1 / 16

KRISIS MONETER TERHADAP SISTEM PERBANKAN

KRISIS MONETER TERHADAP SISTEM PERBANKAN. Pengantar 1 . Bermula dari Krisis Moneter

chinue
Download Presentation

KRISIS MONETER TERHADAP SISTEM PERBANKAN

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KRISIS MONETER TERHADAP SISTEM PERBANKAN Pengantar 1. BermuladariKrisisMoneter Apabiladilihatdaridariprosesterjadinya, makakrisismoneterdi Indonesia diawaliolehsuatu euphoria, adanyapertumbuhanekonomi yang tinggi yang digambarkanoleh Bank Duniasebagai economic miracle yang kemudianberkembangdanmenandakanadanya bubbles sepertiekspansidisektor real estates yang besardanpertumbuhanpasarsaham yang luarbiasaseiringdenganmasuknyadanaluarnegeriberjangkapendeksecaraberlebihan.

  2. . • Dalamkondisitersebuttimbulgejolak yang menyebabkan distress melaluidampaktular (contagion effects) yang kemudianmenjadikrisis. Krisis yang semulaterjadidisektorkeuangan-perbankankemudianmelebarmenjadikrisisekonomi yang secarasistemikberlanjutmenjadikrisissosial, politikdanpuncaknyamenjadikrisiskepemimpinannasional.Depresiasimatauang Baht Thailand padaawalJuli 1997 memberikandampakberupaprosespenularanke Negara-negara Asia lainnyaseperti Korea, Malaysia danPhilipinadantidakterkecuali Indonesia. Sementaradi Indonesia, krisistersebutmerupakankombinasidariadanyagejolakeksternalmelaluidampakpenularanpadapasarkeuangandenganekonominasional yang mengandungberbagaikelemahanstruktural, yaitupada system perbankandansektorriilnya.

  3. . • Padasaatawalterjadinyakrisisdimulaidengandampakdariprosespenularan, dimana Rupiah tertekandipasarmatauangsetelahdanbersamaandenganapa yang terjadidi Negara-negara lain di Asia, diawalidengandepresiasi yang drastisdari baht Thailand. Tetapikemudiandenganlangkahkebijakan yang dilakukanyaitupelebaranrentangkursintervensi, mengubah system nilaitukardarimengambangterkendali (managed floating) menjadipengambangbebasan Rupiah (free floating), intervensi BI danpengetatanlikuiditas, terjadiprosesmenjalardariprosespenularantersebut, sehinggagejolakkurs Rupiah menjalarmenjadimasalahtertekannyaperbankan.

  4. . • Ketidakpercayaanterhadap Rupiah menjalarmenjadiketidakpercayaanterhadapperbankan yang menimbulkankrisisperbankan. Dalamkondisiini, bank tidakhanyaditinggalkandeposantetapijugaditinggalkan bank lain, termasukakhirnya bank-bank mitrausahadiluarnegeri, contohnyapenolakan L/C dari bank nasionaloleh bank luarnegeri. Krisistersebutmembawakepanikanjugakepadaparanasabah bank karenamahalnyakredit bank, sehinggasektorkeuanganlangsungberpengaruhnegatifterhadapsektorriil (kegiatanproduksi, perdagangan, investasimaupunkonsumsi).Selanjutnya, perkembangankrisiskeuanganinimenjalarmenjadikrisissosialdimanaperusahaan yang tidakmemperolehpinjaman bank mulaimelakukan PHK tehadapkaryawannya, dankemudianmenimbulkankrisisdalamkehidupanpolitik yang memuncakdenganterjadinyakrisiskepemimpinannasional.

  5. 2. KondisiPerbankansebelumdanpadaAwalKrisis • Sampaidenganpertengahantahun 1997, kegiatanperbankansecaraumummasihberkembangdengankecepatantinggi. Mobilisasidanamasyarakatmeningkatpesatsementaraekspansikredittetapkuat, terutamakesektorproperti. Ekspansiberlebihanjugatelahmenyebabkankewajibanperbankandalamvalutaasing, khususnyapada bank swastanasional, meningkattajamsebagaimanatercerminpadamemburuknyaposisidevisanetodanmakinbesarnyarekeningadministratif (off-balance sheet) dalamvalutaasingperbankanselamatigatahunterakhir. Di sisi lain, kredittidaklancar (non performing loans atau NPL) padabeberapa bank nasionalcenderungmeningkatdanefisiensiusahamemburuk. Perkembangantersebutmenyebabkantingginyakerentanan (vulnerable) perbankannasionalterhadapguncangan-guncangan yang dapatterjadididalamperekonomianpadawaktuitu.Kerentanantersebuttidakterlepasdariberbagaikelemahan fundamental industriperbankan yang sudahterakumulasisejakbeberapatahunsebelumnya.

