1 / 28

Gangguan kesadaran (Coma)

Gangguan kesadaran (Coma). KESADARAN :  Kondisi waspada dengan kesiagaan yang terus menerus terhadap keadaan lingkungan  Mampu memberikan respon penuh terhadap rangsang. Perilaku dan pembicaraan sesuai keinginan pemeriksa. Proses Kesadaran.

ailsa
Download Presentation

Gangguan kesadaran (Coma)

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Gangguan kesadaran(Coma)

  2. KESADARAN : Kondisi waspada dengan kesiagaan yang terus menerus terhadap keadaan lingkungan Mampu memberikan respon penuh terhadap rangsang Perilaku dan pembicaraan sesuai keinginan pemeriksa

  3. Proses Kesadaran • Interaksi yang sangat kompleks dan terus-menerus secara efektif antara hemisfer otak, formatio retikularis serta semua rangsang sensorik yang masuk • Jaras kesadaran berlangsung secara multi sinaptik dan akan menggalakkan inti (neuron di formatio retikularis) untuk selanjutnya mengirimkan impuls ke seluruh korteks secara difus dan bilateral

  4. pons Medula spinalis ARAS (Ascending Reticular Activating System) • Merupakan suatu rangkaian atau network sistem dari serabut-serabut aferen dalam formatio retikularis (dari kaudal berasal dari medula spinalis menuju rostral yaitu diensefalon melalui brain stem) ARAS cerebellum

  5. ARAS (Ascending Reticular Activating System) Cortex cerebral Thalamus Brain stem reticular activating system

  6. Pemeriksaan tingkat kesadaran Kesadaran: • Kuantitatif : jumlah “input” susunan saraf pusat menentukan derajat kesadaran.Pemeriksaan dengan penilaian GCS • Kualitatif : cara pengolahan “input” itu sehingga menghasilkan pola-pola “output” susunan saraf pusat menentukan kualitas kesadaran, contoh: tingkah laku, perasaan hati, orientasi, jalan pikiran, kecerdasan, daya ingat kejadian

  7. Tingkat kesadaran • Sadar(compos mentis): respon yang baik/penuh terhadap rangsangan dari dalam maupun dari luar • Somnolen: keadaan mengantuk, kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang • Stupor(sopor):kantuk yang dalam, dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi • Coma: tidak sadar sepenuhnya dan tidak berreaksi terhadap rangsang internal maupun external

  8. Tingkat kesadaran • Derajad kesadaran ditentukan oleh banyaknya neuron pengerak atau neuron pengemban kewaspadaan yang aktif • Tinggi atau rendah tingkat kesadaran bergantung pada seberapa banyak jumlah neuron yang aktif dan didukung oleh proses biokimia utnuk menjaga kelangsungan kehidupan neuron tersebut.

  9. Gangguan kesadaran Dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1.Gangguan pada ARAS dan kedua hemisfer cerebri (somnolen, stupor, coma) 2.Gangguan pada pusat kognitif, dimana gangguan inilebih mempengaruhi fungsi mental, ekspresi, psikologis, melibatkan sensasi, emosi dan proses berpikir (confusion, delirium, ilusi, halusinasi)

  10. Klasifikasi gangguan kesadaran • Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal atau lateralisasi dan tanpa disertai kaku kuduk (gangguan metabolik, intoksikasi, infeksi sitemis, hipertermia, epilepsi) • Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal atau lateralisasi disertai dengan kakuk kuduk (perdarahan subarahnoid, meningitis, ensefalitis) • Gangguan kesadaran disertai dengan kelainan fokal (tumor otak, perdarahan intraserebral, infark serebri, abses serebri)

  11. COMA • Suatu keadaan tidak bisa dibangunkan yang sifatnya tidak berespon (Plum & Poner, 1996) • Penurunan kesadaran yang paling berat, ditandai dengan kondisi penurunan kesadaran yang tidak menghasilkan reaksi sama sekali terhadap rangsangan dari luar. • Secara medis mencakup seluruh aspek gejala2 Neurologis dan tanda-tanda EEG

  12. Patofisiologi • Disfungsi otak difus : merupakan proses metabolik atau submikroskopik yang menekan aktivitas neuronal (ggn metabolik, toksik, kejang, meningitis, viral encephalitis, hipoksia dll) • Efek langsung pada batang otak : stroke batang otak, trauma • Efek kompresi pada batang otak : tumor, abses, perdarahan intraserebral, subdural maupun epidural

