1 / 20

SEKS, SUBYEKTIFITAS DAN REPRESENTASI

SEKS, SUBYEKTIFITAS DAN REPRESENTASI. FEMINISME DAN CULTURAL STUDIES. Pemikiran feminis mempengaruhi cultural studies, tidak semua bentuk feminisme bisa dipandang sebagai cultural studies dan tidak semua cultural studies berbicara soal gender.

Download Presentation

SEKS, SUBYEKTIFITAS DAN REPRESENTASI

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. SEKS, SUBYEKTIFITAS DAN REPRESENTASI

  2. FEMINISME DAN CULTURAL STUDIES • Pemikiranfeminismempengaruhi cultural studies, tidaksemuabentukfeminismebisadipandangsebagai cultural studies dantidaksemua cultural studies berbicarasoal gender. • “Siapa yang bisatahutentangsiapa, dengancaraapadantujuanapa” (Grey, 1997:94). Feminismemaupun cultural studies inginmenghasilkanpengetahuandaridanolehkelompok yang “terpinggirkan” dantertindasdenganniatantegasyaituuntukmelakukanintervensipublik.

  3. Cultural studies dan feminisme sama-sama memiliki kepentingan substantif dalam isu kekuasaan, representasi, budaya pop, subjektivitas, identitas dan konsumsi.

  4. Patriarki, KesetaraandanPerbedaan • Feminismeadalahsuatu arena plural bagiteoridanpolitik yang memilikiperspektifdanpreskripsi yang salingberkompetisisuntuksebuahaksi. • Feminismesebagaisuatugerakan yang berkepentinganuntukmengkonstruksistrategipolitis yang digunakanuntukmelakukanintervensikedalamkehidupansosialdemimengabdikepadakepentinganperempuan.

  5. Feminisme Liberal danFeminismeSosialis • Feminisme liberal melihat perbedaan laki-laki dengan perempuan sebagai konstruk sosio-ekonomis dan budaya ketimbang sebagai hasil dari suatu biologi abadi. • Feminis sosialis menunjuk kepada kesaling terhubungan antara kelas dengan gender termasuk tempat fundamental ketimpangan gender dalam reproduksi kapitalisme.

  6. FeminismePerbedaan • Feminismeperbedaanmenyatakanadanyaperbedaanesensialantaralaki-lakidanperempuan. Hal inibanyakdiinterpretasikansebagaiperbedaansecarabudaya, psikisdanataubiologis. • Kesulitandenganpatriarkiadalahkarenaiamengaburkanperbedaanantarperempuanselakuindividusertacirikhasmerekadanlebihmelihatsuatubentukpenindasan yang bersifat universal danmencakupsemuaaspek. (Rowbotham, 1981)

  7. FeminismeKulitHitamdanFeminismePascaKolonial • FeminismeKulitHitammenunjukpadaperbedaanantarapengalamanperempuankulithitamdengankulitputih, representasibudayadankepentinganmereka. (Carby, 1984: Hooks, 1992) • FeminismePascaKolonial, perempuanmemilikulbebangandayaitudijajaholehkekuasaan imperial dandisubordinasikanolehlaki-lakipenjajahdanpribumi. • Spivak(1993) berkeyakinanbahwa “kelasbawahtidakdapatberbicara”. Artinyaperempuanmiskintidakmemilikibahasakonspetualuntukberbicaradantidakadatelingalaki-lakipenjajahdanpribumi yang maumendengarkan.

  8. FeminismePascaStrukturalis • Seksdan gender adalahkonstruksisosialdanbudaya yang tidakdapatdijelaskandalamkonteksbiologiataudireduksimenjadifungsikapitalisme. (Nicholson, 1990; Weedon, 1997) • Pemikiran anti-esensialismenyatakanfeminitasdanmaskulinitasbukanmerupakankategori universal danabadimelainkankonstruksidiskursif, yaitucaramendeskripsikandanmendisiplinkansubjekmanusia.

  9. Seks, Gender danIdentitas Seksmencakupberbagaibentukreduksionismebiologis yang menyatakanbahwastrukturbiokimiadanstrukturgenetismanusiamenentukanperilakulaki-lakidanperempuandengancara yang pastidankhas (kemampuanbahasa, penilaianspasial, agresi, doronganseks, kemapuanuntukberfokuskepadatugasataumengaitkankepadakeduabelahanotak).

  10. KonstruksiSosialSeksdan Gender • Aliranfeminisme lain menolaksegalabentukesensialisme, denganmeyakinibahwafeminitasdanmaskulinitassemata-matadanhanyamerupakankonstruksisosial. • Seksdiyakinisebagaibiologitubuh, sementara gender mengacukepadaasumsidanpraktikbudaya yang mengaturbahwastruktursosiallaki-laki, perempuandanrelasisosialmereka.

