130 likes | 305 Views
PEMBUATAN CERITA DAN KARAKTER 2D PADA FILM ANIMASI DENGAN ENVIRONMENT 3D BERJUDUL “THE POSTMAN STORY”. Ratna Indah S. Program Studi Komputer Multimedia. Abstract.
E N D
PEMBUATAN CERITA DAN KARAKTER 2D PADA FILM ANIMASI DENGAN ENVIRONMENT 3D BERJUDUL “THE POSTMAN STORY” Ratna Indah S. Program StudiKomputer Multimedia
Abstract Animation generally only use one technique just like animation with 2D or 3D techniques. Animation in Indonesia is quite rare that useing a combination of 2D and 3D techniques. This animation tries to apply these techniques. The appearance glance looks like a 2D animation but actually the characters created with 2D techniques while environtment made with 3D techniques. 2D and 3D animation has its own advantages and disadvantages. 2D animation has always come up with a simple form and color while 3D animations always look realistic that match the real shape. But both the animation also has shortcomings. Movements that are too rigid in 2D animation and the hassle of making a character or a complex environment in 3D animation. But these shortcomings can cover each other when both techniques are combined. In addition, by combining these techniques can produce a different animation. The process of making the animation is done separately because the film is done in groups consisting of two people. Pre-production and production process that includes the development of idea an concept, making treatment, storyboard, character design and 2D character animation done by the 2nd author (Ratna Indah S.). While the post-production and manufacturing processes environtment with 3D techniques performed by 1st author (AdindaMiftania). This animation uses a variety of software from the pre-production to post production. This final report is expected to be role model for young animators, both technically, and moral concepts contained therein. Keyword: Animation, 2D character , synopsis, treatment, storyboard
Sinopsis Film animasi The Postman Story inimenceritakanseorangtukangposbernamaLui yang sangatmenyayangikeluargasertapekerjaannya. Padahariulangtahun Rey, putrinya, rencanaLuiuntukmerayakanulangtahunnyatertundaolehpermintaanseorangnenek yang memintatolonguntuksegeramengantarkansuratkepadaputridancucunya di kota yang jauh. Walaupunwaktubertugasnyatelahusai, Luitetapbertanggungjawabpadapekerjaannyadanbersediamengantarsuratitu. Dalamperjalanannyamengantarsuratberbagairintanganmengujikegigihanhatinya. Termasukhujan yang mengguyurnyasertamenolonganaklelaki yang tersesat. AkhirnyaLuisampai di kotatujuansaatmalamdenganhujan yang kembaliturun. Ternyatacucu sang nenektersebutsedangberulangtahun, samaseperti Rey, dantidakdapatmenghadiripestaulangtahun yang diselenggarakan. Setelahselesaimengantarsurat, Lui pun pulangdantiba di rumahsaattengahmalam. Luimendapati Rey sudahtertidursambilmengenakantopiulangtahun yang dibuatnyasendiri. Diam-diamLuimeletakkansebuahkado di samping Rey, yang ternyatadiberikangadiskecil yang berulangtahuntersebut. Keesokanharinyaulangtahun Rey pun diselenggarakan.
SejarahdanPerkembanganTukangPos Lariestafet yang merupakancabangolah raga sebenarnyaadalah system pengantarsurat yang didirikanolehKaisar Julius padatahun 400 SM. Mulanyasuratdiantardenganberjalan kaki kemudiandilanjutkandenganmengendaraikuda yang ditempatkanpadasemacampangkalan. Makadariitulahmunculistilahpos yang berasaldaribahasa Latin positus yang berartiditempatkan (http://matanoku-asal.blogspot.com/2006/09/asal-usul-pengantar-surat.html). Padasaatinijasatukangposmulaijarangdigunakanwalaupunjasainitidaksepenuhnyamenghilangdarimasyarakat. Namunfungsitukangpossebagaipengantarpesanmulaidiambilaliholehteknologipesanelektronikataupune-mail yang mulaimeng-global. Makadariitutokohtukangposdigunakanuntukmengenalkankembalijasa yang mulaimemudarinikhususnyakepadaanak-anak.
Target Penonton Target audience dari film ini adalah anak-anak berusia 7 sampai 11 tahun dimana untuk mengenalkan seorang tukang pos yang mulai memudar dari masyarakat di zaman globalisasi ini serta menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung di dalam film ini. Rentang umur tersebut dipilih dikarenakan pada masa ini anak-anak telah sanggup untuk belajar menilai sendiri sebuah moral perbuatan dan merupakan masa yang penting untuk pembentukan hati nurani (Clement Suleeman, Andar Ismail, 1998).
Treatment Treatment dibuat setelah penyusunan cerita selesai. Treatment berfungsi untuk mengatur setting tempat dan waktu. Setting tempat dan waktu yang digunakan disesuaikan dengan jadwal kehidupan sehari-hari karena tokoh utama merupakan seorang pegawai yang bertugas mengantar surat.
Desain Karakter Pada proses pra produksi karakter dibuat secara manual yang kemudian diwarna dengan program edit foto dan warna. Sedangkan pada saat produksi, bagian tubuh karakter dibuat dalam layer yang berbeda-beda agar pada saat penganimasian akan lebih mudah karena bagian yang tidak perlu dianimasikan tidak terganggu. Selain karakter yang dianimasikan, ada juga karakter diam yang hanya berupa gambar. Karakter yang akan dianimasikan dibuat di software animasi 2D sedangkan karakter diam yang berupa gambar dibuat di program ilustrasi, bagian outline, dan program edit fotodanwarna, bagian pewarnaan.
