1 / 45

SISTEM SARAF TEPI Pertemuan 14

SISTEM SARAF TEPI Pertemuan 14. Matakuliah : L0044 – Psikologi Faal Tahun : 2009 - 2010. Saraf kranial Saraf Spinal Saraf Otonom Saraf Somatik. SISTEM SARAF TEPI. Membawa Informasi aferen ke SSP. Membawa perintah eferen ke efektor (co. otot). SARAF KRANIAL.

Download Presentation

SISTEM SARAF TEPI Pertemuan 14

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. SISTEM SARAF TEPIPertemuan 14 Matakuliah : L0044 – Psikologi Faal Tahun : 2009 - 2010

  2. Saraf kranial Saraf Spinal Saraf Otonom Saraf Somatik

  3. SISTEM SARAF TEPI Membawa Informasi aferen ke SSP. Membawa perintah eferen ke efektor (co. otot)

  4. SARAF KRANIAL Saraf otak / saraf kranial  saraf perifer yang berpangkal pada otak dan batang otak. Fungsi : motorik, sensorik dan khusus. Yang dimaksud khusus : fungsi yang bersifat pancaindera. Dengan saraf kranial manusia dapat mencium bau, melihat, mengecap, mendengar, merasakan nyeri dam perasaan2 protopatik lainnya pada wajah dan dapat memelihara keseimbangan yang diperlukan untuk mengatur sikap dan gerakan & menghidupkan raut muka sesuai dengan keadaan dan suasana.

  5. Terdapat 12 pasang saraf kranial. Inti nn.craniales terdapat di: Otak N I Mesensefalon N II,III Pons N IV,V,VI,VII Medula Oblongata N VIII,IX,X,XI,XII

  6. From: Putz, R. & Pabst, R. (2006). Sobotta: Atlas der natomie des menschen, band 1. München: Elsevier GmbH.

  7. SARAF SPINAL Saraf spinalis diberi nama sesuai daerah kolumna vertebralis tempat keluarnya. Seperti di otak, substansia grisea terdiri dari badan2 sel saraf serta dendritnya, antarneuron pendek dan sel2 glia; substansia alba tersusun menjadi traktus (jaras) yaitu berkas serat-serat saraf dengan fungsi serupa. From: Putz, R. & Pabst, R. (2006). Sobotta: Atlas der natomie des menschen, band 1. München: Elsevier GmbH.

  8. Setiap traktus berawal dan berakhir di dalam daerah tertentu di otak, dan masing-masing memiliki kekhususan mengenai informasi yang disampaikannya. Traktus ascendens (korda ke otak)  menyalurkan sinyal dari masukan aferen ke otak. Traktus descendens (otak ke korda)  menyampaikan pesan-pesan dari otak ke neuron eferen.

  9. Traktus diberi nama berdasarkan asal dan ujungnya. Contoh: Traktus kortikospinalis  suatu jalur descendens, badan selnya terutama berasal dari daerah motorik korteks serebrum, dan akson-aksonnya berjalan ke bawah untuk berakhir di korda spinalis pada badan-badan sel neuron motorik eferen yang mempersarafi otot-otot rangka. Traktus spinotalamikus lateral  jalur ascendens yang berasal dari korda spinalis dan berjalan secara lateral di sepanjang korda sampai bersinaps di talamus. (membawa informasi sensorik mengenai rasa nyeri dan suhu yang berasal dari berbagai bagian tubuh melalui korda spinalis ke talamus, yg kemudian menyortir dan menyalurkan informasi tersebut ke korteks somatosensorik.) Perlu diketahui bahwa di dalam korda spinalis berbagai jenis sinyal dipisah-pisahkan dan dengan demikian, kerusakan daerah tertentu di korda dapat mengganggu sebagian fungsi tetapi fungsi lain tetap utuh.

  10. From: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems. Belmont, CA: Thomson.

  11. Selubung saraf perifer • Saraf tepi disusun oleh berkas-berkas serat saraf yang dipersatukan oleh jaringan ikat. • Mencakup saraf-saraf spinal yang berhubungan dengan medula spinalis maupun saraf-saraf kranial yang berhubungan dengan otak. • Saraf tepi putih karena mengandung lapisan mielin.

