1 / 45

KRITIK MATAN Oleh : M. Nawawi

KRITIK MATAN Oleh : M. Nawawi. SEMESTER III FAKULTAS TARBIYAH IAIN SURABAYA. URGENSI KEGIATAN KRITIK HADITS. Hadis  merupakan sumber  ajaran Islam  di samping al-Qur'an. Mengingat begitu pentingnya hadis, maka studi atau kajian terhadap hadis akan terus dilakukan

saima
Download Presentation

KRITIK MATAN Oleh : M. Nawawi

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KRITIK MATANOleh : M. Nawawi SEMESTER III FAKULTAS TARBIYAH IAIN SURABAYA M. Nawawi

  2. URGENSI KEGIATAN KRITIK HADITS • Hadis  merupakan sumber  ajaran Islam  di samping al-Qur'an. Mengingat begitu pentingnya hadis, maka studi atau kajian terhadap hadis akan terus dilakukan • Berbeda dengan ayat-ayat al-Qur'an yang  semuanya dapat diterima, hadis tidak semuanya dapat dijadikan sebagai  acuan atau hujah. Hadis ada   yang  dapat dipakai, ada yang tidak. Di sinilah letak perlunya  meneliti hadis. M. Nawawi

  3. Tujuan kritik matan • Untuk mendapatkan data teks hadits yg mempetahankan formula kesahihan redaksi dan makna, dg mengeliminir unsur sisipan, tambahan yg mengganggu dan pertentan gan dg dalil-dalil yang lebih kuat M. Nawawi

  4. HASIL KEGIATAN KRITIK HADITS YG TLH DILAKUKAN • menghasilkan kaidah dan berbagai  metode yang sangat  bagus dalam studi hadis, terutama untuk PENELITIAN SANAD • Sementara itu, untuk studi matan atau teks hadis yang di dalamnya memuat informasi-informasi dari atau tentang Nabi Muhammad saw., secara metodologis  masih jauh tertinggal M. Nawawi

  5. MAKNA KRITIK MATAN • Kata “kritik” dari bahasa Yunani krites, artinya “seorang hakim, krinein  berarti “menghakimi”, kriterion berarti  “dasar penghakiman”.  Dalam  konteks tulisan ini  kata “kritik” dipakai untuk menunjuk kepada kata an-naqd dalam studi hadis. Dalam literatur Arab kata “an-naqd” dipakai untuk arti “kritik”, atau  “memisahkan yang baik dari yang buruk.”   Kata “an-naqd”  ini telah digunkan  oleh beberapa ulama hadis  sejak awal abad kedua Hijriah, hanya saja istilah ini belum populer di kalangan mereka.   Kata “an-naqd”  memiliki pengertian yang sama DENGAN kata TAMYIZ yang berarti memisahkan sesuatu dari sesuatu yang lain. M. Nawawi

  6. Dari pengertian kata kritik di atas, dapat ditegaskan bahwa  yang dimaksud dengan kritik matan hadis (naqd al-matn) dalam konteks ini ialah  usaha untuk  menyeleksi matan-matan hadis sehingga dapat ditentukan antara matan-matan  hadis yang sahih atau lebih kuat dan yang tidak. M. Nawawi

  7. SEJ. KRITIK MATAN • Secara historis, kritik atau seleksi (matan) hadis  dalam arti upaya untuk membedakan antara yang benar dan yang salah telah ada dan dimulai pada masa Nabi masih hidup meskipun dalam bentuk yang sederhana. Praktik penyelidikan atau pembuktian untuk meneliti hadis Nabi pada masa itu  tercermin dari kegiatan para sahabat pergi menemui atau merujuk kepada Nabi untuk membuktikan apakah sesuatu berita yang diterima, benar-benar telah dikatakan/dilakukan oleh beliau. Praktik tersebut  antara lain  pernah dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, ‘Abdullah bin ‘Amr, ‘Umar bin Khattab, Zainab istri Ibn Mas’ud dan lain-lain.   M. Nawawi

