertama Pada tahap pertama perhitungan biaya berdasarkan kegiatan, biaya dikaitkan dengan masing-masing kegiatan. Kegiatan dan biaya yang terkait dengannya dibagi kedalam set-set homogen. Perhatikan bahwa suatu kegiatan merupakan kerja yang dilakukan dalam organisasi. Jadi, identifikasi kegiatan memerlukan pembuatan daftar semua jenis pekerjaan, seperti misalnya penanganan bahan, inspeksi, perekayasaan proses dan perbaikan produk. Suatu perusahaan mungkin mempunyai beratus-ratus kegiatan yang berbeda. Sekali kegiatan tersebut sudah ditentukan, biaya untuk melakukan kegiatan tersebut ditentukan pula. Pada kondisi ini, perusahaan dapat menentukan pendorong kegiatan yang dikaitkan dengan setiap kegiatan dan menghitung tarif overhead kegiatan masing-masing. Hal ini secara harfiah akan menghasilkan beratus-ratus tarif overhead. Suatu metode yang tidak praktis dalam menentukan overhead pada produk.
Untuk mengurangi jumlah tarif overhead yang diperlukan dan untuk merampingkan proses, kegiatan-kegiatan dikelompokkan bersama-sama dalam set-set homogen yang didasarkan pada karakteristik yang serupa: kegiatan-kegiatan tersebut secara logika terkait, dan memiliki perbandingan konsumsi yang sama untuk semua produk. Biaya set homogen diperoleh dengan menjumlahkan biaya dari masing-masing kegiatan di dalam set. Pengumpulan biaya-biaya overhead yang dikaitkan dengan masing-masing set kegiatan tersebut disebut kelompok biaya homogen. Karena kegiatan-kegiatan didalam suatu kelompok biaya homogen mempunyai tarif konsumsi sama, variasi biaya untuk kelompok ini dapat diterangkan dengan pendorong kegiatan tunggal.
Setelah kelompok biaya dapat ditentukan, biaya per satuan pendorong kegiatan dihitung dengan membagi biaya kelompok dengan kapasitas praktis pendorong kegiatan. Biaya ini disebut tarif kelompok. Penghitungan tarif kelompok ini mengakhiri tahap pertama. Jadi, tahap pertama menghasilkan lima keluaran: • kegiatan teridentifikasi • biaya dibebankan pada setiap kegiatan • kegiatan yang berkaitan dikelompokkan bersama membentuk set-set homogen • biaya dari kelompok kegiatan dijumlahkan untuk menentukan kelompok biaya homogen • tarif (overhead) kelompok dihitung.
Untuk menggambarkan proses ini, perhatikan sekali lagi contoh Goodmark. Empat kegiatan overhead telah diidentifikasi: penyetelan (setup), penanganan bahan, daya dan inspeksi. Biaya-biaya untuk masing-masing kegiatan telah ditentukan dan dijelaskan pada Peraga 8.3. terdapat pula hubungan logika. Kegiatan penyetelan dan kegiatan penanganan bahan dilakukan setiap kali sekelompok (batch) produk dihasilkan. Jadi, kedua kegiatan ini secara logika terkait oleh kegiatan produksi tingkat batch. Kegiatan inspeksi dan daya dilakukan setiap kali suatu unit produk dihasilkan (perlu diperhatikan bahwa setiap unit diinspeksi). Jadi, kedua kegiatan ini secara logika terkait oleh kegiatan yang lebih umum untuk memproduksi suatu unit produk.
Dari Peraga 8.6. kita mengetahui bahwa pengelompokan penyetelan dan penanganan bahan dan pengelompokan daya dan inspeksi mempunyai perbandingan konsumsi yang sama untuk kedua produk. Jadi, kita dapat mengurangi empat kegiatan ke dalam dua set kegiatan. Kedua set kegiatan ini sekarang dapat digunakan untuk membentuk kelompok kegiatan homogen. Marilah sebut set dengan penyetelan dan penanganan bahan dengan kelompok tingkat batch dan set dengan daya dan inspeksi disebut kelompok tingkat unit. Biaya total yang terkait dengan masing-masing kelompok adalah jumlah dari kegiatan-kegiatan yang terkait. Dengan menggunakan data dari Peraga 8.3., biaya kelompok dicantumkan di bawah:
Sekarang kelompok biaya homogen telah diidentifikasi dan biayanya ditentukan, biaya homogen dapat ditentukan untuk masing-masing produk. Untuk melakukan hal ini, suatu tarif kelompok harus dihitung berdasarkan pendorong kegiatan. Untuk kelompok biaya tingkat-batch, jumlah produksi yang berjalan atau jumlah gerakan dapat merupakan pendorong kegiatan. Karena kedua pendorong kegiatan mempunyai perbandingan konsumsi yang sama, baik pendorong jumlah penyetelan atau jumlah gerakan, akan menentukan jumlah overhead yang sama terhadap kedua produk. Untuk kelompok biaya tingkat unit (daya dan inspeksi), jam-mesin atau jam tenaga kerja langsung dapat dipilih sebagai pendorong kegiatan. Anggap untuk tujuan penggambaran bahwa jumlah produksi yang berjalan dan jam mesin merupakan pendorong kegiatan yang terpilih. Dengan menggunakan data dari Peraga 8.3., keluaran tahap pertama digambarkan Peraga 8.8.
Peraga 8.8. prosedur tahap pertama: perhitungan harga pokok berdasarkan kegiatan **
Prosedur tahap kedua Pada tahap kedua, biaya-biaya untuk masing-masing kelompok overhead ditelusur ke produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap pertama dan dengan mengukur jumlah sumber daya yang digunakan oleh masing-masing produk. Ukuran ini adalah banyaknya pendorong kegiatan yang digunakan oleh masing-masing produk. Pada contoh di atas, hal ini merupakan jumlah produksi berjalan dan jam mesin yang digunakan dalam setiap jenis kartu. Jadi, overhead yang dibebankan dari setiap biaya kelompok ke masing-masing produk dihitung sebagai berikut: Overhead yang dibebankan (pada suatu produk) = tarif kelompok x penggunaan kegiatan