  12. Selubung saraf tepi Jaringan ikat yang membungkus saraf tepi adalah: • Epineurium (jaringan ikat fibrosa) • Perineurium (Jaringan ikat padat kolagen) • Endoneurium (Jaringan ikat longgar)

  13. From: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems. Belmont, CA: Thomson.

  14. From: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems. Belmont, CA: Thomson.

  15. Akar ventral dan dorsal di setiap tingkat menyatu membentuk sebuah saraf spinalis (mengandung serat aferen dan eferen) yang keluar dari kolumna vertebralis. Walaupun mereka berjalan bersamaan namun tidak saling mempengaruhi, hanya untuk kemudahan. Seperti sambungan telepon yang berjalan dalam satu kabel, namun tiap-tiap sambungan bersifat pribadi dan tidak mengganggu atau mempengaruhi sambungan lain dalam kabel yang sama. Tigapuluh satu pasang saraf spinal, bersama dengan duabelas saraf kranial yang berasal dari otak membentuk sistem saraf perifer.

  16. Pada tingkat yang paling sederhana, korda spinalis mengintegrasikan banyak refleks evakuatif dan protektif dasar yang tidak memerlukan partisipasi kesadaran. Misalnya: menarik diri dari suatu rangsangan nyeri dan mengosongkan kandung kemih.

  17. Korda spinalis memiliki dua fungsi vital. Pertama, bagian ini berfungsi sebagai penghubung saraf antara otak dan sistem saraf perifer. Semua komunikasi ke atas dan ke bawah korda spinalis terletak di jaras-jaras (traktus) ascendens dan descendens yang berbatas tegas dan independent pada substansia alba korda spinalis. Kedua, korda merupakan pusat integrasi untuk refleks spinal, termasuk sebagian refleks protektif dan postural serta refleks-refleks yang berkaitan dengan pengosongan organ-organ panggul. Saraf spinal melekat ke korda spinalis berpasangan di sepanjang korda. Saraf-saraf tersebut mempersarafi daerah-daerah tertentu di tubuh.

  18. Sistem saraf otonom  cabang involunter divisi eferen perifer. Mempersarafi otot jantung, otot polos, sebagian besar kelenjar eksokrin, dan sebagian kelenjar endokrin. Sistem saraf somatik  cabang volunter divisi eferen perifer. Mempersarafi otot rangka. Hanya dua neurotransmiter yang dikeluarkan ujung saraf eferen ini untuk menimbulkan berbagai respons pada hampir semua organ efektornya – asetilkolin & norepinefrin.

  19. SISTEM SARAF OTONOM Terdiri dari dua divisi: Sistem simpatis Sistem parasimpatis

  20. From: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems. Belmont, CA: Thomson.

  21. From: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems. Belmont, CA: Thomson.

  22. Mengatur aktivitas alat2 dalam tubuh (viseral) yang dalam keadaan normal di luar kesadaran dan kontrol volunter. Contoh: sirkulasi, pencernaan, berkeringat, dan ukuran pupil. Dianggap sebagai cabang involunter divisi eferen. Berbeda dengan cabang volunter somatik, yang mempersarafi otot rangka dan dapat dikontrol secara volunter.

  23. From: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems. Belmont, CA: Thomson.

  24. Sebagian besar organ viseral dipersarafi oleh serat saraf simpatis dan parasimpatis yang menimbulkan efek bertentangan pada organ tertentu. Simulasi simpatis meningkatkan kecepatan denyut jantung, sementara parasimpatis menurunkannya. Simulasi simpatis memperlambat gerakan pencernaan, sementara parasimpatis meningkatkan motilitas saluran pencernaan. Perhatikan bahwa satu sistem tidak selalu bersifat eksitatorik dan yang lain selalu inhibitorik. Kedua sistem meningkatkan aktivitas beberapa organ dan menurunkan aktivitas organ-organ lain.

  25. Sistem simpatis meningkatkan respons2 yang mempersiapkan tubuh untuk melaksanakan aktivitas fisik yang berat dalam menghadapi situasi penuh stres atau darurat. Misalnya, ancaman fisik dari lingkungan luar. Respon semacam ini disebut sebagai fight-or-flight response.

  26. Sistem parasimpatis, mendominasi pada situasi yang tenang dan rileks. Pada keadaan yang tidak mengancam, tubuh dapat lebih memusatkan diri pada aktivitas “rumah tangga umum”-nya sendiri. Misalnya: pencernaan dan pengosongan kandung kemih.

  27. From: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems. Belmont, CA: Thomson.

  28. Apa keunggulan persarafan ganda pada organ dengan serat-serat saraf yang kerjanya berlawanan satu sama lain?

  29. Persarafan ganda memungkinkan adanya kontrol yang akurat terhadap aktivitas organ yang bersangkutan. Serupa dengan pedal gas dan rem untuk mengontrol kecepatan sebuah mobil. Bila ingin berhenti mendadak  mengangkat kaki dari pedal gas, namun bila ingin lebih cepat  menginjak pedal rem.