  6. Terdapat lima faktor yang mengakibatkankondisimikroperbankannasionalmenjadirentanterhadapgejolakekonomidewasaitu, yakni : • a. Relatiflemahnyakemampuanmanajerial bank telahmengakibatkanpenurunankualitasasetproduktifdanpeningkatanrisiko yang dihadapi bank. Situasiinidiperburuk pula olehlemahnyapengawasandansisteminformasi internal didalammemantau, mendeteksi, danmenyelesaikankreditbermasalahsertaposisirisiko yang berlebihan. Kelemahaninisemakinmembatasikemampuan bank dalammengantisipasidanmenghadapigejolakkeuangan yang terjadi.

  7. , • b. Besarnyapemberiankreditdanjaminanbaiksecaralangsungmaupuntidaklangsungkepadaindividuataukelompokusaha yang terkaitdengan bank (connected lending) telahmendorongtingginyarisikokemacetankredit yang dihadapibank. • c. Adanyajaminanterselubung (implicit guarantee) dari bank sentralataskelangsunganhidupsuatu bank untukmencegahkegagalansistemikdalamindustriperbankansehinggarisiko yang dihadapiperbankansebagaiakibatdarikesulitanlikuiditassecarapraktistergeserkepada bank sentral.

  8. . • d. Kurangtransparannyainformasimengenaikondisiperbankanselaintelahmengakibatkankesulitandalammelakukananalisissecaraakurattentangkondisikeuangansuatu bank jugatelahmelemahkanupayauntukmelakukankontrolsosialdanmenciptakandisiplinpasar (market discipline). Hal-haltersebutberakibatikutmengurangikepercayaanmasyarakatterhadapperbankansehinggamakinmemperbesarrisikosistemikindustriperbankan. • e. Sistempengawasanoleh bank sentralkurangefektifkarenabelumsepenuhnyadapatmengimbangipesatdankompleksnyakegiatanoperasionalperbankan. Hal initelahmendorongperbankannasionalmengabaikanprinsipkehati-hatiandalamkegiatanoperasionalmereka.

  9. II. KebijakanAwalMengatasiKesulitanLikuiditasPerbankanJuli 1997 hinggaJanuari 1998 • 1. MengatasiKesulitanLikuiditas BankMenghadapikesulitanperbankantersebutdiatas, sejakpertengahanAgustus 1997 hinggaakhirDesember 1997 Bank Indonesia mengambilkebijakanuntukmemberikankelonggaranfasilitasbantuanlikuiditaskepada bank-bank berupa : FasilitasSaldoDebetGiropada Bank Indonesia, SBI-Repo Khusus, FasilitasDiskonto (Fasdis), danfasilitassuratberhargapasaruang (SBPU). Berikutrinciandaripelaksanaankebijakantersebut.

  10. . • Dalamrangkamembantumengatasikesulitanlikuiditasperbankan, Bank Indonesia melaluirapatdireksipadatanggal 15 Agustus 1997 menetapkankebijakanberupapemberiandispensasikepada bank-bank yang memilikisaldogironegatif (saldodebet) di Bank Indonesia untuktetapdapatikutsertadalamkliring. Keputusaniniditerapkansampaimeredanyagejolakpasaruang.