  8. Setelah Nabi wafat (11 H=632 M), tradisi kritik  hadis dilanjutkan oleh para sahabat. Pada periode ini, tercatat sejumlah  sahabat perintis dalam bidang ini, yaitu Abu Bakar as-Siddiq (w. 13 H=634 M), yang diikuti oleh Umar bin Khattab (w. 234 H=644 M) dan Ali bin Abi Thalib (w. 40 H=661 M). Sahabat-sahabat lain yang dikenal pernah melakukan kritik hadis, misalnya ‘Aisyah (w. 58 H=678 M) istri Nabi, dan ‘Abd Allah bin  ‘Umar bin al-Khattab (w. 73 H=687 M) M. Nawawi

  9. Sejak abad kedua sampai keenam Hijriah tercatat usaha para ulama yang  berusaha untuk merumuskan kaidah kesahihan hadis, sampai kemudian para ulama menetapkan  persyaratan hadis sahih, yaitu 1. Sanadnya bersambung (sampai kepada Nabi), 2. Diriwayatkan oleh para periwayat yang bersifat tsiqah   (adil dan dlabit ) sampai akhir sanad, 3. Dalam (sanad dan matan) hadis itu tidak terdapat kejanggalan (syuzuz) dan cacat (‘illat). M. Nawawi

  10. pengembangan kritik matan Di antara bukti adanya usaha pengembangan metodologi studi (kritik) matan hadis itu, terlihat dari terbitnya sejumlah buku. (1) tahun 1983 terbit buku karya Salah ad-Din al-Adlabi yang berjudul Manhaj Naqd al-Matn ‘inda al- ‘Ulama’ al-Hadis an-Nabawi. (2) Tahun 1984 di Riyad terbit buku karya Musfir ‘Azm Allah ad-Dumaini , berjudul Maqayis Naqd al-Mutun  as-Sunnah. (3) Tahun 1986 di Tunis, terbit buku karya Muhamad Tahir al-Jawabi ,berjudul Juhud al-Muh}addisin fi Naqd al-Mutun al-Hadis an-Nabawi asy-Syarif.  (4) tahun 1989 ,terbit buku karya Yusuf  al-Qardawi yang berjudul Kaifa Nata’amalu ma’a as-Sunnah an-Nabawiyyah. M. Nawawi

  11. ADA 2 MODEL KRITIK MATAN • (1)  kritik matan  pra kodifikasi “semua” hadis, dan • (2) kritik matan pasca kodifikasi “semua” hadis. M. Nawawi

  12. METODE KRITIK PRAKODIFIKASI • teknik dalam kritik matan hadis periode ini secara umum dapat dikategorikan memakai metode perbandingan (comparative) atau rujuk silang (cross reference). M. Nawawi

  13. Di antara teknik-teknik perbandingan yang tercatat pernah dipraktikkan adalah dengan teknik sebagai berikut • 1). Membandingkan  matan hadis dengan ayat al-Qur’an yang berkaitan. • 2)    Membandingkan (matan-matan)  hadis dalam dokumen tertulis dengan hadis-hadis yang disampaikan  dari hafalan • 3)    Perbandingan antara  pernyataan dari seorang periwayat yang disampaikan pada waktu yang berlainan. • 4)    Membandingkan hadis-hadis dari beberapa  murid yang mereka terima dari satu guru • 5)    Melakukan rujuk silang antara satu periwayat dengan periwayat lainnya M. Nawawi

  14. METODE KRITIK PASCA KODIFIKASI 1)    Membandingkan matan-matan hadis dengan ayat al-Qur’an yang terkait atau memiliki kedekatan susunan redaksi. 2)    Membandingkan antara matan- matan hadis.     M. Nawawi

  15. KERANGKA METODOLOGI • SECARA PRINSIP, ACUAN KRITIK MATAN ADALAH KAIDAH KESAHIHAN HADITS • KRITIK SANAD MERUPAKAN LANGKAH AWAL BAGI KRITIK MATAN • MENELITI APAKAH PADA MATAN ITU TERDAPAT SYUDZUDZ DAN ATAU ILLAT M. Nawawi