  30. Pesan-pesan dari SSP disampaikan ke otot jantung, otot polos, dan kelenjar melalui saraf otonom, tetapi bagian-bagian mana dari SSP yang mengatur keluaran otonom?

  31. Sebagian refleks otonom, misalnya berkemih, defekasi, dan ereksi, terintegrasi di tingkat korda spinalis, tetapi semua refleks spinal ini dapat dikontrol oleh tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Medula di dalam batang otak adalah bagian yang secara langsung paling bertanggungjawab untuk keluaran otonom. Pusat-pusat untuk mengontrol aktivitas kardiovaskuler, respirasi, dan pencernaan melalui sistem otonom terletak di sini.

  32. Hipotalamus berperan penting dalam mengintegrasikan respons otonom, somatik, dan endokrin yang otomatis menyertai berbagai keadaan emosi dan perilaku. Sebagai contoh, peningkatan kecepatan denyut jantung, tekanan darah, dan aktivitas pernafasan yang berkaitan dengan rasa marah atau takut ditimbulkan oleh hipotalamus melalui jalur medula.

  33. Aktivitas otonom juga dapat dipengaruhi oleh korteks frontalis melalui keterlibatan dalam ekspresi emosi yang khas untuk kepribadian individu. Contoh, timbulnya kemerahan pada wajah saat seseorang merasa malu, yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh darah kulit di daerah pipi. Respons seperti ini diperantarai oleh jalur-jalur hipotalamus-medula.

  34. SISTEM SARAF SOMATIK Akson-akson neuron motorik yang mempersarafi otot rangka. Terdapat pada tanduk ventral korda spinalis. Bagian terminal akson neuron motorik mengeluarkan asetilkolin, yang menimbulkan eksitasi dan kontraksi serat-serat otot yang dipersarafi. Neuron motorik hanya dapat merangsang otot rangka, berbeda dengan serat otonom yang dapat merangsang atau menghambat organ2 efektornya.

  35. Dendrit saraf motorik dan badan selnya banyak dipengaruhi oleh sinaps konvergen (eksitatorik/inhibitorik). Sebagian masukan ini adalah bagian dari jalur refleks spinal yang berasal dari reseptor2 sensorik perifer. Yang lain adalah bagian dari jalur-jalur desendens yang berasal dari otak. Daerah2 di otak yang mengontrol gerakan otot rangka meliputi daerah2 motorik korteks, nukleus basal, serebelum, dan batang otak.

  36. Neuron motorik dianggap sebagai jalur bersama terakhir (final common pathway). Sistem somatik dianggap berada di bawah kontrol kesadaran (volunter), tetapi banyak aktifitas otot rangka yang melibatkan postur, keseimbangan dan gerakan2 stereotipik dikontrol di alam bawah-sadar (involunter). Anda dapat memutuskan untuk mulai berjalan, tetapi anda tidak perlu secara sadar melakukan kontraksi dan relaksasi bergantian pada otot-otot yang berperan karena gerakan tersebut sudah dikoordinasi secara involunter oleh pusat-pusat otak yang lebih rendah.

  37. Badan sel neuron motorik dapat dirusak secara selektif oleh virus polio. Akibatnya  paralisis otot-otot yang dipersarafi oleh neuron yang terkena tersebut.

  38. From: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems. Belmont, CA: Thomson.

  39. From: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems. Belmont, CA: Thomson.

  40. Reaksi Akson Berdasarkan lokasi terjadinya reaksi akson: • Reaksi lokal (pada tempat traumanya) • Reaksi anterograde (pd bagian distal dari tempat trauma) • Reaksi retrograde (pd bagian proksimal dari tempat trauma) • Beberapa reaksi berlangsung serentak, yang lain mingguan atau bulanan.

  41. References • Carlson, N. R. (2007). Physiology of behavior (9th ed.). Boston: Pearson. • Lesson, T. S., Leeson, C. R., Paparo, A. A. (1988). Text/atlas of histology. Philadelphia: W. B. Saunders. • Mardjono, M. & Sidharta, P. (2000). Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat. • Pinel, J. P. J. (2006). Biopsychology (6th ed.). Boston: Pearson. • Putz, R. & Pabst, R. (2006). Sobotta: Atlas der natomie des menschen, band 1. München: Elsevier GmbH. • Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to systems. Belmont, CA: Thomson. • Young, B. & Heath, J. W. (2005). Wheather’s Functional Histology. Churchill Livingstone.

  42. THANKS

More Related