  11. SubjektivitasdanSeksualitas(menurut Foucault) Subjektivitas adalah produksi diskursif. Jadi, diskursus (sebagai cara teratur dalam bertutur atau praktik) menawarkan subyek orang yang berbicara yang dia gunakan sebagai pijakan untuk menjelaskan dunia sambil “mengikatkan” pembicara kepada aturan dan disiplin diskursus-diskursus tersebut.

  12. KritikFeminismeatas Foucault • Foucault menolak “menelaah karakter bergender dari berbagai teknik disipliner” • Foucault memperlakukan tubuh sebagai sesuatu yang bebas dari gender yang tidak memiliki ciri khas diluar norma laki-laki.

  13. Psikoanalisis, FeminismedanSubjektivitasBerjenisKelamin • Freud menyatakanbahwa “anatomiadalahtakdir” namundisisi lain diamenjabarkanbahwaseksualitasmanusiamengalami “berbagaibentukdistorsi,” yaitukemampuanuntukmemilikianekabentuk. • Anatomidikatakantakdirkarenaperbedaanbadaniahmerupakanpenandabagidiferensiasiseksualdansosial. • Anatomiadalahtakdiskarenasulituntuklaridariaturanregulatif yang mengitariperbedaanragawidan yang menyubordinasiperempuandibawahkekuasaanpolitik, ekonomidanseksuallaki-laki. • Jadi, persoalanfeminismeterletakpadaanatomitubuh.

  14. Gender, RepresentasidanBudaya Media • Evans (1997) menyatakan bahwa terdapat dorongan untuk menunjukkan bahwa perempuan telah memainkan suatu peran dalam kebudayaan. • Representasi perempuan yang telah dibangun yaitu “tesis bahwa politik gender memainkan posisi sentral dalam proyek representasi.”

  15. Tuchman (1978) menyatakan perspektif “citra perempuan” yaitu repersentasi citra perempuan mencerminkan sikap laki-laki dan merupakan misrepresentasi perempuan “sejati”. • Representasi sebagai konstruksi budaya dan bukan sebagai refleksi atas dunia nyata.

  16. Citra Perempuan • Konsep stereotipe menempati posisi penting dalam citra perspektif perempuan. Suatu stereotipe terdiri dari reduksi person menjadi serangkaian ciri-ciri karakter yang dibesar-besarkan, dan biasanya negatif. • Pen-stereotipe-an mereduksi, mengesensialkan, mengalamiahkan, dan mematri “perbedaan”. (Hall, 1997)

  17. Menurut Meehan (1983), stereotipe citra perempuan dikategorikan : • Nakal : memberontak, aseksual, tomboy • Istri yang baik : domestik, menarik, terpusat dirumah • Tamak : agresif, lajang • Sundal : panjang tangan, curang, manipulatif • Korban : pasif, menderita kekerasan atau kecelakaan • Bak Umpan : kelihatannya lemah, padahal kuat • Genit : secara seksual memancing laki-laki untuk suatu tujuan buruk • Pelacur kelas tinggi : tinggal di salon, pertunjukkan kabaret dan prostitusi • Penyihir : kekuatan ekstra namun tersubordinasi oleh laki-laki • Materiarch : otoritas peran keluarga, lebih tua dan tidak suka seks

  18. PenegasandanPenyangkalan • Menurut studi Krishnan dan Dighe (1990) : penegasan dan penyangkalan adalah dua tema utama yang terlihat tentang representasi perempuan di televisi India

  19. PosisiSubjekdanPolitikRepresentasi • Posisisubjekadalahperspektifatauserangkaianmaknadiskursifregulatifdantertatadimanateksataudiskursustersebutdipahami. Misaldalamkonteksiklan : Denganmengarahkankitakepada persona pribadi, iklanmenyodorkankepadakitasebagaiperempuan, bukanhanyakomoditasmelainkanjugahubungan personal kitadimanakitaadalahfeminin: bagaimanakitaseharusnya/bisamenjadiperempuanfeminim, yang atributnyadalamkaitandenganlaki-lakidankeluaragaberasaldarikomoditas-komoditasini…. Seorangperempuantidaklebihdarisekedarkomoditas yang kitakenakan : lipstik, celanapendek, pakaian, dan lain-lain adalah “perempuan”. (Winship, 1981:218)

  20. Ringkasan • Identitas seksual diyakini bukan sebagai suatu esensi biologis universal melainkan bagaimana feminitas dan maskulinitas dituturkan. • Dalam cultural studies, seks dan gender diyakini sebagai konstruksi sosial (ditata dan mengandung sejumlah konsekuensi) yang secara intrinsik terkandung dalam persoalan representasi.

More Related