  16. Matan Maqbul Menurut Al-Khatib Al-Baghdadi • Tidk bertentangan dengan akal sehat • Tidak bertentangan dengan hkm al-Qur’an yg muhkam • Tdk bertentangan dengan hadis mutawatir • Tdk bertentanga dengan ijma’ ulama’ • Tdk bertentangan dengan dalil yang sudah pasti • Tdk bertentangan dg hadits ahad yang lebih kuat M. Nawawi

  17. Matan Maqbul Menurut Al-Adlabi • Tidak bertentangan dg petunjuk al-Qur’an • Tidak bertentangan dengan hadits yang kualitasnya lebih kuat • Tidak bertentangan dengan akal sehat, indra dan fakta sejarah • Susunan bahasanya sesuai dengan ciri-ciri sabda kenabian M. Nawawi

  18. Langkah metodologis kritik matan • Pertama, meneliti matan dengan terlebih dahulu melihat kualitas sanadnya • Kedua, meneliti susunan redaksional matan hadis-hadis yang semakna • Ketiga, meneliti kandungan makna matan hadis • Keempat, langkah terakhir adalah menyimpulkan hasil penelitian matan M. Nawawi

  19. Penelitian Kualitas Sanad • Meneliti Ketersambungan Sanad • Kesezamanan Pr Perawi dg Perawi terdekat • Hubungan Guru dan Murid pr perawi Meneliti Kulaitas Pribadi pr Perawi Kapasitas Intektual pr perawi Keadilan pr perawi Meneliti ada tidaknya indikasi sudzudz dan illat yang ada pada sanad M. Nawawi

  20. meneliti susunan redaksional matan • Tujuan penelitian redaksi matan adalah: • Mewaspadai gejala Idraj (sisipan kata) • Mewaspadai gejala Taqlib (pindah tataletak kata) • Mewaspadai gejala Idhtirab (kekacauan/rancu) • Mewaspadai gejala Tashif/tahrif (perubahan) • Mewaspadai gejala Ziyadah (penambahan anak kalimat) • Mewaspadai gejala reduksi (penyusutan) Yg berakibat terjadinya tafarrud/syudzudz M. Nawawi

  21. Metode Uji Redaksional • Kritik /uji ungkapan redaksi menggunakan metode Mu’aradlah/Muqabalah/muqaranah (perbandingan/cross reference), yaitu rujuk silang yang dilakukan dengan memperbandingkan antara redaksi matan hadits satu tema pada beberapa kitab hadits atau intern kitab hadits • Tehnik ini dilakukan guna memperoleh data teks hdis dari perawi sahabat yg sama, dan kadar deviasi/perbedaan redaksi matan hadits M. Nawawi

  22. Idraj • Ialah sisipan kata /kalimat oleh perawi (sahabat), yang menyatu dengan matan asal, tampa penyekat yang memisah, dan tanpa menunjuk perawi yang menyisipkan. • Letak kata/kalimat yg disisipkan bisa di awal, tengah atau akhir. • Motif memberi sisipan, adalah lebih didorong untuk kepentingan penjelasan lafadz yg gharib M. Nawawi

  23. Akibat Idraj • Jika motif penyisipan hanya untuk tujuan penjelasan, maka sebagaian ulama masih memberikan toleransi • Jika motif penyisipan tidak untuk tujuan penjelasan, maka dapat menggugurkan sifat Adalah bagi perawi (tertuduh berdusta) • Hadits yg terbukti dimasuki sisipan, dinamakan Hadits Mudraj M. Nawawi

  24. Ziyadatus Tsiqat • Tambahan kata perawi genarasi tabiin (atau sesudahnya)terhadap matan hadits • Bersifat menjalaskan, seperti taqyid, atau tahsis atas lafadz matan hadits. • Ada jaminan perawinya benar-benar tsiqat • Tidak menyebabkan perubahan substansi makna matan M. Nawawi