  13. Patofisiologi Koma: Gangguan Atau lesi Korteks Serebri Sistem aktivasi Retikuler ascending Serabut penghubung Perubahan kesadaran global

  14. Koma terjadi akibat dari: • Lesi supratentorial, infeksi mening atau perdarahan subarahnoid yang menghasilkan peningkatan tekanan intrakranial (prosesnya melalui brainstem) • Lesi pada fossa posterior brainstem, yang mengakibatkan penekanan pada brainstem • Metabolik, endokrin atau ensefalopati anoksia dengan keterlibatan hemisfer serebri yang difus • Bangkitan General tonic clonic

  15. Penyebab koma Intrakranial • Traumatik: epidural hemorrhage, subdural, intracranial hemorrhage • Infeksi: subdural empyema, brain abscess, meningitis bakterial dan fungal, viral encephalitis • Neoplasma: primer, metasstase • Vaskular: infark, intracerebral hemorrhage

  16. Penyebab koma Metabolik • Gangguan asam-basa dan elektrolit: hyper/hyponatremia, hyper/hypokalemia, hypermagnesia, hyperkalsemia • Penyakit endokrin: DM, hyperosmolar ninketotik, chusing’s syndrome • Koma hepatikum • Koma uremikum • Ensefalopati anoksia: obstruksi jalan nafas, cardiac arrest, pulmonary disfunction • Defisiensi vitamin: thiamine, niasin • Racun dan Intoksikasi: alkohol, heroin, barbiturat, organic solvent

  17. Diagnosis kesadaran menurun • Anamnesis • Pemeriksaan fisik umum • Pemeriksaan Neurologis • Pemeriksaan penunjang (Laboratorium, head CT Scan, MRI)

  18. Pemeriksaan fisik umum • Tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, respirasi (tipe pernafasannya), ada tidaknya aritmia • Bau nafas • Kulit • Kepala • Leher • Toraks/ abdomen dan ekstremitas

  19. Pemeriksaan Neurologis • Derajat kesadaran: secara kuantitatif dinilai dengan GCS • Pemeriksaan brainstem reflex: perhatikan posisi bola mata, refleks pupil, refleks kornea, refleks gerak bola mata. Bila ditemukan refleks cahaya pupil anisokor besar kemungkinan etiologi struktural • Pemeriksaan refleks motoriknya: adakah kelumpuhan sesisi/ hemiparesis, refleks patologis, refleks fisiologis, refleks movement spt deserebrasi / dekortikasi

  20. Cranial Nerves in Coma • pupils: CN II (afferent), sympathetics and parasympathetics (CNIII, autonomic portion) • Oculocephalic maneuver: CNs III, IV and VI, and integrity of MLF • corneal reflex and nasal tickle: CN V (afferent) and CN VII • cold water calorics: CN VIII (afferent) and MLF + CN III, IV and VI (*** response to sound also checks CN VIII) • gag reflex: CN IX (afferent), CN X efferent • spontaneous respiratory pattern: relies on many levels of brainstem/diencephalon (see diagram)

  21. Pola nafas Nafas cepat dan dalam ada periode apneu

  22. Respon motorik terhadap rangsangan nyeri (penekanan daerah supraorbital) • Hemisfer kanan • Diensefalon • Midbrain/ Pons

  23. Penatalaksanaan Setiap pasien koma dikelola menurut pedoman: • Airways : bebaskan jalan nafas  cek saturasi oksigen • Breathing : beri bantuan nafas • Circulation : menjaga tekanan darah • Hentikan kejang jika terjadi kejang • Periksa keseimbangan cairan pasang kateter • Pemasangan pipa NGT (nasogastric tube)

  24. Komplikasi dan Prognosis • Komplikasi : hipoksia, edema otak, herniasi tentorial, sepsis, septic shock, bronchopneuminia, stress ulcer • Koma yang bersifat struktural  prognosis bersifat ad malam, begitu juga dengan insufisiensi batang otak • Tanda-tanda prognosis buruk: tidak ada refleks pupil dan gerak bola mata, tidak ada refleks kornea, atonia anggota gerak, tidak ada refleks visual, auditori dan somatosensorik

  25. Skala koma Glasgow

More Related