  11. 2. UpayaMencegahPeningkatanBantuanLikuiditas Bank Indonesia kepada Bank • Karenamakinsulitmencaridanadaripasaruangantarbank, bank-bank dalamupayanyauntukmengatasikesulitanlikuiditas yang dihadapi, cenderungmenggantungkandiripadafasilitassaldodebetdi Bank Indonesia. Olehkarenaitu, Bank Indonesia menetapkankebijakanpengenaansukubunga yang tinggiatassaldodebetpada Bank Indonesia sertadenda yang beratataspelanggaran GWM. Kebijakaninidimaksudkanuntukmendorong bank-bank berusahadengansungguh-sungguhmemeliharasaldopositif yang cukuppada Bank Indonesia dansekaligusmenghindariterjadinyasaldodebetpada Bank Indonesia denganmengupayakandanadarisumber-sumber lain. Di sampingitu, Bank Indonesia menetapkanpenggunaan SBPU Khusus (SBPU-K) untukpenggantikandanmengonversikansaldodebet, Fasdis I, Fasdis I Repo danFasdis II. SBPU-K hanyadiberikansatu kali dansetelahitutidakbolehterjadilagisaldodebetrekening bank pada Bank Indonesia.

  12. 3. KesepakatanPemerintahRepubik Indonesia dengan IMF untukMengatasiKrisisPerbankan • Pemerintahtelahmelakukanberbagailangkahpenanggulangan. Namun, karenamasalah yang menimpaperekonomianmasihterusmeluas, makapada 8 Oktober 1997 Pemerintahmemutuskanuntukmemintabantuankepada IMF danmenunjukProfesorWidjojoNitisastrountukmengkoordinasikanlangkah-langkahpenangananterhadapgejolakekonomi yang berkembang.

  13. . • KesepakatanantaraPemerintahdan IMF bertaliandenganupayamengatasikrisisdanrestrukturisasiperbankantertuangdalam Memorandum on Economic and Financial Policies yang disampaikandengansuratPemerintahkepada Managing Director IMF yang jugadisebut Letter of Intent (LoI). Program restrukturisasiperbankanuntukmengembalikankepercayaanterhadapperbankan yang disusunolehPemerintahdenganbantuanteknisdaristaf IMF, Bank Dunia, dan Asian Development Bank (ADB) diawalidenganLoItanggal 31 Oktober 1997. Program restrukturisasiperbankandankeuanganselainsecararincidisebutkandalamLoItersebut, jugadimuatdalamsuatupengkajian program untukmemperkuatrehabilitasisektorperbankansecaramenyeluruh yang disusunoleh IMF.

  14. PemantapanKetahananSistemPerbankan • Keberhasilanmengatasidampakkrisisperbankanmelaluiberbagaiupaya yang diuraikandiatasmenjadikanperbankan Indonesia siapmelakukanpemulihankondisidanmemenuhifungsisebagailembagaintermediasigunamemberdayakanperekonomian Indonesia. Awaluntukmewujudkanhal-haltersebutterlihatsejakJuli 1999 yang ditandaidengantiga parameter utamauntukmendorongpercepatanpemulihanperbankan, yaitu :- Stabilitaskurs rupiah terhadapmatauangasingpada level sekitarRp 7.000/US Dollar- Penurunantingkatsukubunga yang mencapaisekitar 15% pertahununtukdepositoberjangka 3 bulan. Perkembanganinidisampingmenghilangkan negative spread, jugamendrongperbankanuntukmenyalurkankreditdengansukubunga yang tidakmemberatkanduniausaha.- Penurunaninflasi yang mendorongperbankanmelakukanekspansikredit.

  15. Namundemikianupayamengembangkanperbankandimasadatangperludirancangdenganbaikuntukmenghindariberulangnyakrisisperbankanmelaluipemantapanketahanansistemperbankan yang dapatditempuhantara lain melalui : 1. peningkatanintegritassumberdayamanusiaperbankan. 2. pemantapanpengawasan bank. 3. penciptaankondisilingkunganperbankan yang kondusif.AkhirnyaProsesrestrukturisasiperbankan yang berjalansangat lama danmemakanbiaya yang sangatbesartersebuttelahmemberikanpembelajarankepadaPemerintahdanduniaperbankan Indonesia untukmenjadikansistemperbankan Indonesia lebihkuatdanhati-hati.

  16. KELOMPOK 6 : • Abdul gaffarnawawi (2009/20025/MRS) • Setiowahonosupadi (2009/20028/MTU) • Jordan Dandirwalu (2009/20006/MAF) • SariuniKedang (2010/20121/MRS) • Airon (2010/20011/MAF)

More Related