  25. Tashif dan Tahrif • Tashif adalah perubahan bentuk kata • Tahrif adalah perubahan cara baca/bacaan • Perubahan kandungan makna • Cara meneliti dengan Kross Check antar Nakah M. Nawawi

  26. Maqlub/Taqlib • Makna = tebalib • Ungkapan redaksi matan tertentu yang tertukar letak keberadaan kalimatnya • Penggal kalimat yg mestinya di depan tetukar ke belakang • Upaya memastikan teks yg benar dg melakukan uji silang antar naskah • Naskah yg terbukti tertukar dinyatakan lemah M. Nawawi

  27. Idltirab/Mudltarrib • Makna = kacau/goncang • Memiliki rawi sahabat yg sama/tunggal • Sanad berbeda • Kualitas sanad berimbang/sama kualitas • Redaksi matan terkesan berbeda • Maknanya rancu • Tidak bisa dikompromikan • Upaya klarifikasi dg uji silang antar naskah M. Nawawi

  28. Uji Kandungan Makna • Tdk Bertentangan dengan nash al-Qur’an • Tidak bertentangan dengan Hadits yg lebih kuat • Tidak bertentangan dengan logika agama • Tidak bertentangan dengan Fakta sejarah • Tidak bertentangan dengan Ijma’ M. Nawawi

  29. Tdk Bertentangan Dg Al-Qur’an • Al-Qur’an dan Hadits Nabi sama-sama sebagai wahyu dari Allah, Tdk mungkin bertentangan satu sama lain • Perlu dilakukan upaya mencari titik temu, baik melalui penafsiran atau ta’wil. M. Nawawi

  30. Conttoh Upaya Titik Temu • و حدثنا زهير بن حرب حدثنا إسمعيل بن إبراهيم عن هشام بن حسان عن محمد بن سيرين عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم طهور إناء أحدكم إذا ولغ فيه الكلب أن يغسله سبع مرات أولاهن بالتراب يسألونك ماذا أحل لهم قل أحل لكم الطيبات وما علمتم من الجوارح مكلبين تعلمونهن مما علمكم الله فكلوا مما أمسكن عليكم واذكروا اسم الله عليه واتقوا الله إن الله سريع الحساب- M. Nawawi

  31. Dalam hal ini Imam Malik Memahami jilatan anjing yang najis hanya terjadi pada bejana yang dijilat anjing saja • Sedang Al-Syafii memahami, hasil tangkapan anjing harus dicuci telebih dahulu sesuai ketentuan hadits, baru di makan M. Nawawi

  32. Tdk Beretentangan dg hadis yg lebih kuat • Hadits-Hadits Nabi sama2 sebagai wahyu, maka tidak mungkin bertentangan • Jika ada yang tidak sejalan, mungkin cara memahaminya yg kurang tepat, atau salah satu ada yang lemah • Maka perlu dilakukan uji melalui upaya kompromi M. Nawawi

  33. Penyelesaian Hds Yg tdk Sejalan dg jalan kompromi • Penyelesaian dg pendekatan kaidah ushul Fiqih • Penyelasaian berdasar pemahaman kontekstual • Penyelesaian dg cara takwil • Penyelesaian dg pendekatan tanawu’ al-Ibadah M. Nawawi

  34. Contoh pendekatan kaidah Usul • حدثنا آدم حدثنا شعبة حدثنا سعيد بن أبي سعيد المقبري عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ما أسفل من الكعبين من الإزار ففي النار- صحيح البخاري • عن النبي صلى الله عليه وسلم قال من جر ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة M. Nawawi