Storyboard Setelah seluruh treatment selesai, storyboard dibuat untuk menentukan sudut pandang dan komposisi pengambilan gambar pada setiap scene. Scene dalam storyboard disesuaikan dengan treatment yang telah dibuat.
Animasi Animasiadalahsuatuseniuntukmemanipulasigambarmenjadiseolah-olahhidupdanbergerak. Sedangkandefinisianimasi yang diambildariKamus Oxford berarti film yang seolahhidup, terbuatdarifotografi, gambaran, bonekadansebagainyadenganperbedaan tipis antar frames, untukmemberikesanpergerakansaatdiproyeksikan (http://marinishadrina.blogspot.com/2009/10/pengertian-animasi.html). Animasi terdiri dari animasi dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D). Animasi 2D lebih cenderung seperti gambar yang bergerak, berkesan datar dan karakter maupun latar belakang tampak tidak nyata. Sedangkan animasi 3D lebih terlihat realistik dengan bentuk karakter yang dapat dilihat dari segala arah, hampir menyerupai manusia serta pemandangan latar belakang yang hampir tampak seperti nyata. Pada proses produksi, bagiantubuhkarakterdikerjakandalamlayer yang berbeda. Hal tersebutdilakukanuntulmencegahadanyakerusakanpadakaraktersertamempermudahsaatdianimasikan.
Setelah pembuatan karakter selesai, maka langkah selanjutnya adalah menganimasikan. Teknik animasi yang digunakan adalah frame by frame. Karena per bagian tubuh karakter dibuat dalam layer yang berbeda, maka bagian tubuh yang ingin dianimasikan dapat diubah dengan leluasa tanpa merusak bagian tubuh yang lainnya.
Kesimpulan Dari laporan ini dapat penulis simpulkan, bahwa: • Film animasi “The Postman Story” menggunakanteknikgabungandimanaanimasikarakterdibuatsecara 2D sedangkanenvirontmendibuatsecara 3D. Konsepcerita yang menggunakantukangpossebagaitokohutamadiharapkan agar anak-anaksaatinidapatmengenaltokohinilebihjauh. • Tahap awal yang dilakukan dalam proses produksi adalah mengembangkan ide dankonsepceritadaripenulis I (AdindaMiftania). Kemudiamembuatsketsakarakter, treatment sertastoryboard. • Teknik frame by frame sangat membantu proses penganimasian karakter. • Masa produksi untuk pembuatan animasi ini memakan waktu 1,5 bulan maka dalam pengaplikasiannya terjadi beberapa perubahan untukmempersingkatwaktu. • Konsep dan ide cerita diperkuat dengan adanya literatur sejarah tukang pos serta psikologianakuntukdapatmembuat animasi yang mengenapada target penonton.
Saran Film animasi yang telah diproduksi adalah sebuah karya Tugas Akhir yang dikerjakan oleh dua orang. Proses produksi yang dimulai dari pra produksi sampai pasca produksi memerlukan waktu sekitar tiga bulan saja, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan karya animasi manapun. Film animasi ini menampilkan beberapa teknik yang mungkin masih belum begitu sering digunakan oleh masyarakat umum. Segala sesuatu yang berhubungan dengan detailnya konsep hingga pelaksanaan editing, tidak hanya diperlukan pengetahuan secara teknis namun juga ketekunan dan niat yang cukup tinggi. Dalam segi konsep cerita, dasar atau alasan terbentuknya cerita tersebut harus kuat sehingga tidak akan berkesan asal membuat. Nilai moral, target penonton juga harus diperhatikan. Bagi teman-teman sesama animator ataupun seniman multimedia lain yang ingin berkarya, masalah-masalah non teknis seperti yang telah disebutkan dan dialami, harus memiliki tingkat perhatian yang seimbang dengan permasalahan teknis lainnya, sehingga mampu menghasilkan karya yang lebih baik dari apa yang telah penulis buat. Komputer hanyalah sebuah alat yang membantu dalam pembuatan suatu karya digital tetapi bagaimana menyampaikan pesan yang dapat dimengerti dan dipahami khalayak merupakan hal penting utama dalam berkarya.
Rujukan • Clement Suleeman, Andar Ismail. (1998). AjarlahMerekaMelakukan: Kumpulan KaranganSeputarPendidikan Agama Kristen. BPK GunungMulia. • Harold Whitaker, John Halas. (2002). Timing for Animation (Pengaturanwaktuuntukanimasi). Singapore: Elsevier. • Kevin Hedgpeth, Stephen Missal. (2004). Exploring Drawing for Animation. Canada: Delmar Learning. • Kevin Hedgpeth, Stephen Missal. (2006). Exploring Character Design. Canada: Delmar Learning. • Sony Set, SitaSidarta. (2007). MenjadiPenulisSkenarioProfesional. Jakarta: Elex Media Kompitindo. • http://marinishadrina.blogspot.com/2009/10/pengertian-animasi.html • http://dodyandanimation.wordpress.com/2011/03/27/jenis-animasi/ • http://raispictures.com/main/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=26 • http://dkv.binus.ac.id/12-prinsip-animasi/ • http://matanoku-asal.blogspot.com/2006/09/asal-usul-pengantar-surat.html