  35. Contoh Pendekatan Kontekstual • عن عبد الله بن عمرو قال كنت أكتب كل شيء أسمعه من رسول الله صلى الله عليه وسلم أريد حفظه فنهتني قريش وقالوا أتكتب كل شيء تسمعه ورسول الله صلى الله عليه وسلم بشر يتكلم في الغضب والرضا فأمسكت عن الكتاب فذكرت ذلك لرسول الله صلى الله عليه وسلم فأومأ بأصبعه إلى فيه فقال اكتب فوالذي نفسي بيده ما يخرج مني إلا حق • عن أبي سعيد الخدري أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لا تكتبوا عني ومن كتب عني غير القرآن فليمحه وحدثوا عني ولا حرج ومن كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار M. Nawawi

  36. Pendekatan Ta’wil • عن رافع بن خديج قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول أسفروا بالفجر فإنه أعظم للأجر • عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ نِسَاءَ الْمُؤْمِنَاتِ كُنَّ يُصَلِّينَ الصُّبْحَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَرْجِعْنَ مُتَلَفِّعَاتٍ بِمُرُوطِهِنَّ لَا يَعْرِفُهُنَّ أَحَدٌ M. Nawawi

  37. Pedekatan Tanawu’ al-Ibadah • حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي الضُّحَى عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي • أَخْبَرَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ أَنْبَأَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ الْمُسْتَوْرِدِ بْنِ الْأَحْنَفِ عَنْ صِلَةَ بْنِ زُفَرَ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَكَعَ فَقَالَ فِي رُكُوعِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَفِي سُجُودِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى M. Nawawi

  38. Contoh Hds Yang bertentangan • عن قيس بن طلق بن علي عن أبيه قال خرجنا وفدا حتى قدمنا على رسول الله صلى الله عليه وسلم فبايعناه وصلينا معه فلما قضى الصلاة جاء رجل كأنه بدوي فقال يا رسول الله ما ترى في رجل مس ذكره في الصلاة قال وهل هو إلا مضغة منك أو بضعة منك- النسائي • حدثنا عبد الله بن مسلمة عن مالك عن عبد الله بن أبي بكر أنه سمع عروة يقول دخلت على مروان بن الحكم فذكرنا ما يكون منه الوضوء فقال مروان ومن مس الذكر فقال عروة ما علمت ذلك فقال مروان أخبرتني بسرة بنت صفوان أنها سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول من مس ذكره فليتوضأ- ابو داود M. Nawawi

  39. Bertentangan dg logika agama • عن اسماء بنت عميس قالت كان رسول الله يوحي اليه وراء ه في حجر علي رضي الله عنه فلم يصلي العصر حتى غربت الشمس فقال رسول الله ص م إنه كان في طاعتك وطاعة رسولك فردد عليه الشمس فقالت أسماء فرأيتها غربت ثم رأيتها طلعت بعد ماغربت • Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Thohawi, al-Baihaqi, Qadli Iyadh, Ibnu Hajar al-Atsqalani, al-Haitami, al-Qasthalani, al-Syuyuthi. M. Nawawi

  40. Bertentangan dg Fakta • عن صحر بن قدامة قال رسول الله ص م لايولد بعد المائة مولود ولله فيه حاجة • Hadits ini dianggap bertentangan dengan fakta sejarah yang diperkuat dengan riwayat dibawah ini • عن أبي هريرة مرفوعا ان الله تعالى يبعث لهذه الأمة على رأس كل مائة من يجدد لها دينها- رواه أبو داود والحاكم والبيهقي M. Nawawi

  41. Bertentangan dg Ijma’ • عن طاوس سمعت أبا هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال احتج آدم وموسى فقال له موسى يا آدم أنت أبونا خيبتنا وأخرجتنا من الجنة قال له آدم يا موسى اصطفاك الله بكلامه وخط لك بيده أتلومني على أمر قدره الله علي قبل أن يخلقني بأربعين سنة فحج آدم موسى فحج آدم موسى ثلاثا قال سفيان حدثنا أبو الزناد عن الأعرج عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم مثله M. Nawawi

  42. M. Nawawi

  43. M. Nawawi

  44. M. Nawawi

  45. M. Nawawi

More Related